Bahwa di hadapannya adalah seekor anjing pemburu berukuran raksasa, bergerak mendekat ke arah dadanya, taringnya yang tajam membuka saat lidahnya menjulur, menjilati leher Rey.
"AAAHHHHH!!!!" Rey menjerit sekuat-kuatnya karena pemandangan mengerikan itu.
Pada saat itu juga, saat jeritan Rey terdengar olehnya, Wolfie menyemburkan cairan hangatnya ke dalam tubuh Rey yang berada di bawahnya. Anjing itu menunggangi Rey, memakan waktu yang lebih lama daripada manusia pada umumnya. Setiap detik yang berlalu, Rey bisa dengan jelas merasakan bahwa dalam tubuhnya terisi sampai terasa sangat penuh.
Saat Wolfie pelan-pelan mulai reda, dia melihat perut Rey yang sedikit terangkat dan keanehan pada Rey.
Saat ini, mata Rey sudah terlihat tidak sadar dan pupilnya membesar. Tubuhnya tidak berhenti bergetar dan nafasnya sangat memburu.
"Hei Paman!!" Wolfie dengan cepat mengeluarkan batangnya saat dia memperhatikan kondisi Rey.
Lubang Rey yang sekarang terbebas dari penyumbatan itu mengeluarkan cairan milik Wolfie yang berada dalam tubuhnya dalam jumlah yang sangat banyak. Bagian dalam Rey yang terisi oleh cairan milik Wolfie sekarang mengalir keluar dari dalam lubangnya, membasahi rerumputan di bawah Rey.
Rey kemudian memeluk perutnya saat dia muntah-muntah. Rasa nyeri pada tubuhnya di tambah dengan rasa takut yang sangat besar melumpuhkan kesadaran Rey.
Wolfie terkejut oleh teriakan ketakutan Rey dan kembali ke bentuk tubuh manusianya. Dia melangkah maju untuk memeluk tubuh Rey yang bergetar itu.
"Paman?! Sadarlah, ini aku! Aku minta maaf, aku sudah kehilangan kontrol semalam..."
"I-itu kamu?" Rey bertanya saat kesadarannya mulai kembali. Dia memandang dengan tidak percaya pada pemuda di hadapannya itu.
Setelah apa yang terjadi semalam, Wolfie mengira kalau Rey sudah menerimanya. Hal yang dimengerti Wolfie semalam adalah interaksi tubuh yang hanya dapat dilakukan di antara sepasang kekasih. Dia dengan lembut memeluk Rey di dekapannya, mata dan wajahnya sedikit memerah saat dia dengan malu-malu mengakui. "Hey... Aku menyukaimu."
Namun balasan yang diterima Wolfie dan respon Rey adalah sikap tidak peduli saat dia menarik diri dari Wolfie.
"Pergi." Kata Rey dengan suara lirih.
Seketika itu, hati Wolfie menjadi dingin saat dia menatap kosong pada Rey.
"Paman?" Tanya Wolfie dengan bingung.
"Enyahlah!! Jangan biarkan aku melihatmu lagi!!" Teriak Rey.
"Kenapa? Apa karena semalam? Aku bisa jelaskan, tadi malam kamu..." Wolfie mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi semalam.
"Diam! Kau..." Bentak Rey memotong penjelasan Wolfie. Rey memunggungi Wolfie dengan ekspresi muak. Dia terus mengingat kembali ingatan ketika dia ditindih oleh binatang itu, rasa lembap di antara pantatnya mengingatkannya pada apa yang binatang itu telah lakukan padanya. Rasa takut dan rasa jijik sangat jauh lebih besar untuk diterima pada akalnya.
"Aku hanya seekor anjing di matamu... Aku tidak pantas untuk menyukaimu... Aku tidak pantas..." Wolfie memalingkan muka untuk menghindari tatapan penuh benci milik Rey. Air mata mengalir deras saat dia menutupi matanya, bergumam pada dirinya sendiri, "... Kenapa aku hanya seekor anjing... Aku tidak mau..."
'... Hei Paman, jangan pergi... Jangan tinggalkan aku.' Lanjut Wolfie dalam hati.
~~~~
Wolfie terlahir di keluarga yang berprofesi sebagai pemburu.
Sebagai anak anjing yang terlahir dengan bulu berwarna putih salju itu sangat disukai oleh sang keluarga pemburu.
Sang tuan akan meninggalkan rumah untuk berburu di siang hari saat Wolfie menghabiskan waktunya bermain di pekarangan yang penuh dengan pohon locust. Saat matahari terbenam, dia pasti akan berlari ke depan gunung untuk menunggu kembalinya sang tuan.
Ketika tuannya sudah terlihat di pandangannya, Wolfie akan berlari dengan girang di sekeliling kaki tuannya untuk menyambutnya pulang.
Seiring berjalannya waktu, bunga-bunga berwarna putih di pohon locust mulai bermekaran di pekarangan. Tahun-tahun berlalu dalam sekejap mata.
Selang beberapa tahun, si keluarga pemburu membawa anjing-anjing lainnya; beberapa anjing lebih pintar daripada Wolfie, sebagian anjing lainnya lebih pintar berburu daripada dirinya. Dengan segera, kehadiran Wolfie perlahan menghilang di keluarga sang pemburu.
Wolfie tidak tahu apa salahnya, dia tidak menyadari kekurangannya. Dia dengan putus asa mencoba untuk diakui oleh sang keluarga pemburu, dia ingin tahu apa arti dari hidupnya bagi sang tuan.
Kemudian, pada waktu perjalanan berburu, Wolfie ditinggalkan di hutan.
Wolfie menunggu di tempat yang sama selama tiga hari dan tiga malam. Dia terus meyakinkan dirinya bahwa tuannya akan kembali padanya, untuk menjemputnya...
'Aku dibutuhkan olehnya...' Ucap Wolfie dalam hati untuk meyakinkan dirinya lagi secara berulang-ulang.
Akhirnya setelah sekian lama, Wolfie tidak pernah melihat tuannya lagi. Tetapi sebagai gantinya, dia bertemu dengan orang yang akan mengubah titik balik kehidupannya - Raja Salem.
Wolfie masih bisa mengingatnya dalam bayangan kabur bertanya padanya, "Maukah kau menjadi anjing penjagaku?"
Wolfie menerimanya.
Setidaknya sekarang... dia dibutuhkan lagi.
Raja Salem memberikannya kekuatan yang bisa membuatnya berubah bentuk menjadi manusia.
Wolfie menanam pohon locust di setiap pojok labirin karena pohon itu mengingatkannya pada pekarangan rumah sang pemburu.
Wolfie menghabiskan puluhan tahun berkeliling di hutan locust yang telah dia buat. Alasan kenapa tidak akan ada orang yang pernah bisa meninggalkan labirin ini adalah karena memang tidak ada jalan keluarnya.
Bahkan anjing itu sendiri tidak tahu, pada kenyataannya, tempat ini adalah cerminan dari... hatinya.
Setiap kali pohon locust tumbuh, Wolfie akan menunggu di pintu masuk labirin... Seakan-akan aroma wangi yang dikenal menyapanya...
Seakan-akan seseorang akan datang untuk menjemputnya.
~~~~
"Tolong jangan dilanjutkan lagi ya? Aku akan lebih kuat, sepuluh kali lipat lebih kuat... Lalu ketika aku sudah bisa menghancurkan mantera penghalangnya, aku akan mengirimmu pulang ke duniamu, oke?" Kata Wolfie dengan nada memohon kepada Rey.
"Kau adalah binatang yang bertugas untuk menjaga Istana Labirin ini, benar?" Tanya Rey dengan yakin.
"Paman..." Kata Wolfie dengan kembali memohon pada Rey.
"Jadi, selama ini kau bermain-main denganku? Dimana pintu keluar labirinnya?" Tanya Rey. Kini Rey merasakan perasaan jengkel dan marah kepada Wolfie. Baginya, Wolfie telah mempermainkan dirinya agar tidak bisa keluar dari Istana Labirin ini.
"... Kumohon Paman, jangan pergi ke istana selanjutnya, kamu akan mati..." Wolfie memohon dengan tulus, "Kamu harus percaya padaku, Binatang Buas di istana selanjutnya adalah-"
"Wolfie, aku tidak ingin tinggal bersamamu bahkan jika aku akan mati." Potong Rey dengan tegas tanpa memikirkan perasaan Wolfie.
Dengan pernyataan itu, Rey dapat merasakan bahwa Wolfie terdiam di belakangnya.
Rey terus mencoba berjalan untuk menemukan jalan keluar dari Istana Labirin ini, melangkah ke depan dan kemudian berbalik saat dia bertemu dengan jalan buntu. Dia beristirahat kapan pun dia merasa lelah dan meredakan rasa hausnya dengan air dari danau.