Malik akhirnya menurunkan segala ego dan gengsinya, dengan sangat terpaksa dia harus menaiki sepeda onthel pamannya yang penuh dengan lumpur dan berbunyi kreket-kreket, demi pekerjaannya.
"Pakde, Malik ke kota dulu ya! nanti kalau kemaleman mau cari penginapan di sana!" teriak Malik sembari mulai mengayuh sepeda onthel milik Pamannya.
"Iya! hati-hati!" sahut pamannya dari dalam rumah.
Malik mengeluarkan seluruh tenaga yang dimilikinya, entah berapa abad lamanya dia tidak pernah bersepeda lagi, bahkan dia lupa kapan tepatnya. Seingatnya terakhir kali adalah saat dia masih sekolah dasar tingkat pertama.
****
Malik kecil lahir di desa kemenyan, dia dirawat ibunya hingga usianya 8 tahun, setelah itu ibunya sakit dan membawa Malik ke kota, lalu menitipkannya pada kakeknya.
