"Dan apa Pah? Mengapa Ditto belum bisa mengerti dengan apa yang ingin kalian sampaikan pada Ditto!" ujar Ditto mulai mengeraskan suaranya karena merasa apa yang berusaha untuk di jelaskan oleh orang tuanya itu sangat membingungkan dirinya.
"Ditto, Sayang maafin Mama ya gak penah bilang ke kamu kalau sebenarnya Mama dan Papa sudah setuju menjodohkan kamu dengan seorang perempuang yaitu anak dari Pak Yanto. Beliau adalah orang yang memiliki perusahaan ke dua yang kamu kelola itu. Tapi, karena anaknya itu sangat kampungan dan tidak terpelajar juga maka kami memutuskan untuk tidak menjodohkan kamu dengannya Nak," Ibu Surya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, seketika Ditto seakan-akan mendegar suara ibunya itu terngiang-ngiang di telingannya.
"Mah, lalu apa hubungannya dengan perusahaan itu? Jika memang itu milik Bapak siapa itu? Bapak Yanto, lalu mengapa perusahaan itu menjadi nama Furniture Adiguna? Lalu jika memang ia pemilik dari perusahaan itu berarti dia adalah orang yang berada lalu megapa anaknya itu kampungan dan tidak terpelajar? Hah … sungguh ini tidak masuk akal sama sekali!" teriak Ditto sambil mengekspresikan kalau ini sangat tidak disukainya.
"Jadi dia adalah seorang anak yang tidak tinggal bersama ayahnya karena sudah bererai dengan istrinya, istrinya membawa anaknya itu kekampung dan tinggal disana bersama. Pak Yanto tidak mempunyai keluarga disini jadi sebelum itu kita belum mmepunyai perusahaan, lalu Pak Yanto meninggal dan menyerahkan perusahaan itu pada kami, ia meminta agar kami akan menyerahkan semua perusahaan itu pada anaknya itu dan kami juga berjanji untuk menjodohkan kamu dengannya. Sampai sekarang kami masih mengambil keuntungan dari perusahaannya itu dan menjadikannya milik kami, namun untuk menguasai perusahaan itu kamu harus menikah dengan anaknya dan menjadikannya milikmu, hanya itu yang bisa kita lakukan untuk mengambil tabungan yang besar dari perusahaan itu," jelas ibunya dengan tantam, walau ia tau itu adalah kesalahan, namun demi harta ia tidak bisa menjalankan hati nuraninya, karena itu tau sangat sulit untuk membangun itu semua.
"Lalu bagaimana dengan anak itu?" tanya Ditto dengan sangat sedih karena tidak menyangka ternyata keluarganya yang ia kenal sebagai orang yang bermurah hati dan sering memberi santunan pada para anak yatim piatu, tapi ternyata malah merampas hak itu dari anak yatim pula.
"Demi bisa terbebas dari kemiskinan maka kami memilih untuk tidak memberi perusahaan itu pada anak itu, namanya adalah Hana Bin Yanto. Pak Yanto sudah menyiapkan sebuah tabungan besar di bank untuk modal hidup kalian dan itu hanya bisa dicairkan jika kalian menunjukkan buku nikah dan tanda tangan berdua. Awalnya kami tidak peduli dengan uang itu, tapi sekarang itu harus kamu ambil dengan menikahi anak perempuan itu," perintah Ibu Surya, namun sebenarnya hatinya merasa sangat berat karena ia tau bahwa Ditto, anaknya itu sangat mencintai Rania yaitu temannya sejak kecil namun ia tidak pernah berani mengatakan hal itu pada Rania, alasannya karena takut cintanya ditolak.
"Mah, Pah kalian tega sekali melakukan ini semua, itu adalah haknya dia bukan hak kita. Mah, Mama tau kan kalau Ditto ini mencintai Rania, sudah lama Ditto menyimpan rasa itu dan Mama yang menjadi tempat bercerita bagi Ditto tentang Rania." Ucap Ditto menolak semua itu, ia memang kasihan pada Hana yang sudah menjadi korban keserakahan orangtuanya, namun ia juga tidak bisa menerima pernikahan itu karena ia mencintai Rania.
"Tapi, ini yang harus kamu lakukan demi bisa mendapatkan uang itu untuk membayar hutang kita dan kita tidak akan bangkrut, tidak mungkin kita menjual perusahaan itu karena itu bukan milik kita Ditto, setelah uang itu bisa kita dapatkan maka kamu silahkan jika ingin menceraikan dia, Mama tidak akan pernah melarang itu semua," ujar ibu Surya rela menyakiti perempuan lain demi bisa mendapatkan uang itu, karena uang itu jumlahnya begitu besar sehingga pasti lebih dari cukup untuk membayar semua hutang dan kerugian perusahaan mereka.
"Iya Ditto, ingat ini semua kesalahan kamu dan kamu yang harus menjadi seseorang yang berada di garda terdepan untuk bisa menyelamatkan perusahaan ini!" perintah Pak Surya memaksa Ditto untuk menikahi Hana lalu mereka akan mendapatkan uang itu, tentu Ditto tidak mau melakukan itu semua, ia tidak mungkin membiarkan orang lain hancur hanya demi kebaikannya dan keluarganya.
"Tidak Pah, Ditto tidak akan pernah melakukan itu, itu adalah hal yang sangat berdosa. Papa dan Mama pasti lebih mengerti kalau pernikahan itu bukanlah hal yang bisa untuk di permainkan demi sebuah harta, seakan pernikahan itu adalah umpan yang menjadi taruhan. Pokoknya Ditto tidak mau melakukan ini semua Pah!" tegas Ditto, ia tidak mau melakukan hal itu karena ia tau itu adalah salah satu dosa yang tidak akan pernah di maafkan Tuhan, lalu Ditto langsung merangkak pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya dengan reflex langsung mengejarnya, ayahnya, yaitu Pak Surya yang masih dalam keadaann lemah langsung saja terjatuh karena dadanya yang terasa sangat sakit. Tiba-tiba Ibu Surya melihat kebelakang dan melihat suaminya sudah terkapar dilantai, sontak ia berteriak histeris tanpa mempedulikan Ditto, ia langsung mengejar suaminya yang sudah terbaring dilantai.
"Papa! Tolong, Dokter! Suster!" teriak ibu Surya panic sambil menangis karena ia takut kehilangan suaminya itu, Ditto yang mendengar suara teriakan ibunya langsung saja melihat kearah orangtuanya itu dan sangat keget ketika ia melihat ayahnya sudah terjatuh disana, belum sempat ia menghampiri ayahnya itu, dokter dan suster sudah datang menghampiri ayahnya untuk memeriksa keadaannya. Ditto dan ibunya diminta keluar dari ruangan itu karena para medis itu ingin memeriksa Pak Surya, Ditto mengajak ibunya itu keluar dan memintanya duduk dikursi panjang yang berada dilorong rumah sakit itu dengan lampu redup nan sepi Karena sudah malam sehingga para pasien dan keluarga masing-masing sudah beristirahat.
Ibu Surya menunduk menangisi suaminya yang baru saja tersadar dan sekarang sudah kembali pingsan, Ditto merasa sangat bersalah dengan ini semua, ia merasa ia yang sudah menjadi penyebab sakitnya ayahnya, ia ragu ingin meminta maaf pada ibunya yang sedang duduk tepat disampignya, ia seakan sangat takut menegor ibunya yang hanya terdiam dan menangis sambil getir di bibirnya. Lalu walau takut ia memberanikan diri untuk berbicara langsung dengannya.
"Mah, Ditto mau-"
"Sudahlah Ditto, huff Papa sudah dalam keadaan yang sangat buruk saat ini dan Mama gak mau menambah masalah dengan berdebat dengan kamu lagi, oleh karena itu Mama lebih memilih untuk diam saja dan tidak akan mengungkit masalah ini. Biarkan saja perusahaan itu lenyap!" Potong ibunya, ia sangat letih dengan permasalahan yang sudah ia hadapan sehari ini, ia tidak ingin membahasnya lagi.