Mbak Is dan aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah, setelah berpamitan pada ibu, kami akan berpamitan pada bapak.
"Is, mau berangkat ke sekolah?" tanya Mas Misbah sembari tersenyum. "Ini siapa?" imbuh Mas Misbah sambil menunjuk ke arahku.
Aku bersembunyi di belakang Mbak Is, antara sedikit takut atau malau, entahlah, saat berhadapan dengan seorang pria yang jauh lebih dewasa.
"Ini Ana Mas, adikku yang nomor empat," sahut Mbak Sri.
"Iya, seharusnya nomor lima, tapi kakaknya meninggal ," sahut Nawang sok tahu.
Aku dan Mbak Is sangat muak melihat Mbak Sri dan Nawang terus menerus saling bersahutan tidak jelas hanya karena ingin mendapatkan perhatian dari Mas Misbah.
"Pak, Is berangkat dulu ya? assalamualaikum," ucap Mbak Is berpamitan.
"Ana juga Pak, assalamu'alaikum," sambungku.
"Wa'alaikumussalam," jawab bapak dan Mas Misbah secara bersamaan.