Chereads / CEO Panas Suamiku / Chapter 2 - 2. Berpura-pura Lumpuh

Chapter 2 - 2. Berpura-pura Lumpuh

POV Author

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan sudah saatnya Sagara untuk membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.

Pukul delapan pagi, pemuda tampan itu harus sudah siap karena para kerabat dan orang-orang yang akan mengiringi mobil pengantinnya sudah mulai berdatangan ke rumah ini.

Kini langkah kaki Sagara dia arahkan ke ruang kamar mandi di dalam kamarnya.

Air dingin yang sangat menyegarkan mulai membasahi tubuh kekar pemuda itu dan membuat luruh semua kotoran yang menempel di kulitnya.

Beberapa saat kemudian Sagara yang telah selesai membersihkan diri mulai keluar dari dalam ruang kamar mandi dengan mengenakan kimono berwarna biru yang membalut tubuh jangkungnya.

"Ken," sapa Sagara saat mendapati Sekretaris pribadinya telah masuk kembali ke ruang kamarnya dan saat ini sedang duduk di sebuah sofa sambil membaca berita online di ponsel pintarnya.

Pemuda tampan yang bernama Kenzo segera mengangkat wajahnya saat namanya dipanggil oleh Sagara.

"Ternyata kamu sudah masuk," ucap Sagara yang saat ini sedang berjalan ke arah jendela kamar sambil mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil di tangannya.

"Iya, Tuan. Jika aku tetap berada di luar maka akan menimbulkan kecurigaan." sahut Sekretaris Ken.

"Pintu sudah kamu kunci, kan?"

"Sudah, Tuan." angguk Sekretaris Ken.

"Kalau begitu ... kamu duluan sana yang ganti baju! Aku mau mengeringkan rambutku dulu nih."

"Baik, Tuan Muda."

Sekretaris Ken bangkit dari duduknya dan kedua kakinya mulai ia langkahkan ke ruangan khusus yang berisi lemari pakaian raksasa yang di dalamnya terdapat banyak baju, celana, sepatu, dan pernak-pernik lainnya.

Hal ini sudah menjadi rutinitas biasa bagi lelaki itu yang selalu mengganti pakaiannya setelah Tuan Mudanya selesai membersihkan diri, sebab semua orang tahunya bahwa Dia selalu membantu Sagara mandi setiap hari.

Pakaian yang sebelumnya dia kenakan, kini dia masukkan ke dalam tempat cucian kotor yang tersedia di dalam ruang kamar mandi.

Beberapa bagian pakaian itu Sekretaris Ken basahi dengan air agar terlihat seolah-olah pakaiannya basah setelah membantu Tuannya membersihkan diri. Sehingga tidak ada satu pun orang yang curiga bahwa sebenarnya Tuan Muda Sagara tidak cacat.

Kini giliran Sagara yang masuk ke dalam ruangan lemari raksasa itu. Dia mulai mengenakan pakaian pengantinnya yang berwarna putih bersih.

Saat ini Sagara tengah berkaca melihat penampilannya di dalam cermin di ruangan ini. "Aku memang selalu tampan dengan pakaian apa pun yang aku kenakan." ucapnya narsis.

Sagara mulai keluar dari dalam ruangan khusus itu dengan pakaian yang rapi. Sedangkan Sekretaris Ken sudah bersiap dengan kursi roda yang selalu Sagara duduki selama dua bulan terakhir ini ketika pemuda itu berkeliaran di luar sana.

"Silakan, Tuan." ucap Sekretaris Ken mempersilakan Sagara untuk segera duduk di kursi roda.

Sagara mulai duduk di atas kursi roda dan Sekretaris Ken mulai mendorong kursi roda itu.

***

Sesampainya di luar. Awan yang sudah menunggu kedatangan Sagara sejak tadi langsung menyambut Adik lelakinya itu.

"Ganteng benar Adeknya Kakak." puji Awan.

"Terimakasih banyak atas pujiannya, Kak." sahut Sagara dengan senyum palsunya.

"Wuih~ Viola pasti merasa sangat beruntung banget nih, bakalan punya suami seperti kamu, Ga. Udah ganteng, pinter, pastinya jago di ranjang lagi. Hahaha," gelak Awan.

"Ah, Kakak bisa aja. Saga nggak mungkin sejago pria pada umumnya. Keadaan Aku aja sekarang lumpuh kayak gini." tutur Sagara yang dia buat sesendu mungkin.

"Masa sih? Ah nggak mungkin nggak jago. Kakak yakin banget kalau kamu pasti bakalan lebih jago dari Kakak."

Sagara hanya membalas dengan senyum kaku yang sengaja dibuat-buat agar Awan mengira dirinya sedang terluka hatinya.

Di permukaan, air muka Sagara terlihat mulai murung karena dia harus berpura-pura seperti itu agar Awan tidak curiga kalau dirinya tidak benar-benar cacat.

Awan yang melihat raut wajah Adiknya yang sedang sedih mulai menyunggingkan sebelah bibirnya yang menandakan bahwa dia senang dengan keadaan ini.

Semua orang sudah berkumpul dan sudah waktunya mereka semua berangkat ke tempat diselenggarakannya acara pernikahan Sagara.

"Ayo semuanya kita berangkat ke Gedung B!" seru Awan mengomando semua orang yang akan mengiringi mobil pengantin Adiknya.

"Ayo!" seru mereka semua.

Semua orang mulai masuk ke dalam mobil mereka masing-masing. Begitu pula dengan Sagara yang saat ini sedang dibantu oleh Sekretarisnya untuk naik ke atas mobil.

***

POV Awan

Saat ini aku sudah berada di dalam mobilku sendiri bersama dengan Sekretaris cantikku yang bernama Diana.

Aku sangat puas sekali melihat raut wajah Adik-ku yang muram setelah aku ejek dengan kata-kata yang halus.

"Tuan Awan," Sekretaris-ku yang saat ini sedang menyetir mobil memanggil namaku.

"Ada apa, Di?" tanyaku.

"Apakah Tuan benar-benar akan menikahkan Tuan Muda Saga dengan Viola?"

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu, Di?"

"Aku hanya penasaran saja. Kenapa Tuan Awan malah memberikan seorang gadis yang memiliki kualifikasi yang bagus untuk Adik Tuan yang sudah cacat."

"Hahaha," aku tergelak mendengar penuturan dari Sekretaris-ku ini.

"Kenapa Anda malah tertawa, Tuan?" tanya Sekretaris-ku dengan nada bicara sedikit kesal.

"Apa kamu pikir Aku akan memberikan barang yang bagus untuk Adik-ku itu, hm?"

"Siapa yang tahu," sahut Sekretaris-ku sambil mengangkat kedua pundaknya singkat.

"Hahaha," tawaku meledak lagi.

"Hiss, cepat jawab, Tuan!" pintanya dengan nada suara yang manja dan menggoda.

"Jangan bersuara manja seperti itu, Di!"

"Memangnya kenapa?"

"Takut nanti ada yang bangun." jawabku lirih.

"Hahaha," Diana malah tergelak mendengar jawabanku.

"Jangan tertawa, Di!" ucapku kesal.

"Terserahku,"

Aku mulai mendekat ke arah Diana yang saat ini sedang berada di depanku karena Aku sedang duduk di kursi belakang.

"Kalau sampai ada yang tiba-tiba bangun, Aku akan menculikmu ke sebuah ruangan agar kau menidurkan kembali sesuatu yang bangun itu." bisikku di telinganya.

"Aw," pekiknya kaget saat aku menjahili telinganya.

"Jangan macam-macam ya, Tuan! Kalau Aku sampai kehilangan fokus dalam berkendara, kita bisa celaka."

"Itu hukuman untukmu yang sudah berani-beraninya menertawakanku."

"Baiklah, aku terima hukumanku, tapi aku juga akan menghukummu, Tuan."

"Hemph," dengusku, " menghukumku?" salah satu alisku terangkat karena meremehkan ancaman dari Sekretaris-ku ini.

"Iya, aku akan menghukummu. Akan aku pastikan selama sebulan ini Anda tidak akan bisa menyentuhku." ucapnya dengan senyum liciknya.

"Ya, ya, ya," Aku mulai panik, "mana boleh seperti itu, Di." ucapku tidak terima.

"Bodo,"

"Di, Kamu nggak boleh kayak gitu. Kalau Aku puasa selama sebulan tidak menyentuhmu, aku bisa kehilangan semangat." rengekku sambil mengguncang pelan pundak Sekretaris-ku yang statusnya merangkap menjadi kekasih gelapku.

"Kan masih ada Yunita Istrimu, Tuan." ucapnya enteng. " Tuan main saja dengan Istri Tuan selama sebulan ini."

"Mana boleh begitu," protesku, "jangan kejam seperti itu lah, Di!" pintaku. "Sebutkan apa maumu, pasti akan aku turuti semuanya."

"Baiklah, kalau begitu aku ingin cincin berlian yang sama persis dengan cincin yang dimiliki oleh Yunita, Tuan."

"Deal." ucapku langsung menyetujui.

Sebuah cincin berlian seperti itu adalah hal yang mudah bagiku.

"Pokoknya harus sama persis!"

"Bisa diatur, Di."

"Oke."

Beberapa saat situasi di dalam mobil ini diselimuti keheningan.

"Di," ucapku membuka percakapan.

"Hm,"

"Sepulang dari acara pernikahan Saga, kita langsung ke Apartemen-mu ya!" bisikku.

"Bukankah nanti malam Tuan ada janji makan malam dengan Yunita yang akan merayakan hari ulang tahunnya?" jawab Sekretaris-ku mengingatkan.

"Oh iya, Aku kok bisa kelupaan begini ya."

"Tapi ... kalau Tuan memang ingin bermain denganku, kita bisa bermain sebentar" bisiknya dengan nada suara yang menggoda.

Hancur sudah pertahananku sejak tadi. "Astaga, Di. kataku kan jangan dulu menggodaku." keluhku yang saat ini mulai tersiksa.

"Memangnya kenapa, Tuan?" tanyanya dengan raut wajah polosnya.

"Jangan sok polos wajahnya!" kesalku.

"Hahaha," Dia malah tertawa.

"Jangan tertawa!"

"Kira-kira nanti saat orang-orang melihat celana Tuan, reaksi mereka kayak gimana ya? Hahaha,"

"Dasar Sekretaris nggak ada akhlak." umpatku.

"Hahaha," Dia masih terus tertawa.

"Cepat cari Motel atau Hotel terdekat!" perintahku.

"Lha, kita kan mau ke Gedung pernikahannya Tuan Muda Saga."

" Sudah, turuti saja perintahku!"

"Baik, baik, Tuan. Hahaha,"

"Tertawalah sepuasmu," ucapku sinis.

"Hahaha,"

***

Tekan tombol like dan simpan cerita ini di gudang buku kalian agar jika cerita ini update kalian mendapatkan notifikasinya.