Setelah selesai berbincang dengan Lek Ansori, bapak mengajakku pulang. Kami bertiga berjalan bersama, lewat jalur lain tidak sama seperti jalur yang kami lalui tadi. Kali ini jalan yang kami lalui tidak securam yang sebelumnya, tapi tetap sama, berliku, menurun dan sedikit lebih jauh.
Lek Ansori membawa rumputnya dengan cara dipikul, aku sendiri tidak bisa membayangkan rasanya seperti apa, tentu lelah dan sakit dibagian bahunya. Belum lagi jalanan yang bisa dibilang tidak mudah dilalui, tapi Lek Ansori dan semua warga desa tetap bersemangat mencari rumput untuk pakan ternak mereka.
**
Setelah asar, kami baru sampai di rumah. Lelah, letih dan penat bercampur aduk menjadi satu.
"Dari mana An?" tanya Mbak Is yang tiba-tiba berada di belakangku.
"Kebun," jawabku singkat.
"Oh, kalau sudah sedikit hilang capeknya, cepat mandi dan salat, sudah hampir habis waktunya," perintah Mbak Is.