Kami pun akhirnya masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan salam.
Ternyata memang benar dugaanku, Wati dan Paman yang datang. Paman duduk sembari menggendong bayinya, sedangkan Wati asik berceloteh.
"Sudah pulang?" tanya bapak.
Aku dan Mbak Is mengangguk secara bersamaan.
"Paklek!" ucapku girang, lalu berlari hendak memeluk paman.
"Eits! tunggu! mau kemana?" tanya Wati sengak.
"Mau peluk Paklek," ujarku polos.
"Gak boleh! kamu gak lihat?! Paklekmu sedang gendong bayi?" ketus Wati.
Aku pun mengurungkan niatku dan berlari ke kamar.
"Kamu, Is? cepat gantikan paklekmu gendong Yahya," perintah Wati, meminta Mbak Is menggendong anaknya.
"Maaf Bulek, Is ganti baju dulu ya? soalnya baru pulang sekolah masih pakai seragam," tolak Mbak Is.
"Ngapain ganti?! gak apa-apa pakai itu juga! itu lo, Pamanmu sudah kecapekan! masa kamu tidak peka? gak kasihan sama sekali?!" ketus Wati.
"Maaf Bulek, tapi Is harus ganti baju dulu," sanggah Mbak Is lalu pergi ke kamarnya.