Hal itu terjadi selama beberapa hari ke depan, sampai pada titik di mana dia menjadi lebih hafal dengan jalur hutan itu.
Pada waktu yang sama, Wolfie diam-diam mengikuti di belakangnya. Saat Rey beristirahat, dia akan menjaga Rey dari jarak yang jauh.
Namun, Wolfie memilih untuk tidak makan dan minum. Dia semakin lemah setiap harinya. Saat Rey menyadari warna pucat dan gerakan sempoyongan Wolfie, dia merasa ada kata-kata yang tidak bisa diungkapkan mulai tumbuh di hatinya.
Cuaca yang sedang mendung di atas hutan labirin mencerminkan hati sedih milik Rey.
Bersamaan dengan hilangnya aroma bunga locust, Rey akhirnya mencapai ujung hutan locust.
Pada saat itu juga terdengar bunyi berdebum datang dari belakangnya - Wolfie jatuh tak berdaya di atas rerumputan.
Rey berbalik, menyaksikan sosok kurus yang tersungkur di atas tanah. Rey merasa ragu, tapi tetap melangkah ke arah si pemuda.
Bulu mata yang panjang milik Wolfie tertutup dan napasnya mulai melemah.
Rey menghela napas saat dia menyeka air mata yang mengambang di kelopak mata Wolfie yang tertutup.
Dia tahu jika Wolfie tidak pernah berbohong padanya; Wolfie memang tidak pernah berkata kalau dia adalah seorang manusia ataupun bukan.
Lagi pula, saat malam ketika kecelakaan itu terjadi, sebenarnya bukanlah salah mereka berdua. Sekarang saat Rey merasa tenang dan mulai memikirkannya kembali, faktor sesungguhnya yang salah adalah buah aprodisiak yang mereka makan. Rey menyadarinya beberapa hari kemudian saat dia menemukan kembali buah itu dan menelitinya.
Dia menyadari perasaan bersalah dari si pemuda itu. Dan dia mulai merasa sangat menyesal dengan kata-kata kebencian yang dia utarakan pada Wolfie.
~"Hei... Aku menyukaimu."~ Pengakuan Wolfie melintas di pikirannya. Rey merasa lebih kebingungan saat ini.
Dia dengan cepat menyalakan perapian di dekat si pemuda itu lalu pergi untuk mencari buah untuk di makan oleh mereka.
Saat Rey berkeliling untuk mencari buah, dia merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Dedaunan dan ranting-ranting pohon yang berderak dan remuk bisa terdengar bersamaan dengan suara yang datang.
Rey menyadari bahwa suara itu terdengar sangat aneh, dia dengan cepat berbalik.
Suasana hutan menjadi sangat sunyi. Rey menyipitkan matanya saat dia mencoba untuk melihat apa yang ada dibalik pepohonan yang lebat itu.
"W-Wolfie?" dia bertanya dengan ragu-ragu.
Serbuan rasa panik tiba-tiba muncul saat dia menyadari kalau... itu bukan Wolfie!
Aura di hadapannya mulai berubah, kemudian asap gelap muncul dan membesar, asap itu membentuk bayangan tidak jelas yang sangat besar yang mirip dengan binatang raksasa.
Rey tergagap, melangkah mundur saat bayangan itu mulai membentuk menjadi taring dan kuku tajam yang sangat besar, keseluruhan bentuknya dikelilingi oleh aura berwarna ungu yang menyeramkan.
Itu adalah binatang pembawa kematian - Yeti.
Yeti itu mengeluarkan lolongan keras yang menusuk telinga, memecah ketenangan hutan. Rey sangat terkejut, dia bahkan tidak bisa melarikan diri saking ketakutan.
Tiba-tiba tanpa aba-aba apa pun, Yeti itu meluncurkan serangan kepada Rey, mengayunkan cakarnya yang runcing-
Tepat sebelum cakar itu mengenai Rey, tiba-tiba bayangan berwarna putih menghalau serangan itu-
BAM!!
Cakar yang mengeluarkan bau busuk itu menyayat tubuh Wolfie dengan dalam.
Tubuh Wolfie terpental ke belakang karena hantaman itu; dia terus berguling hingga tubuhnya mengenai salah satu pohon locust.
Ketika Wolfie mencoba untuk berdiri, darah bisa terlihat mengalir keluar dari moncongnya.
Wolfie menatap tajam pada Yeti itu seakan-akan ingin memperingatkannya bahwa dirinya adalah lawan yang seharusnya dia hadapi.
Tentu saja, perhatian Yeti menjadi teralihkan. Yeti meraung pada anjing putih itu, gelombang suaranya menggema di setiap penjuru hutan.
Ini adalah pertarungan yang tidak bisa dihindari oleh mereka.
Serangan Yeti yang mengenai Wolfie menyebabkan luka parah pada organ dalamnya. Dia hampir tidak bisa menghindar dari serangan yang datang dari Yeti selanjutnya, memanfaatkan kelincahan tubuhnya untuk mencapai punggung Yeti untuk memberikan serangan tiba-tiba.
Wolfie memarahi dirinya sendiri karena menjadi sangat tidak berguna meskipun tidak banyak makhluk di dunia ini yang bisa hidup setelah menerima serangan seperti itu dan masih bisa bertahan... apalagi terus bertarung melawan Yeti.
Di dalam situasi yang buruk ini, Wolfie menyadari bahwa Rey masih terpaku di tempat yang sama...
"Ayo Paman... Lari!! Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi..." Dia berteriak dengan cemas pada Rey.
Melihat lawannya yang mengalihkan perhatiannya, Yeti segera melemparkan serangannya pada Wolfie, Cakar Yeti mengoyak bahu kiri Wolfie, bagian yang terkoyak yang letaknya sangat dekat dengan lehernya, terinfeksi oleh racun Yeti dan mulai menghitam.
"UGHHH!!!" Wolfie merintih kesakitan.
"WOLFIE!!!" Teriak Rey. Melihat Wolfie yang terduduk karena kesakitan, membuat Rey menjadi panik.
Yeti di sebut-sebut sebagai binatang kematian karena dia dikelilingi oleh aura berwarna ungu yang memakan segala bentuk kehidupan. Wolfie sudah terluka olehnya dan infeksinya telah meresap masuk ke dalam tulangnya. Dengan cepat, Wolfie akan mati karena tubuhnya akan membusuk akibat racun Yeti.
Yeti tersebut berhenti menyerang dan memilih untuk memperhatikan napas terakhir dari mangsanya.
Wolfie bisa melihat dari sisi matanya kalau Rey berencana untuk mendekatinya, dengan menahan rasa sakitnya Wolfie menggertakkan giginya dan berteriak, "Paman... jangan mendekatiku!"
Jika Rey menyentuh lukanya yang membusuk, Rey akan terinfeksi juga.
Tapi sudah terlanjur.
Rey menyentuh Wolfie dengan hati-hati, memeluknya meskipun Wolfie adalah binatang yang paling dia takuti.
Wolfie tercengang dengan tindakan Rey. Tanpa dia duga, pada saat Rey menyentuhnya, dia merasa rasa sakit dan rasa lelahnya menghilang dengan sangat cepat. Semua inderanya mulai tenang. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, dia menyadari kalau lukanya sembuh dengan cepat. Luka yang terinfeksi dan mengeluarkan bau busuk itu sekarang tertutup dengan cahaya putih yang redup, menelan aura hitam itu, mengubah perasaan negatif Wolfie dengan perasaan positif.
Sebaliknya, wajah Rey dengan jelas terlihat pucat, seluruh tubuhnya terlihat melemas. Meskipun tubuhnya bergetar tanpa henti, dia tetap mempertahankan dirinya untuk tetap sadar.
'Apakah ini... batasnya...' Rey berpikir hingga pada akhirnya dia terjatuh dengan lemas tidak bisa menahannya lagi.
Ada alasan sesungguhnya mengapa Rey melakukan hal ini. Suatu ketika, saat Rey masih kecil, dia memungut kucing liar yang sekarat, dan dengan suatu keajaiban dia menyelamatkan kucing itu. Saat itu dia mulai menyadari bahwa dia berbeda dari yang lainnya. Dia memiliki kemampuan untuk merasakan perasaan para hewan; terutama perasaan negatif dan putus asa.
Dia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka atau penyakit apa pun dari para hewan yang dia sentuh.
Tetapi sebagai gantinya, semua luka-luka yang dia serap itu berubah menjadi sebuah energi yang harus Rey tanggung sendiri.