Di depan kantor, Karin berdiri mematung entah kenapa dia seperti orang yang linglung setelah turun dari mobil Alex.
"Wey, katanya udah pulang tadi, Ko malah masih ada di sini sih, rin?" Maya menepuk pundak Karin.
"Em, itu Ka, tadi Karin ketemu lagi sama bos itu, Terus dia narik Karin ke mobilnya. Tapi sebelum itu tadi dia ngenalin Karin ke cewe katanya Karin adalah calon istrinya gitu ka!" Karin menatap Maya dengan tatapan polos
"Ah, yang bener kamu?" Nya mengerutkan keningnya
"Ih, bener tau Ka, buktinya Karin sekarang masih ada di sini," Karin menunjuk dirinya sendiri
"Iya udah lebih baik kita pulang saja sekarang!"
"Emang kerjaan Kaka sudah selesai?"
"Udah, mangkanya ayo kita pulang!"
Maya menggandeng tangan Karin sampai ke depan kontrakan mereka.
"Duh, Ka ko tangan aku di gandeng terus sih?"
"Iya gak apa-apa, takut nya kamu hilang lagi."
"Ih gak lah, kan Karin udah besar jadi gak bakalan ilang tau,"
"Iya-iya hehehe, Iya udah kita masuk yu hari makin sore nih."
Karin dan Maya pun masuk ke dalam rumahnya dengan sambil bercanda, Entah kenapa padahal Karin dan Maya baru bertemu beberapa kali, tapi mereka terlihat sudah dekat seperti seorang sodara.
di kejauhan ternyata Karin di buntuti oleh sebuah mobil.
"Ternyata di situ rumahnya, Lihat saja akan aku habisi kamu dasar cewe udik!" ucap Tasya marah sambil memukul stir mobilnya.
Di kediaman Alex
"Dari mana saja kamu Alex?"
"Iya dari kantor lah mah, Mau nya dari mana?"
"Kamu ini ko makin hari makin gak bisa di atur iya Alex, Kamu apakan Tasya hah?"
"Aku tak apa apakan Tasya mah, Sudah lah mah aku dan Tasya itu sudah tak memiliki hubungan apa pun jadi jangan paksakan aku untuk kembali padanya."
Alex meninggalkan mamahnya dan terus saja berjalan menaiki anak tangga.
"Tak bisa di biarkan jika seperti ini terus bisa bisa rencanaku gagal!" ucap Mamah
ke esokan paginya di kontrakan Maya sudah terdengar keributan
"Duh Karin kecepatan kenapa sih, Kamu tuh mau kerja atau mau ngajar sih?"
"Bentar ka, aku lagi nyari kos kakiku dulu nih,"
"Nanti kita terlambat, kamu mau kalo kita terlambat terus di pecat, Masa belum apa-apa kamu langsung di pecat sih." Maya mengoceh
"Eh iya-iya Ka, ini udah selesai ayo kita berangkat!" ucap Karin bersemangat
Di dalam perjalanan Karin dan Maya memakai kendaraan umum
"Ka, macet gimna ini?" Karin terlihat risau
"Kamu sih jadinya keburu kejebak macet kan," Maya menoyor kening Karin
"Ih Kaka mah, Maaf iya ka, Jangan marah," Karin mengusap keningnya dan menyengir kuda.
Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di tempat kerja
"Rin, kamu tugasnya bersihin lantai bawah iya, Kaka mau bersihin lantai atas dulu!" Maya membawa peralatan kerjanya
"Siap ka, Bismilah semoga aku bisa!" Karin tersenyum
tiba-tiba
"Maaf apakah anda yang namanya Karin?"
"eh iya pak ada apa iya, Apa yang bisa saya bantu pak?" Karin menghampiri orang tersebut
"Tidak ada, saya hanya di suruh untuk manggil kamu sama Tuan Alex,"
Karin mengerutkan keningnya
"Hah Tuan Alex, Mau apa iya. Pak?"
"Tak tau, Lebih baik kamu segera menemuinya!"
"Tapi Karin tak tau di mana tempat pak bosnya," Karin menatap sekertaris itu dengan tatapan bingung
"Mari ikut dengan saya!"
Karin mengikuti lelaki itu dari belakang dan berjalan dengan terus menunduk.
tok tok tok
"Maaf Tuan, ini Nona Karin sudah ada di sini,"
"Baik, kamu boleh pergi dan biarkan dia masuk!"ucap Alex.
"Silahkan masuk Nona Karin!" Ujar sekertaris alex
Karin memandang lelaki itu dan mengangguk kan kepalanya
"Permisi,"ucap Karin.
"Duduk, Dan baca ini!"
"Maaf ini apa iya. Pak, em apa ini surat untuk mecat saya. Pak?" Dengan wajah yang sedih.
"Mangkanya baca dulu, baru kamu tau nanti isinya apa!"
Karin membuka nya dan sangat teliti membaca isi surat itu.
"Maksudnya, saya jadi sekertaris bapak gitu? Tapi kan saya cuman lulusan SMA pak?" Niken menatap Alex dengan tatapan tak percaya
"Ini tuh kantor saya jadi saya berhak memutuskan apa saja, Kamu cuman tinggal tanda tangan saja udah!" Alex, sedikit meninggikan suaranya
"Karin gak mau. Pak."
"Kenapa?" dengan wajah bingung.
"Karena Karin ke sini tuh ngelamar buat jadi ofifice girl, Pak. Bukan sebagai sekertaris, Lagian Karin gak bisa." Karin menundukkan wajahnya sambil menggeleng
"Kalo kamu tak mau jadi sekertaris saya, kamu bisa keluar dari sini dan jangan pernah datang lagi ke sini dan sekalian ajak Kaka kamu itu!"
"Maksudnya pak, saya di pecat? Jangan pak kalo saya yang di pecat sih tak apa, tapi jangan dengan ka Maya, ka Maya tak punya salah apa apa," Karin menatap Alex dengan tatapan sendu
"itu terserah denganmu, kamu mau atau tidak ya terserah," Alex memutarkan pulpen yang sedari tadi ia pegang.
Alex menatap Karin dengan tajam, Sambil memainkan pulpen.
Karin sesekali memandang ke arah Alex dan sesekali ke arah kertas itu.
"Baik lah Karin mau. Pak," dengan nada lemas
"Kamu tuh aneh, orang orang di luar sana tuh mau malah pada rebutan untuk menjadi sekertaris saya, tapi kamu malah tak mau, Bagus lah jika kamu sudah bisa menerimanya." Alex tersenyum kecut
Karin pun mendatangani surat itu dan Alex pun tersenyum
"Dan ingat mulai sekarang, kamu adalah sekertaris dan sekaligus calon istriku ngerti kamu!" Alex menatap Karin dengan tatapan datar.
"loh ko ada calon istrinya juga, kan tadi di dalam perjanjian tidak ada tulisan itu pak?" Karin menatap mata Alex dengan seksama
"Di dalam sana tertulis bahwa semua perintah saya itu wajib di lakasnakan."
"Tapi pak?"
"Jangan panggil saya pak, panggil saya Alex jika tidak ada siapa-siap dan jika di luar ruangan baru panggil saya pak, dan jika ada wanita yang kemarin panggil saya sayang ngerti kamu?" ucap Alex penuh penekanan.
"I-iya Pak, Eh maksudnya Alex." Karin mengigit bibirnya
Karin pasrah saja dengan apa yang terjadi tapi tiba-tiba
brak pintu di buka begitu saja
"Maaf. Tuan, tadi saya sudah mencegah Nona Tasya agar tidak masuk tapi. Nona Tasya bersih keras untuk masuk Tuan," ujar sekertaris alex
"Sudah tak apa, Kamu keluar sana!"
"Hahaha, ini yang kamu bilang calon istri kamu, Lihat dia, dia ternyata adalah seorang office girl hahaha." Tasya tertawa dengan sangat keras. Hingga membuat beberapa orang melihat ke arahnya.
"Diam kamu Tasya, dia bukan office girl. Tapi sekertaris sekaligus calon istriku!" Alex menatap Tasya dengan tatapan datar
"Kamu jangan gegabah jadi orang Lex, coba kamu lihat, dia Tidak pantas untukmu, kamu itu pantasnya hanya denganku!" Tasya menunjuk dirinya sendiri dengan angkuhnya.
Alex menarik tangan Karin dan memeluknya dari belakang dengan erat sedangkan Karin cuman bisa kaget dan melotot.
"Lihat apanya yang tidak pantas, Dia jauh lebih pantas dari pada kamu Tasya, iya kan sayang?" tanya Alex ke Karin
"Em, iya sayang itu benar," Karin mengikuti arahan Alex
"Kurang ajar, Lepasin, kamu Tidak pantas untuk ada di posisi ini!" Tasya menarik tangan Alex agar terlepas dari tubuh Karin.
dengan sekuat tenaga pun Alex menghempaskan tangan Tasya .
"Jaga sikap kamu Tasya, kamu bukan siapa-siapa di sini, jadi jangan keterlaluan, pergi kamu!" bentak Alex.