"Sudah belum? Ini sudah jamnya pulang, aku mau pulang!" ujar Karin sambil mengambil tasnya.
Alex yang sedang membereskan berkas kerjanya sontak saja meletakan berkas itu di atas meja.
Alex menghampiri Karin dan memegang kedua pipi Karin.
"Kamu kenapa sayang, ko aku perhatikan seharian ini kamu selalu cemberut dan tidak mood?"
Karin melepaskan tangan Alex yang ada di wajahnya.
"Tidak apa-apa, mungkin Karin hanya bosan saja." Karin sebisa mungkin menahan rasa penasarannya
"Kenapa, oh aku tau apa kamu masih penasaran dengan inisial liontin ini sayang?" Alex menggenggam pundak Karin.
"Tidak, bukan itu, aku hanya tidak mood saja, lagian bukanya kamu bilang jika ini cuman kesalahan pengukirnya, jadi untuk apa aku memikirkan Maslah ini?" Karin bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya.
Alex langsung mengikuti gerakan Karin.
"Hey, oke. Ayo kita pulang, kamu mau pulang kan, ayo aku antarkan!" Alex menarik tangan Karin.
Namun, Karin langsung melepaskan tarikan itu.
"Tidak, aku sudah janji sama ka Maya, tadi ka Maya bilang dia mau ajak aku main dulu sebelum pulang, jadi kamu tidak usah antarkan aku, kamu kerja saja, bukanya kamu akan lembur, kalo seperti itu, aku permisi dulu!" Karin terus saja berjalan tanpa mendengarkan teriakan Alex. padahal. Alex sejak tadi terus memanggil dirinya.
"Karin kenapa, kenapa dia bersikap aneh, apa jangan-jangan ia mengetahui sesuatu, dan kenapa tadi dia bisa menanyakan perihal nama Juita, apa jangan-jangan?" Alex langsung berlari meninggalkan ruanganya dan menyusul Karin.
"Hey sayang, tunggu dulu, biar aku antar pulang ya!" Alex memeluk Karin dari belakang.
Karin mencoba melepaskan pelukan dari Alex.
"Ada apa, sudahlah aku mau pulang bareng sama ka Maya, kamu kan lagi sibuk, aku gak mau ganggu kamu!" Karin berjalan meninggalkan Alex. di lantai bawah, benar saja. kini Maya sedang berdiri mematung dan melihat kearah parkiran kantor.
sebenarnya tadi Karin sudah menghubungi dirinya untuk menunggunya pulang.
tanpa bertanya apapun, Maya Langsung menyetujuinya.
"Ka, nunggu lama ya?" Karin menepuk pundak Maya.
Maya melirik kearah Karin.
"Tidak, Kaka baru keluar ko, kamu tumben gak pulang sama pak Alex?"Maya melihat kearah belakang.
"Udah, jangan bahas dia, aku lagi gak mood, udah yuk, kita pulang. Nanti kalo kesorean yang ada angkotnya keburu ilang!" Karin menarik tangan Maya.
Maya sadar, jika Karin sedang tidak baik-baik saja. ia merasa jika Karin sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
di tempat lain.
kini putri sedang menyelidiki siapa wanita yang telah membuat hidupnya berantakan, hari ini ia berniat untuk membuntuti ayahnya.
karena tadi pagi ia tak sengaja mendengar percakapan ayahnya dan wanita itu di sambungan telepon, dan sepertinya mereka merancanakan akan bertemu di sebuah tempat.
"Put, kamu sedang apa?" ayu menghampiri putri yang sedang beres-beres.
"Aku lagi beresin semua ini, hari i i sepertinya aku gak bisa lembur deh." Putri tersenyum kearah ayu.
"Loh, ko sama. aku juga hari ini gak bisa lembur, ya karena di rumah mamah aku lagi sakit, jadi aku harus segera pulang." alasan ayu.
"Loh, mamah kamu sakit, sakit apa, apa perlu aku kerumah kamu?" wajah putri terkejut mendengan kabar tersebut.
namun, wajah ayu tak kalah terkejutnya.
"Ah, tidak usah. mamah aku sakit biasa ko, nanti juga bakalan sembuh, kamu gak usah ke rumah aku ya!"
"loh, kenapa, kan aku mau menjenguk mamah kamu, lagian aku udah lama gak main kerumah kamu loh?" putri mengerutkan keningnya.
"iya, karena aku gak enak aja, udah ya aku pulang dulu!" ayu menepuk pundak putri.
putri menatap kepergian temanya itu dengan tatapan aneh.
"Kenapa gelagat ayu seperti mencurigakan?" putri menatap ke arah ayu yang sedang berjalan menjauhi kantor.
tanpa banyak basa-basi, putri langsung pergi dari sana.
awal ia akan pergi ke kantor ayahnya, putri yakin. jika ayahnya belum pulang atau belum keluar dari kantornya.
"Hari ini, aku harus tau siapa wanita itu, tak akan pernah aku biarkan dia hidup bahagia di atas penderitaan aku dan mamah!" putri berjalan dengan cepat ke arah mobil mewahnya.
sedangkan di rumah Tasya.
"Mah, besok Tasya akan pergi keluar negri." ujar Tasya sambil mengambil sebuah apel di atas meja.
mamah Kelin langsung saja menatap anaknya.
"Mau apa kamu keluar negri sayang?"
"Lah. emang mamah gak tau ya, kalo Alex itu besok akan pergi ke luar negeri sama si cewe cupu itu!"
wajah mamah Kelin terkejut.
"Hah, serius kamu, ya ampun. beruntung banget ya si cupu itu bisa langsung pergi ke negara orang."
"Iya, itu yang membuat aku kesal dan marah, seharusnya besok itu akan menjadi hari bahagia aku dan Alex, harusnya Alex membawa aku buat liburan sebelum menikah, tapi. Dia malah pergi dengan wanita itu, dan aku gak bisa membiarkan itu terjadi!" Tasya menggenggam buah apel itu dengan sangat erat.
"Tapi, bukanya besok kamu mau menemui pegawai Alex yang sedang bermasalah dengan Karin ya?"
"Iya, tadinya sih begitu. Tapi kan kalo aku gak ikut ke luar negri nanti yang ada mereka keenakan, aku pokonya harus bikin Susana mereka menjadi rusuh, aku gak terima kalo Karin bahagia mah!"
"Bagus, ini baru anak mamah." mamah Kelin memeluk anaknya.
sedangkan di rumah Alex.
sejak tadi mamah Sinta terus uring-uringan, Ia tak bisa menghubungi semua teman sosialitanya, mungkin saja mamah Kelin menyuruh semua anggotanya untuk membelok nomor ponsel mamah Sinta.
jujur saja. sejak tadi Alex tidak bisa tenang, ia terus saja memikirkan Karin, padahal besok dirinya dan Karin akan pergi keluar negri, tapi entah kenapa Karin malah bersikap aneh. Alex takut jika Karin mengetahui sesuatu tentangnya.
"Aku gak bisa tenang, aku harus menemui Karin, jika perlu aku akan bawa dia ke apartemen, biar dia tidak bisa pergi dari aku!" Alex langsung melepaskan kacamatanya dan menutup leptopnya.
sedangkan di kontrakan Maya.
mereka berdua baru saja sampai di sana.
Karin yang sedang duduk termenung di depan kamar. Mendapatkan kejutan dari Maya.
"Hayoh, sore-sore udah melamun, udah sana mandi, kamu bau tau belum mandi!" Maya memberikan handuk kepada Karin
Karin menatap Maya dengan tatapan sendu, ingin rasanya Karin bercerita tentang apa yang ia rasakan, Tapi. ia tak bisa.
"Kenapa, ko malah menatap Kaka seperti itu Hem?" Maya ikut duduk di samping Karin.
"Tidak apa-apa ka, Oh ya. Karin mau tanya sama Kaka, sebelum Kaka kenal Karin, Kaka pernah gak sih liat wajah Karin?"
kening Maya mengerut karena bingung dengan pertanyaan Karin.
"Kamu ko malah tanya yang enggak-enggak, maksudnya gimana sih dek?"
Karin membuang nafasnya dengan kasar