Aku menangis sesenggukan di bahu bapak. Ketika sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamarku. Aku tidak ingin menemui siapapun untuk saat ini. Yang aku inginkan hanya kesendirian, tenang dan bebas dari dua saudara tiriku yang terus mengganggu hidupku.
Berulang kali mbak Is mengetuk pintu kamarku, namun aku abaikan saja. Setelah itu mbak Sri dan terakhir ibu yang mengetuknya. Aku tidak ingin ibu melihat mataku yang sembab karena menangis, aku tidak ingin ibu bersedih lagi karena aku. Selama ini, aku yang selalu membuatnya bersedih dan merepotkannya dengan kenakalanku. Sekarang aku tahu, kalau nakal itu tidak baik. Aku sendiri tidak suka dengan kenakalan kedua saudara tiriku maka dari itu mulai sekarang aku akan berubah menjadi anak yang baik. Begitu tekadku, tapi kalau ternyata keadaan mendesak dan aku harus melawan mungkin itu beda lagi ceritanya.