Remaja itu tersenyum semakin cerah saat dia lebih mendekat ke arah Rey. Dia mengecup ringan pada pipi yang terluka, kemudian berbicara di telinga Rey:
"Aku... tersesat..." Ucap pemuda itu dengan suara lirih.
"Hey... Bisakah kamu... Tidak terlalu dekat denganku?" Kata Rey dengan mendorong tubuh besar pemuda itu menjauh dari dirinya.
Pemuda itu menggenggam tangan Rey yang berada di dadanya dan mengangkat wajahnya menampakkan giginya dengan sebuah seringai.
Rey benar-benar tidak berkutik ketika berurusan dengan seseorang yang memiliki kepribadian yang suka mendekat seperti ini. Di dunia tempat Rey berasal, setiap orang bersikap sopan dengan tetap menjaga jarak satu sama lainnya.
Tidak pernah ada orang yang begitu tidak mungkinnya, meski sudah ditolak berkali-kali, masih mau berpegangan tangan dengan rasa sayang dan tertawa bersama.
"Apakah kamu tahu jalan keluar dari tempat seperti labirin ini?" dia bertanya kepada pemuda itu, karena Rey merasa menyerah tidak bisa menarik tangannya kembali.
Pemuda itu tidak menjawab, dengan tingkah seperti bocah kecil dia mengayunkan tangan Rey, "Wolfie, namaku adalah Wolfie, siapa namamu?"
Rey tetap diam, berperang sendiri dalam pemikirannya saat dia bertanya-tanya apakah dia bisa benar-benar meninggalkan labirin ini dengan hidup-hidup.
Pemuda itu menyadari ekspresi suram Rey, dia pura-pura batuk dan menambahkan, " Aku... Aku pernah bertemu dengan petugas penjaga labirin ini sebelumnya, aku bisa mengantarmu padanya. Ketika kita menemukannya, mungkin kita bisa menemukan jalan keluar kita."
"Oh? Seperti apa orangnya?" Kata Rey. Ucapan pemuda bernama Wolfie itu seakan memberikan Rey harapan untuk bisa keluar dari hutan yang seperti labirin ini.
"Petugas... Oh, jangan khawatir, petugas itu berasal dari tingkat terendah di antara Dua Belas Istana tempat para Binatang Buas tinggal, pada dasarnya dia tidak ada bedanya dengan anjing penjaga." Jawab Wolfie dengan nada santai.
Meskipun pemuda itu terdengar seperti sedang bercanda, tapi Rey bisa merasakan keputusasaan di dalam suara Wolfie.
"Labirin ini terhubung ke dunia luar, jadi sangat sering binatang buas atau pun manusia yang dengan tidak sengaja berkeliaran ketika mereka tersesat. Terkadang petugasnya bahkan tidak bisa menghalau binatang buas yang mengganggu itu loh. Sungguh menjadi suatu kegagalan baginya-" pemuda itu kemudian terkekeh.
"Wolfie." Rey menyela.
"Hmm?" Jawab Wolfie dengan tidak bersemangat.
"Bisakah kamu mencarikanku sesuatu untuk dimakan?" tanya Rey dengan nada memohon.
Wajah murung pemuda itu seketika menjadi bersemangat.
"Kamu, kamu tunggu di sini oke? Aku akan segera kembali, jangan ke mana-mana!!" Ucap Wolfie yang berdiri dengan semangat.
Pandangan Rey mengikuti pemuda itu saat dia menjauh dengan melompat-lompat. Rey meregangkan tangan yang sebelumnya dipegang erat oleh pemuda itu.
Sungguh aneh, karena dia bisa merasakan dengan jelas kesedihan pemuda itu-perasaan membutuhkan dengan perasaan putus asa untuk diinginkan oleh seseorang.
Saat keduanya sudah menghabiskan buah beri liar yang Wolfie temukan sebelumnya, mereka berjalan menuju kembali ke dalam hutan.
Wolfie tampaknya sangat mengenal hutan ini dengan baik. Di bawah arahannya, Rey tidak pernah lagi sekalipun melihat tanda petunjuk yang Rey tinggalkan sebelumnya.
"Kita sekarang menuju ke arah jantung hutan, tapi kamu harus berhati-hati. Selain goblin hutan tingkat rendah yang kamu hadapi sebelumnya, hutan ini masih dipenuhi dengan jebakan dan binatang buas yang tidak diketahui jenisnya, jadi kamu harus mengikutiku dengan jarak dekat." Kata Wolfie.
"Apa 'mengikutimu dengan jarak dekat' termasuk berpegangan tangan?" Rey bertanya dengan menatap tangan besar yang sedang menggenggam tangannya.
"Ah... Tentu saja!" Wolfie memperlihatkan senyum polosnya yang biasa. Dia mengambil kesempatan untuk menempel lebih dekat lagi pada Rey.
"Kau!" Rey hampir tidak bisa menghindar saat lidah yang menurutnya akan mendarat di pipinya, malah tergelincir ke bibirnya.
Wolfie terlihat kaget seperti anak kecil yang ketahuan sedang mencuri manisan madu.
"Aku sudah lama ingin bertanya; bagaimana cara kamu bisa mengusir goblin hutan itu?" Tanya Rey mengalihkan rasa kesalnya pada Wolfie. Menurutnya, pemuda ini terlalu serampangan.
"Bagaimana ya- aku sudah tinggal di sini selama beberapa kurun waktu, tentu saja aku akan mengetahui kelemahan mereka. Oh benar, aku sudah menyelamatkan dirimu tapi kamu belum memberitahukan namamu?" Kata Wolfie yang kemudian menatap Rey dengan penuh harap.
"Aku sungguh berterima kasih padamu yang sudah menyelamatkan hidupku, tapi begitu kita sudah menemukan jalan keluarnya, kita akan berpisah. Tidak perlu tahu namaku." Rey menjawab dengan dingin.
"Hey- Jika kamu tidak memberitahukan namamu, kalau begitu aku bakalan memanggilmu Paman." Wolfie bersandar lebih dekat pada Rey saat dia berbicara, "Sebelum aku datang ke labirin ini, aku sudah tinggal di dunia manusia dalam waktu yang cukup lama. Melihat pada penampilanmu, aku bisa menebak kalau kamu telah mencapai usia pria paruh baya sebagai manusia kan?"
"Manusia?" Rey mengerutkan dahinya saat dia mendengarkan, "Bukankah kamu manusia juga?"
Wolfie tetap diam.
Beberapa saat kemudian, Wolfie membawa Rey ke jantung hutan, Danau Kelam.
"Hey Paman, Danau Kelam ini memiliki efek menyembuhkan loh. Aku selalu merendam tubuhku di danau ketika aku terluka. Efeknya benar-benar membantu!" Ucap Wolfie dengan wajah lugunya.
Rey telah menyembunyikan rasa nyeri pada luka yang dia dapat dari goblin hutan itu. Dia menatap Wolfie dengan ragu-ragu. Mungkinkah pemuda itu telah memperhatikannya selama ini?
Dengan terus memikirkannya, Rey membelakangi Wolfie saat dia melepaskan bajunya. Di bawah sinar bulan yang bercahaya, Rey memperlihatkan tubuhnya yang mulus di hadapan Wolfie.
Tatapan Wolfie berpindah dari atas ke bawah-rambut pendek yang halus, pemandangan punggung yang lembut, pinggang ramping yang meliuk milik pria itu... pantat yang sedikit naik bersamaan dengan paha yang kencang itu...
Wolfie menelan ludah dengan susah.
Rey menoleh kepada Wolfie karena merasakan tatapan Wolfie padanya, "Kenapa kamu memandangiku?"
"Aku... Aku mau mandi denganmu." Wolfie dengan cepat melepaskan bajunya, dengan terburu-buru melompat ke dalam danau.
Rey merasa heran... pemuda yang tersesat ini... dia sangat aneh.
Tanpa menghiraukan Wolfie, Rey melangkah ke dalam danau. Suhu danau lebih rendah daripada yang dia bayangkan sehingga menyebabkan dirinya menggigil. Dia dengan cepat menenggelamkan dirinya ke dalam air, berharap bisa membersihkan tubuhnya lebih cepat dan keluar secepatnya.
"Uhh..." Dingin sekali, pikirnya.
Meskipun keadaan Rey tidak nyaman, di mata Wolfie, keadaan Rey berubah menjadi pemandangan yang berbeda.
Rey dengan santai melangkah ke dalam danau itu, kulit Rey bersinar di bawah cahaya bulan saat dia mengeluarkan aura yang memikat di mata Wolfie. Matanya terpejam dengan lembut saat putingnya terlihat mengeras dan berwarna merah berdiri tegak ketika suhu dingin danau membekukan dirinya, air mengalir di kulitnya...
Lalu tiba-tiba Rey menyelam ke dalam air.