Chereads / CEO Panas Suamiku / Chapter 7 - 7. Sagara Bagai Makan Buah Simalakama

Chapter 7 - 7. Sagara Bagai Makan Buah Simalakama

Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.

Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.

'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya.

"Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya.

"Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini."

"Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini."

"Tapi ...,"

"Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.

'Arghhh, menyebalkan.' batin Sagara mengumpati Awan.

Saat ini pemuda tampan itu seperti berada di tepi jurang dan sedang terpojok oleh Singa yang lapar.

Jika dia loncat, maka dia akan mati. Jika dia tidak loncat maka tubuhnya akan dicabik-cabik oleh Singa lapar itu.

Situasinya saat ini sama-sama tidak menguntungkan bagi dirinya mau memilih jalan yang mana.

Jika Sagara menerima Viona sebagai Istrinya, maka karirnya semakin suram saja karena memiliki seorang Istri yang tidak berguna sama sekali.

Namun jika dia gagal menikah hari ini, maka kemungkinannya dia ditunjuk untuk menjadi CEO kembali di rapat direksi selanjutnya akan sangat kecil peluangnya.

Tuan Smith pemilik saham terbesar di Samudra Group terkenal tidak menyukai orang yang mempunyai riwayat kegagalan dalam hidupnya.

Katanya laki-laki itu tidak pernah menunjuk orang yang pernah gagal dalam hidupnya untuk menjabat sebagai pemimpin di Perusahaan-Perusahaan miliknya.

Meskipun itu hanya kabar angin belaka namun Sagara tidak mau mengambil risiko. Dia tetap harus memilih jalan yang aman, yang tidak membahayakan posisinya sebagai CEO di Samudra Group.

Dengan kata lain, Sagara harus bersedia menikah dengan Viona secara sukarela ataupun secara terpaksa demi jabatannya itu.

'Sungguh cerdas sekali jalan pikirannya Awan. Bisa merencanakan sebuah skema yang brilian seperti ini.' batin Sagara. 'Sepertinya Awan sedang berjaga-jaga agar dia bisa merebut kursi CEO dari tanganku. Dia mungkin belum yakin seratus persen dengan kecacatanku ini. Jadi dia mencoba mencari cara lain agar aku terlihat cacat prestasinya di mata Tuan Smith. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Biarlah untuk sementara waktu -aku menikah dengan gadis jelek itu. Toh setelah aku terpilih kembali menjadi seorang CEO untuk tiga puluh tahun kedepan, aku bisa dengan mudah menceraikan gadis bodoh itu -kapan pun aku mau. Lalu aku bisa menikah dengan wanita yang memang aku cintai.'

Kini keputusan Sagara sudah bulat. "Aku bersedia menikah dengan Viona." ucapnya mantap.

Semua orang yang ada di sekitar pemuda tampan itu langsung terbelalak kaget mendengar perkataannya.

"Tuan!" seru Sekretaris Ken yang keberatan dengan keputusan Sagara.

"Cepat dandani Viona dan nikahkan kami segera! Aku sudah lelah berada di gedung ini." ucap Sagara tegas.

"Baik, Tuan." sahut Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira dengan semangat empat lima.

Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira langsung mendekati anak bungsunya yang saat ini sedang memakan salad buah di dalam sebuah kotak plastik.

"Viona sayang," panggil Nyonya Nadira kepada gadis itu.

Viona menghentikan aktivitas makannya dan mendongakkan wajahnya ke arah Ibunya.

"Ayo ikut kami!" Kamu akan didandani oleh seorang make up artist yang handal."

"Buat apa, Ma? Lagipula Vio udah cantik gini kok. Nggak perlu lagi didandani sama make up artist. Selain itu Vio juga lebih suka dengan hasil dandanan tangan ajaibnya Vio sendiri." tolak Viona.

"Ayolah sayangku, cintaku, manisnya Mama yang paling kiyut kiyut! Mau ya!" bujuk Nyonya Nadira. "Kamu itu mau dinikahin sama Tuan Muda Saga lho ... jadi harus tampil cantik mempesona."

"Oemji~ Vio yang cantik bak Bidadari ini -mau dinikahkan dengan Tuan Muda Saga yang tampan itu?"

"Iya, sayang. Kamu mau ya ... nikah sama dia!"

"Yeay!" sorak Viona dengan suara keras sampai-sampai menarik perhatian banyak orang di sekitarnya. "Vio mau banget, Ma." angguk Viona berulang kali dengan tempo yang cepat. "Akhirnya impian Vio nikah sama pangeran tampan seperti Tuan Muda Saga bisa terwujud. Yihaaa!"

Viona saat ini tengah bersorak sambil berlari-lari kecil mengitari kedua orang tuanya saking senangnya.

"Eh, bukankah Tuan Muda Saga mau nikah sama Kak Ola, ya?" tanya gadis itu yang baru menyadari kejanggalan ini.

"Kak Ola tiba-tiba menghilang entah kemana. Jadi terpaksa kamu yang harus menggantikan posisinya, Sayang." timpal Tuan Sofyan.

"Ya sudah. Let's Go! Ayo kita ke ruang make up, Ma, Pa." ajak Viona antusias kepada kedua orang tuanya. "Vio mau dandan yang cuantik mblaem-mblaem."

Tangan gadis itu kini menggandeng lengan kedua orang tuanya dan menggeret mereka ke ruang make up dengan semangat.

***

Di bangku meja lainnya. Saat ini Sekretaris Ken sedang manyun sambil melihat ke arah Sagara yang sedang memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.

"Tuan Muda gimana sih, sudah tahu kalau aku tuh suka sama Nona Viona, kok malah ditikung sama, Tuan." ucap Sekretaris Ken sambil memaju-majukan bibirnya kedepan dan membuat wibawanya meluncur seketika ke dasar rawa-rawa.

"Mau gimana lagi. Kalau aku nolak pernikahan ini -pasti Awan akan bersorak gembira karena dia berhasil merusak prestasi dalam hidupku yang tak pernah gagal."

"Oh iya, aku baru ingat. Tuan Smith kan nggak pernah milih orang yang pernah gagal dalam hidupnya untuk jadi pemimpin di Perusahaannya, ya."

"Nah iya. Makanya aku terpaksa setuju menikah dengan Viona." sahut Sagara cepat. "Kamu tenang saja, Ken. Aku tidak akan menyentuh Viona seujung rambut pun." janji pemuda itu.

"Janji ya, Tuan!" Sekretaris Ken mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Sagara.

"Ih, apaan sih? Nggak usah pake janji jari kelingking segala lagi, Ken. Kayak bocah aja." tolak Sagara sambil menepak pelan tangan Sekretarisnya.

"Pokoknya harus janji kelingking, Tuan!" tegas Sekretaris Ken bersikeras sambil mengacungkan jari kelingkingnya kembali.

"Iya, iya, iya," Sagara terpaksa menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking laki-laki di sebelahnya.

"Sekalian cap jempolnya juga, Tuan!" pinta Sekretaris Ken yang banyak maunya.

"Huft," Sagara langsung menempelkan ibu jarinya ke ibu jari Sekretarisnya. "Sudah puas kan?"

"Iya," angguk lelaki itu. "Tapi ...,"

"Tapi apa lagi sih?" kesal Sagara.

"Aku akan terus memantau gerak-gerik Tuan Muda agar tidak khilaf."

"Baiklah. Terserah apa katamu kamu saja, Ken." pasrah Sagara yang benar-benar kewalahan saat menghadapi sifat kekanak-kanakan Sekretarisnya.

***

Tekan tombol like dan simpan cerita ini di gudang buku kalian agar jika cerita ini update kalian mendapatkan notifikasinya.