Aku benar-benar tidak bisa mencegah rasa penasaranku. Apalagi setelah mendengar tawa disertai rintihan manja dari Nawang. Ku ambil jalan lain dan menyelinap di samping pepohonan yang tidak jauh dari mereka.
Tidak salah lagi, gadis itu memang Nawang. Dia bersandar manja di dada pria itu. Aku menyebutnya pria, karena memang jarak usianya dengan Nawang terlihat sangat jauh. Pria itu mengalungkan tangannya di bahu Nawang sampai ke dada gadis itu dan sesekali, aku melihatnya mencubit mesra dagu Nawang. Hal itu mungkin yang membuat Nawang merintih manja.
Aku masih bersembunyi di balik pohon, memperhatikan gerak-gerik kedua insan yang sedang dilanda asmara itu. Tapi rasanya semakin lama, rasanya aku semakin tidak nyaman.
"Apa sebaiknya ku tegur?" gumamku lirih.