"Lo mau ngapain?" tanya Nayla dengan nada bicara yang sudah mulai gemetar. Sedari tadi dirinya berhadapan dengan Prisya, dirinya sudah merasakan ada sesuatu yang dia rasa tidak enak di hatinya. "Ahh!" jerit Nayla saat Prisya menarik rambutnya.
"Lo teriak, gue pastikan rambut lo banyak yang lepas dari kepala lo!" Prisya berucap dengan penuh penekanan, Prisya juga menatap Nayla dengan tatapan yang begitu penuh dengan keseriusan dan juga terlihat kalau dirinya sekarang tengah diselimuti oleh sebuah amarah yang besar.
Tidak mencoba untuk teriak, Nayla lebih memilih untuk diam. Ekspresi yang sekarang Prisya pasang begitu menyeramkan. Prisya menarik rambut Nayla yang membuat Nayla ikut berjalan mengikuti ke mana Prisya berjalan. Suasana koridor sekarang sedang sepi, karena sedang jam pelajaran.
Prisya membawa Nayla ke Gudang, dia benar-benar ingin membalaskan apa yang sudah Nayla perbuat padanya waktu itu. Sekarang Prisya sudah dihadapkan pada waktu yang pas, sehingga dirinya tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
"Lo kenapa ngiket tangan gue seperti ini?!" tanya Nayla dengan nada yang begitu tinggi. Nayla benar-benar tidak memikirkan apa yang sudah dia lakukan sebelumnya, sehingga sekarang dirinya bertanya seolah memang dirinya bingung kenapa Prisya seperti ini, padahal Prisya sekarang berniat untuk balas dendam.
Tatapan Prisya terlihat begitu tajam. "Orang baik bisa memaafkan kesalahan yang sudah terjadi dan melupakan hal yang terbilang tidak pantas untuk terjadi, tapi sayangnya gue bukan orang baik." Sebuah senyuman miring terukir di bibir warna merah muda alami milik Prisya.
Alis Nayla mengernyit dengan sebuah kecurigaan yang besar dalam hatinya. "Maksudnya?" tanya Nayla dengan sebuah kebingungan yang begitu besar.
Sebenarnya tidak sepenuhnya bingung, karena Nayla sudah paham dengan maksud dari kalimat yang sudah Prisya ucapkan, hanya saja Nayla merasa tidak percaya apakah dirinya akan diperlakukan dengan sebuah perlakuan yang sama dengan apa yang sudah dia lakukan waktu itu pada Prisya?
"Sepertinya lo sudah cukup mengerti dengan apa yang gue maksud, tapi kenapa lo masih memilih untuk kembali bertanya?" tanya Prisya sambil menatap Nayla dengan tatapan yang merendahkan.
Byur
Dengan begitu santai Prisya menyiramkan air yang ada dalam botol minuman bekas. Entah minuman siapa yang ada di dalam gudang ini. Rambut, wajah, serta seragam Nayla sekarang sudah basah kuyup dan juga bercampur dengan bau tak sedap, karena minuman itu entah minuman yang kapan.
"Lo! Kenapa lo keterlaluan banget sama gue?!" Nayla merasa begitu heran saat mengetahui kalau Prisya bakalan bertindak lebih dari apa yang sudah dirinya lakukan, benar-benar di luar dugaannya.
"Gue bukan orang baik! Jadi, jangan bertingkah tidak baik sama gue karena gue bisa membalas hal yang jauh lebih tidak baik lagi." Prisya itu orangnya begitu sensitif, apa yang sudah dilakukan oleh siapa saja padanya akan dia balaskan, terlebih kalau hal itu sudah begitu menganggu hatinya.
Pendendam?
Ya.
Prisya menjadi orang yang pendemdam setelah kepribadian baiknya hilang. Prisya sempat memiliki sifat yang lemah lembut, baik hati, serta suka memaafkan kejadian yang terbilang tidak sepantasnya untuk dimaafkan. Semua itu hanya sempat, sebab sekarang kepribadiannya sudah jauh berbeda.
"Sebelum lo berulah, pastikan dulu siapa orang yang sedang lo hadapi!" tekan Prisya sambil terus menatap Nayla dengan penuh keseriusan. Prisya tidak akan segan-segan melakukan sesuatu hal, terlebih orang itu juga sudah seenaknya memperlakukan dirinya.
"Lepasin gue!" bentak Nayla.
Dengan begitu ringan, Prisya tertawa setelah dirinya mendengar kalau Nayla ingin bebas dari Gudang ini. "Kalau gue gak mau buka ikatannya, bagaimana?" tanya Prisya dengan nada bicara yang terdengar begitu ringan.
Bola mata Nayla membulat dengan sebuah kekesalan dan juga amarah yang semakin lama semakin bertambah. "Buka! Lo gak bisa terus-terusan memperlakukan gue seperti ini. Lo punya masalah apa sama gue, hah?!" tanya Nayla dengan nada yang begitu membentak.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Prisya tertawa terbahak-bahak. "Lo tanya gue punya masalah apa sama lo?" Prisya tidak kuat menahan tawaannya. "Setelah apa yang sudah lo lakukan sama gue, terus lo tanya masalah apa yang gue punya sama lo?" tanya Prisya.
Terasa begitu lucu untuknya, saat dirinya mengetahui sebuah pertanyaan seperti itu muncul dari mulut Nayla. Sikap Nayla yang seolah dirinya sama sekali tidak pernah berbuat apa pun, membuat Prisya tidak kuat menahan tawaannya.
"Gue melakukan hal itu, karena lo sudah membuat masalah dengan gue!" ketus Nayla.
"Kalau seperti itu, alasan yang membuat gue memperlakukan lo seperti sekarang karena lo sudah berani membuat masalah dengan gue." Prisya membalikan apa yang sudah Nayla ucapkan dengan begitu enteng.
Amarah yang ada dalam diri Nayla semakin lama semakin memuncak. "Perempuan macam lo gak pantes berhadapan dengan gue. Kita beda kelas, gue dipandang, gak kayak lo yang pantas untuk ditentang!"
"Ahhh!" Nayla menjerit saat Prisya mencengkeram dagunya dengan begitu kuat. "Lo itu gak lebih dari seorang perempuan yang buat ulah, kelakuan lo kayak bitch!"
Plak
Dengan begitu kencang Prisya menampar Nayla di saat dirinya menerima sebuah kalimat yang sama sekali tidak dia sukai. Semula Prisya sama sekali tidak pernah berniat untuk bermain tangan pada Nayla, tapi karena suasana hatinya sedang tidak baik, ditambah dengan Nayla yang berucap seperti itu, maka emosinya semakin meluap.
Tatapan mata Nayla begitu tajam. "Lo berani nampar gue?!" tanya Nayla dengan nada yang begitu membentak. Deru napas Nayla semakin kencang, emosinya semakin meluap. "Kalau lo berani sama gue, bukan ikatan tangan gue!" tantang Nayla.
Benar-benar merasa tertantang dengan hal ini, akhirnya Prisya melepaskan ikatan tangan Nayla. Nayla bangkit dan kemudian menatap Prisya dengan tatapan yang begitu tajam serta penuh dengan emosi, Prisya juga sama. Prisya menatap Nayla ingin tahu apa yang ingin Nayla lakukan.
Plak
Dengan seketika Nayla menampar balik Prisya, Nayla merasa tidak terima dengan apa yang sudah Prisya lakukan tadi padanya sehingga sekarang dirinya membalas apa yang sudah Prisya lakukan. Kedua orang ini sekarang sedang dipenuhi oleh emosinya masing-masing.
"Apa? Lo gak terima dengan apa yang sudah gue lakukan? Iya?! Gue sama sekali gak takut sama lo!" ketus Nayla. Tatapan mata Nayla semakin menajam, begitu juga dengan Prisya.
Saat emosi mereka sudah sama-sama tidak bisa ditahan lagi, akhirnya mereka berkelahi di Gudang ini. Mereka berdua saling jambak dan sesekali mereka saling tampar. Kedua orang ini sama-sama mempunyai kepribadian yang keras kepala serta emosian, saat mereka terlibat sebuah masalah, maka tidak heran jika merekka seperti ini.
"Bangsat lo! Rambut gue jadi berantakan!"
"Gue gak peduli dengan semua hal ini! Lo cari masalah dengan gue, maka lo harus menanggung akibatnya!" tekan Prisya. Prisya sama sekali tidak memedulikan bagaimana penampilan Nayla sekarang.