Chereads / Suamiku Milik Ibunya / Chapter 28 - Chapter 28 : Kabar Bahagia

Chapter 28 - Chapter 28 : Kabar Bahagia

Suara telepon berdering dari ruang tengah. Maya segera mengangkat telpon karena kebetulan ia sudah selesai memasak di dapur. Ibu mertuanya tengah sibuk bersiap untuk pergi arisan dengan ibu-ibu kompleks perumahan.

"Halo? Maaf ini dengan siapa?" tanya Maya menjawab panggilan seseorang disana.

Setelah mengobrol beberapa menit, Maya menutup telponnya dan segera memanggil ibu mertuanya di kamar. Rupanya panggilan itu datang dari salah satu toko perhiasan yang mengatakan bahwa pesanan ibu mertuanya telah selesai dan bisa diambil. Maya tidak tahu menahu jika ibu mertuanya itu sedang memesan perhiasan. Tapi Maya tidak peduli, ia merasa tidak ada alasan baginya untuk tahu.

"Bu ... Maya boleh masuk?" tanya Maya setelah berdiri tepat di depan pintu kamar mertuanya.

Lama tidak terdengar suara dari dalam. Maya berpikir jika ibu mertuanya sedang mandi atau melakukan telepon dengan temannya. Maya kembali mengetuk pintu dan memanggil untuk ke dua kalinya. "Ibu ... apa Ibu sedang sibuk? Barusan ada telepon dari pihak toko perhiasan tempat Ibu memesan," ucap Maya karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.

Tidak lama kemudian pintu terbuka, Maya sedikit terkejut melihat riasan wajah mertuanya itu yang dinilai sedikit aneh dari biasanya. Namun Maya hanya membatin dalam hatinya.

"Ada apa?" tanya Nyonya Hartini pada Maya yang masih berdiri tanpa kata di depan pintu.

"Itu, Bu. Barusan ada telepon dari toko perhiasan yang Ibu pesan, mereka mengatakan jika perhiasan itu sudah selesai dan bisa diambil segera." Terang Maya menjelaskan isi pembicaraan telepon tadi bersama pihak toko.

"Baiklah, kalau begitu kamu bisa pergi. Aku mau arisan dengan ibu-ibu kompleks. Kamu di rumah saja buatkan sup untuk Ibu. Hari ini aku ingin makan sup jamur," ucap Nyonya Hartini kepada menantunya itu.

Mendengar permintaan mertuanya, Maya mengiyakan. Ia segera pergi meninggalkan kamar mertuanya dan pergi ke dapur untuk melihat persediaan jamur di dalam kulkas.

Setelah mengecek isi kulkas, Maya tidak menemukan apapun. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke swalayan terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan yang akan digunakan untuk membuat sup permintaan ibu mertuanya.

Maya berpamitan lewat pesan singkat yang ia tujukan kepada Haris dan ibu mertuanya sebelum pergi. Maya pun meninggalkan rumah dan bergegas menuju mini market menggunakan taksi online yang sudah menunggunya di depan.

Ibu Haris pun tidak lama setelah itu pergi juga meninggalkan rumah. Ia sempat membaca pesan dari Maya, namun sengaja tidak di balas. Nyonya Hartini justru sibuk merapikan dandanannya agar terlihat menarik di depan teman-teman arisannya nanti.

Maya akhirnya tiba di sebuah minimarket yang cukup lengkap menjual kebutuhan makanan dan kebutuhan pokok untuk sehari hari. Jaraknya yang tidak terlalu jauh juga membuat Maya gemar sekali mengunjungi tempat itu untuk membeli segela kebutuhan dapur. Bahkan terlalu sering belanja disana, semua penjaga toko itu mengenal Maya dengan baik.

"Maya, sedang mencari apa?" tanya salah satu penjaga toko disana.

"Hai, Luna. Ini aku sedang mencari jamur dan wortel untuk membuat sup. Apakah hari ini kamu berjaga pagi lagi? Bukankah dua Minggu kemarin kamu sudah shift pagi?" tanya Maya yang memang sudah hafal jadwal mereka.

"Betul, Maya. Tapi hari ini Salsa sedang tidak enak badan. Jadi aku yang menggantikan dia berjaga hari ini. Sudah satu Minggu kata anak-anak kamu tidak belanja. Kamu sakit?" tanya Luna si penjaga toko dengan akrab.

"Tidak, aku hanya baru saja pulang dari berlibur bersama suamiku di pulau Raja Ampat selama satu pekan," terang Maya sembari memilih wortel yang ada di rak.

***

Setelah selesai berbelanja membeli semua kebutuhan dapur, Maya kembali ke rumah. Maya mendapatkan semua barang yang ia cari. Disanalah Maya bisa memiliki waktu untuk mengobrol dengan santai bersama para penjaga toko yang sudah seperti temannya sendiri. Hal itu membuat Maya cukup bahagia. Karena selama ini ia membatasi diri untuk bergabung kembali dengan temannya sewaktu bekerja dulu demi menghargai keinginan Haris yang tidak menyukai dirinya bergaul dengan mereka yang dianggap tidak baik. Melihat banyaknya dari mereka ada yang selingkuh dibelakang suaminya, ada juga yang bercerai dengan suaminya. Hal itu membuat Haris merasa lingkungan pergaulan disana yang tidak sehat untuk Maya.

Di dapur Maya segera memasak sup yang diinginkan ibu mertuanya. Dengan segenap rasa cinta ia membuat sup itu agar terasa lebih enak. Maya selalu mempercayai melakukan segala sesuatu jika dengan cinta maka hasilnya akan seperti yang kita inginkan. Selama satu jam berkutat di dapur, akhirnya sup itu siap disajikan. Ia beberapa kali mengkoreksi masakan yang ia buat agar tidak mengecewakan mertuanya. Setelah dirasa pas, Maya bergegas membereskan semua peralatan yang digunakan tadi dan merapikan semua yang ada di dapur agar terlihat rapi kembali.

Maya mendapati telepon dari suaminya, Haris. Di panggilan itu Haris bertanya apakah sudah pulang dari belanja dan menanyakan apa yang sedang dilakukan istri tercinta. Maya pun mengatakan apa yang tengah dilakukannya. Beberapa kali Haris menggoda istrinya itu dengan rayuan gombal yang membuat Maya tak berhenti tertawa. Memang setiap kali Harus telepon, ia akan melayangkan kata-kata rayuan gombal yang sudah seringkali di lontarkan kepada Maya. Meskipun begitu Maya tetap saja tertawa karena melihat ekspresi wajah suaminya yang menggemaskan. Bukan itu saja Haris tak sungkan jika ada sekretarisnya yang tidak sengaja melihat ia meminta ciuman mesra di sebelum mengakhiri teleponnya.

"Mas ... malu sama Ara loh!" seru Maya setiap kali Haris meminta ciuman itu sebelum menutup telepon.

"Ara sudah kebal dengan kemesraan kita, sayang. Lagipula biar Ara belajar nanti jika akan menikah dengan kekasihnya yang jauh di negara orang." Begitu jawaban yang dilontarkan Haris setiap kali Maya mengatakan hal itu. Mau tidak mau Maya pun mengikuti keinginan suaminya yang menurutnya seperti anak remaja sedang jatuh cinta.

Terlepas dari itu semua, Maya bersyukur sekali atas rumah tangganya bersama Haris yang selalu penuh cinta. Seperti yang dikatakan Haris, "Semoga kemesraan ini janganlah cepat berlalu." Maya selalu mengamininya dengan sepenuh hati. Ia selalu menginginkan kehidupan rumah tangga yang harmonis seperti kedua orangtuanya.

Sebelum menutup telepon, Haris mengatakan bahwa ia memiliki berita bahagia, Maya penasaran dengan kabar itu. Haris mengatakan jika dirinya mendapat promosi untuk menjadi pimpinan perusahaan di kantor cabang yang beberapa bulan lagi launching. Maya ikut bahagia dan bersyukur dengan berita baik yang disampaikan suaminya.

"Selamat ya, Mas. Aku bangga menjadi istri kamu," ucap Maya tidak dapat menutupi rasa harunya.

"Ini semua juga karena doa kamu, sayang. Aku bisa sejauh ini juga karena kamu. Dan masih ada berita yang tak kalah bahagianya. Kamu akan jauh lebih bahagia mendengarnya," imbuh Haris kembali.

"Apalagi, Mas?" tanya Maya kembali.

"Nanti setelah aku resmi dilantik menjadi pimpinan perusahaan cabang, aku akan mendapat pilihan privilege yang masih dirahasiakan. Namun aku dengar katanya bisa berupa sejumlah uang atau rumah karena melihat dari kinerja aku selama ini." Cerita Haris bersemangat. Maya semakin terharu dengan ucapan suaminya, ia sangat bahagia mendengar kabar bahagia itu.