Karin menatap kalung itu dnegan wajah yang masam.
"Loh kenapa ko kalungnya di lihatinnya kaya gitu sih sayang?" Alex menghampiri karin.
"Ah, tak apa, aku hanya kagum saya, seumur-umur Karin belum pernah melihat kalung seperti ini." kilah Karin, sebenarnya dirinya merasa dongkol.
"Sini biar aku pakaikan!" Alex memasang kalung tersebut di leher Karin.
"Nah kan, cantik aku bilang juga apa kalo kamu memang selalu cantik sayang." Alex mengecup kening Karin.
"Ko, kamu diem aja sayang, kamu kenapa?"
"Ah, tidak apa-apa, Karin hanya sedikit lelah saja." bohongnya.
"Oh, lelah, iya sudah kamu istirahat aja iya di sini, aku mau ngerjain tugas dulu, tuh lihat berkas berkas yang ada di meja, itu semua sudah menunggu aku."
"Iya, kamu yang semangat iya." Karin memberikan senyum yang paling manis.
Dan Alex pun mencium kening Karin kembali.
Sebelum Alex duduk di kursinya Karin bertanya dengan suara lemas
"Alex siapa sebenarnya jelita?"
Jder. Alex langsung membalikan tubuhnya dan Sesegera mungkin menghampiri Karin kembali.
"Maksud kamu sayang?"
"Iya, aku tanya sama kamu, siapa itu jelita?"
"Kamu tau dari mana nama itu?" Dengan wajah yang sedikit merah.
"Aku hanya terlintas di otak saja, soalnya kalung ini ada inisial J&A, sedangkan aku kan depannya K bukan J?"
"Oh, mungkin itu yang ngukir namaya salah kali sayang, sudah lah yang namanya juga manusia, pasti pernah memiliki kesalahan,"
"Oh, kirain aku kamu sengaja buat ini."
"Tidak, aku tak tau jika inisial itu salah, sini biar aku gantikan dengan yang baru!"
"Tidak usah, aku Tidak apa-apa ko." dengan memegang kalung tersebut.
Alex berjalan mendekati Karin dan memeluk Karin dengan erat.
"Sayang, kamu jangan mikir macem-macem iya, aku sayang dan cinta hanya suka kamu, bukan sama orang lain."
"Iya Karin tau itu," padahal si dalam hati nya dirinya ingin sekali cepat pulang dan membaca buku diary tersebut.
"Kamu janji sama aku, kalo kamu gak mikirin apa apa tentang aku?" Dengan menatap mata Karin.
"Iya aku janji, sudah sana kamu kerja lagi, aku mau tidur sebentar."
"Baik lah, cepat tidur iya sayang!" Alex mencium kening Karin kembali.
Karin membaringkan tubuhnya di atas sofa besar tersebut, dan Alex menyelimuti tubuh Karin.
Di meja kerjanya Alex sedari tadi selalu melirik Karin yang sedang tertidur.
"Aku tak bisa jika harus kehilangan Karin, aku tak mau, Karin adalah milikku, cintaku selamanya!"
Karena dirinya tak bisa pokus dalam berkerja, Alex pun memutuskan untuk menyusul Karin yang ada di sofa tersebut dan ikut berbaring di sana dan memeluk Karin dari samping.
"Aku akan terus menjagamu, Samapai kapanpun, aku tak mau kejadian dulu terulang kembali,"
Di restoran.
Di sana sudah berkumpul beberapa ibu-ibu sosialita, mereka sedang asik bercengkrama dan bercanda gurau, namun tiba-tiba datang lah seorag wanita yang penampilannya hampir sama dengannya.
"Hai jeng, apa kabar? Ko kalian ngumpul di sini gak ngajak ngajak aku sih?"
"Untuk apa saya mengajak anda, anda kan sudah saya keluarkan dari club!" ucap Kelin.
"Loh, kenapa? Kan saya sudah meminta maaf atas kejadian itu!"
"Tidak bisa, rasa malu dan sakit yang keluarga saya rasakan tidak akan sebanding dengan kata maaf."
"Tapi kan jeng, kita bisa bicara dengan tenang."
"Sudah lah jeng, kita pergi yu dari sini, di sini sudah ada pengganggu!" ucap Kelin dan di setujui oleh mereka.
Kelin dan rombongannya pergi meninggalkan tempat itu, dan sedangkan Sinta, dirinya merasa terhina dan sangat marah.
"Ini semua gara-gara wanita itu, wanita itu yang sudah membuat ku seperti ini, awas kamu Karin!" ancam Sinta.
Sinta kembali ke rumah nya dengan wajah masam dan di tekuk, dirinya tak bisa jika harus di keluarkan dari club dengan cara terhormat.
"Nyonya sudah kembali, mau saya bikin kan minuman nyonya?"
"Tidak usah, siapkan saya air hangat saja, saya ingin mandi!"
"Baik nyonya, mohon tunggu sebentar."
Sinta mengutak ngatih hp nya sedari tadi, dirinya sedang berusaha menghubungi anaknya tersebut, tapi hasilnya nihil tidak ada jawaban apapun dari sana.
"Kemana sih ni anak, gak papahnya gak anaknya, cuman bosnya bikin aku kesal saja.
Di tempat lain.
"Eh jeng, kasian juga iya jeng Sinta, dia sekarang udah gak bisa gabung lagi sama kita."
"Iya jeng, saya juga sebenarnya merasa kasihan, tapi iya mau bagai mana lagi, kan ini smeua sudah keputusan jelita club."
Merek semua sedang berbincang-bincang.
Karin yang ternyata merasa terganggu dengan seseorang yang sedari tadi memainkan hidung nya tersebut pun terbangun dari tidurnya.
Dengan menggeliat Karin membuka matanya, ternyata di depan matanya sudah ada Alex yang sedang menatap dirinya .
"Kenapa kamu ko ada di sini?" Dengan mata yang sedikit menutup.
"Aku gak bisa konsen kerja, iya sudah deh, aku ke sini gangguin kamu, maaf iya."
"Heem, cuman aku masing ngantuk." Karin dengan mata terpejamnya
"Sayang ini tuh udah sore loh, bahkan kita belum makan siang, kamu ko kalo tidur itu suka kebo banget sih." Dengan menyentil kening Karin.
"Duh, sakit tau, aku tuh masing ngantuk dan juga belum laper."
"Iya sudah kalo kamu masing ngantuk, kita makan di sini aja iya, aku mau memesan makanan dulu, kamu mau makan apa?"
"Apa saja, yang penting bisa mendinginkan otak dan hati." ucap Karin asal.
"Loh, emang nya otak sama hati kamu kenapa sayang, kamu sakit?"
"Ah, tida aku tadi hanya bercanda." Karin sesegera mungkin beranjak duduk.
"Loh, ko duduk katanya tadi masing ngantuk?"
"Tidak apa-apa, udah gak ngantuk lagi."
"Iya sudah, kamu mau makan apa? "
"Apa saja Lex." ucap Karin lemas
Alex pun memesan beberapa menu makanan dan tinggal menunggu waktu akhirnya makanan itu datang.
"Yey makannya sudah datang, perut Karin udah laper ni."
"Hehe kamu ini sayang, selalu saja membuat aku gemas, tadi katanya gak laper, tapi kalo udah ngeliat makanan aja langsung laper."
"Heheh, Karin menyengir kuda."
Mereka memakan-makanan itu dengan lahap, dengan sesekali Alex menyuapi Karin, tapi di tengah-tengah aktivitas makannya tiba-tiba Karin teringat kembali dengan nama wanita itu, pasalnya sendok yang iya pegang sekarang ada inisial J dan sudah pasti itu inisial jelita".
"Aku sudah kenyang." Karin meletakan sendok tersebut.
"Loh kenapa? Kamu baru makan beberapa sendok ko sekarang sudah kenyang?"
"Tidak apa aku hanya sudah kenyang saja." bohong Karin.
"Kamu kenapa sayang, ko gak biasanya kamu seperti ini?" Alex pun meletakan sendoknya.