Chereads / Suamiku Milik Ibunya / Chapter 13 - Chapter 13 : Keuntungan Renata

Chapter 13 - Chapter 13 : Keuntungan Renata

Sudah hampir dua hari Maya tinggal dirumah orangtuanya, Haris terpaksa berjauhan dengan istrinya. Hal itu membuat Renata merasa bahwa itu adalah kesempatan baginya untuk mendekati Haris lebih intens. Sementara ibu Haris justru memberikan peluang untu Renata mendekati putranya disaat Maya menantunya sedang tidak ada dirumah.

Pagi itu Renata seperti biasa datang kerumah Haris membawakan oleh-oleh untuk ibunya. Haris yang tidak menyadari niat dari Renata menyambutnya seperti biasa.

"Sudah mau ke kantor Ris?" tanya Renata.

"Iya Ren, ada meeting dengan pimpinan perusahaan yang merger sama perusahaan aku." jawab Haris yang tengah sibuk merapikan dasinya.

"Sini aku bantu," ucap Renata lagi setelah mengetahui jika Haris kesusahan untuk memasang dasi.

Maklum saja, biasanya Maya yang selalu menyiapkan segala sesuatu keperluan Haris. Dan sejak Maya tinggal dirumah orangtuanya, Haris melakukan apapun sendiri, termasuk memakai dasi yang menurut dia terlalu ribet.

"Nggak usah lah Ren, aku nggak usah pakai dasi aja," ucap Haris menolak bantuan Renata.

"Udah, nggak apa-apa kok. Santai aja, ini kan kamu bilang mau meeting sama pimpin perusahaan, kalau look kamu nggak rapi, bisa-bisa mempengaruhi penilaian mereka loh terhadap kamu. Jangan sampai lah Ris cuma gara-gara dasi kamu jadi dapat imbasnya. Enggak sepadan." tutur Renata yang mulai merapikan dasi Haris.

Sementara Haris hanya pasrah, karena ucapan Renata ada benarnya juga. Tidak lama kemudian, dari belakang nyonya Hartini tengah tersenyum bahagia melihat Renata dan Haris.

"Eh Ibu, ini Haris cuma ...."

"Udah, nggak apa-apa kok Ris, harusnya kamu berterimakasih ada Renata disini bantuin kamu pasang dasi. Menggantikan kewajiban istri kamu itu, yang anehnya malah ninggalin suaminya ngurus keperluan sendiri." ujar nyonya Hartini ketus.

"Kan Maya tinggal dirumah orangtuanya, Bu. Kasihan juga Maya sudah lama nggak ketemu mereka, pasti kangen sekali." bela Haris.

"Ah, kamu itu masih saja belain istri kamu. Padahal sudah jelas salah, masih saja dibela. Heran Ibu sama kamu." imbuhnya lagi.

"Sudah Tante, jangan emosi begitu. Ingat tensi loh. Kamu berangkat ke kantor sana Ris, nanti telat." sahut Renata menengahi pembicaraan antara Haris dan Ibunya.

Haris berpamitan dengan ibunya dan juga Renata, lalu ia pergi meninggalkan rumah. Sementara itu, Renata masih melihat jika Ibu Haris masih emosi, dia tersenyum licik karena merasa senang melihat bahwa Ibu Harus masih tidak menyukai Maya. Renata lalu mencoba untuk menghibur Ibu Haris dengan memberikan oleh-oleh yang sudah dia bawa sebelumnya.

"Tante, sudah dong bete nya..., Renata kan jadi nggak nyaman. Lebih baik kita makan puding aja gimana? tadi Renata bawain Tante sama Haris puding dari restoran tempat Renata makan. Cobain deh, Tante pasti suka," ucap Renata sambil menunjukkan puding coklat stroberi yang dia beli.

"Wah..., terimakasih sayang..., ini pasti enak. Kamu benar-benar menantu idaman," Ibu Haris memuji Renata seperti biasa.

Renata tampak senang dengan pujian itu, tapi dirinya akan jauh lebih senang lagi jika pujian itu dilontarkan saat ada Maya. Renata mulai menunjukkan sifat aslinya kepada Maya, meskipun belum semuanya. Bagi Renata, sejak Maya menyinggung perasaannya, itu artinya Maya sudah memberikan sinyal perang kepadanya. Dan Renata bukan perempuan yang bisa dengan mudah memaafkan orang lain atau menerima kekalahan. Selama ini dia bersikap baik hanya karena ingin menarik simpati Ibu Haris dan Haris sendiri.

"Ren, Tante mau tanya sesuatu sama kamu, tapi kamu harus jawab jujur ya?" kata Nyonya Hartini menghentikan aktivitasnya makan puding yang diberikan Renata.

"Tante mau tanya apa? tanya saja. Nggak perlu minta ijin segala." kata Renata penasaran.

"Begini, Tante cuma mau tanya, apakah kamu masih mencintai Haris, karena sejujurnya, Tante sayang sekali sama kamu, Tante juga pengen banget kamu jadi menantu Tante. Sayangnya kamu kan tahu, kedua anak Tante sudah menikah. Dan setelah melihat sikap kamu selama ini pada Haris, Tante merasa bahwa kamu adalah perempuan yang lebih tepat untuk berada disisi Haris." ungkap Nyonya Hartini.

Sontak saja Renata begitu kegirangan mendengar ucapan Ibu Haris. Dia merasa bahwa impiannya untuk mendapatkan Haris kembali semakin besar, dan tidak butuh waktu lama lagi untuk meraih itu semua.

"Jadi..., maksudnya Tante apa? Haris kan sudah ada Maya Tante, nggak mungkin kan Haris mau menikahi Renata, kecuali Maya dan Tante yang meminta Haris untuk menikahi Renata." ucap Renata melakukan aktingnya.

"Emangnya kamu mau jadi istri Haris? misalnya jadi istri kedua? karena kalau dari Tante sendiri, sebenarnya menginginkan hal itu terjadi, tapi ada Maya perempuan tidak tahu diri itu yang pastinya akan menolak berbagai suami denganmu Ren," imbuh Nyonya Hartini.

"Iya Tante, justru karena sudah ada Maya di hidup Haris sekarang, terlebih Haris mencintai Maya. Hal itu yang membuat Renata selama ini menahan diri untuk tidak mencoba Haris lagi Tante..." ungkap Renata.

"Sudah, kamu tenang ya sayang, nanti biar Tante pikirkan caranya, pokoknya kamu juga harus berjuang mendapatkan perhatian dan hati Haris. Apalagi ini kesempatan kamu, karena Maya tidak ada, jadi kamu bisa leluasa kan memberikan perhatian ke Haris, bagaimana saran Tante?" cetus nyonya Hartini penuh semangat.

Renata semakin senang, dirinya tersenyum sumbing mendengar ucapan ibu Haris. Rencana licik yang sudah ada dipikirannya rupanya juga di dukung oleh ibu Haris sendiri. Sungguh Renata merasa Dewi Fortuna berpihak kepadanya.

* * *

Sepulangnya dari kantor, Haris langsung membersihkan dirinya dikamar, lalu cepat-cepat menelpon Maya, karena seharian di kantor sangat menguras waktunya, biasanya Haris bisa menyempatkan menelepon Maya meskipun sebentar, tapi hari itu, Haris benar-benar sibuk meeting.

["Hai sayang, kamu lagi apa?"] tanya Haris setelah Maya mengangkat telpon.

["Hai Mas, ini lagi mau makan malam sama ayah dan ibu, kamu sudah dirumah? sudah mandi juga?"] tanya Maya setelah menjawab pertanyaan Haris.

["I Miss you May...."] ujar Haris tidak menjawab pertanyaan Maya.

Maya tersenyum mendengar ucapan suaminya, apalagi melihat ekspresi wajah Haris yang seperti anak kecil merajuk lucu.

["Mas ..., jangan begitu. Jangan membuat aku merasa bersalah karena telah meninggalkan kamu selama seminggu dirumah orang tuaku."] ungkap Maya sedih.

Melihat ekspresi bersalah Maya, Haris segera mengubah wajahnya menjadi dengan senyuman manis menggoda. Tentu saja Maya menjadi gemas karena merasa di prank suaminya.

["Mas Haris ...!! tega deh ya ngerjain aku begini, mau nangis loh aku!"] imbuh Maya lagi.

Haris tersenyum, dan meminta maaf kepada istrinya atas kelakuannya.

["Maaf ya sayang, kan kamu juga tahu aku suka sekali menggoda kamu, soalnya kamu itu lucu. Tapi untuk ucapan aku tadi yang mengatakan aku kangen kamu, itu benar adanya kok May, aku benar-benar kangen kamu disini. Tiap malam cuma bisa peluk guling sambil bayangkan kamu ada disini."] ujar Haris memelas.

["Apa aku pulang saja, Mas?"] tanya Maya tidak tega melihat suaminya itu.

["Nggak usah May, kan aku sudah bilang kamu berlibur disana seminggu, nggak enak juga sama ayah dan ibu, mereka pasti kecewa. Sudahlah, kamu baik-baik disana ya, kan kurang lima hari saja, pasti aku kuat kok menahan rindu ini."] tutur Haris, sebelum akhirnya menutup telponnya karena mendengar ketukan pintu dari luar kamar.

Setelah menutup gawai nya, Haris segera berjalan menuju pintu dan membukanya. Dan betapa kagetnya Haris ketika melihat bukan ibunya yang mengetuk, melainkan "RENATA".