"Nah, gitu dong. Panggil Mamah ya cantik," Arini menyubit pipi Kezira.
"Gih, anterin Kezira. Harus sampai selamat di rumah, jangan sampai lecet," ancam Arini.
"Mah... Sebenernya anak Mamah itu siapa sih? Azra apa Kezira? " tanya Amazon cemberut.
"Buruan deh Zra, jangan sampai Mamah marah! "
"Iya," mereka berdua menyalami punggung tangan Arini membuat Arini tersenyum sendiri melihat Kezira dan Amazon.
"Duh cocoknya!" pekik Arini tersenyum.
"Bismillah calon mantu. "
Amazon menyuruh Kezira untuk menunggu sebentar karena ia akan mengeluarkan mobil dari garasi.
Sebuah mobil sedan berwarna hitam keluar dari garasi rumah, Amazon langsung menghampiri Kezira dan menurunkan kaca mobil untuk menyuruh Kezira masuk. Namun cewek itu sudah lebih dulu masuk sebelum Amazon mengatakan satu patah kata yang tertahan.
Mereka berdua pergi menuju rumah Kezira. Di perjalan tampak sunyi, tidak ada yang membuka pembicaraan. Karena menurut Amazon terlalu sepi, jadi dia menyalakan musik.
Awalnya Kezira tidak mempermasalahkannya karena itu hak Amazon sebagai pemilik mobil, tapi lambat laun musik yang membuat Kezira sedikit tersenyum berubah sedih ketika lagu berikutnya di putar.
Momen di masa lalu mulai teringat kembali, seseorang tengah tersenyum kearahnya. Senyum yang dulu menjadi alasan ia bertahan, dan kini senyum itulah yang membuat Kezira terluka. Kezira masih termenung sambil menatap jalanan dari jendela mobil. Pantulan wajahnya memantul jelas karena sinar matahari berhasil menyorot wajah Kezira yang terdiam.
Sedangkan Amazon malah bersenandung ikut bernyanyi, ketika ia sadar bahwa Kezira tengah menatap pemandangan dari luar Amazon biasanya saja. Mungkin Kezira sedang bosan melihat kearah depan, jadi ia melihat ke samping.
"Matiin! " pekik Kezira, tidak ada sautan dari Amazon karena ia sibuk bersenandung.
"MATIIN! " teriak Kezira semakin keras sampai ia sendiri yang mematikan musik tersebut.
Nafas Kezira terpongoh-pongoh, matanya mulai memerah seperti hendak menangis. Amazon yang melihat itu terkejut dan langsung menepikan mobilnya.
"Kezira, kenapa? " Amazon meraih pergelangan tangan Kezira yang dingin.
Kezira menepiskan tangan Amazon, ia memijat pelipisnya."Gue turun di sini aja, " ujar Kezira hendak membuka pintu mobil.
"Jangan!" tahan Amazon, ia akan tidak tenang jika harus meninggalkan Kezira seperti ini.
"Gue mau turun.. " lirih Kezira dengan wajah yang sudah tidak seperti biasanya.
Ekspresi Kezira sudah tidak bisa berbohong kalau dia sedih. "oke, " ujar Amazon karena semakin ia melarang maka Kezira akan semakin memaksanya. Dari pada ia melihat Kezira kembali marah dalam kondisi seperti itu, lebih baik Amazon menyetujuinya.
Kezira berjalan di atas trotoar, ia butuh angin segar setelah mendengar lagu itu. Di belakang sana Amazon masih mengikuti Kezira dengan mobil yang melaju pelan di tepian. Banyak pengendara lain yang terganggu karena pelannya mobil Amazon, dia tidak peduli karena yang dia pedulikan hanya Kezira.
Kezira menyadari bahwa Amazon mengikutinya, dia tidak peduli lagi soal itu. Biarkan dia mengikutinya, nanti juga dia sendiri yang akan menyerah.
Tidak lama perjalan Kezira berakhir di antara perumahan elit, dia sudah sampai. Akhirnya ia bisa kembali ke rumah dengan hati yang sudah sedikit tenang.
Amazon juga memarkirkan mobilnya tidak jauh dari rumah yang Kezira masuki, dia berjalan menuju rumah tersebut hendak menjelaskan kepada Tante Kezira bahwa semalam Kezira di ganggu oleh orang jahat dan menginap di rumahnya.
Satu langkah lagi kaki Amazon hendak memasuki pagar rumah tersebut, dia sudah mendengar sebuah omelan dari wanita paruh baya. Tidak lama Amazon juga mendengar teriakan Kezira. Tubuh Amazon mematung, dia bertanya-tanya apa yang terjadi di dalam sana.
Amazon mendekatkan tangannya hendak mengetuk pintu, tiba-tiba suara barang jatuh mulai terdengar.
"GUE CAPEK! " itu teriakan Kezira yang di dengar oleh Amazon.
"KEZIRA! "
"KEZIRA! "
Sampai pintu utama itu dibuka dari dalam, terlihat Kezira terkejut melihat Amazon yang mungkin sudah mendengar semuanya.
"Kenapa? " tanya Kezira nyolot.
kezira berlari, dia masuk kedalam mobil berwarna merah yang terparkir di depan rumah. Tanpa pikir panjang Kezira pergi melesat tanpa tujuan.
"ARGHHTT! " erang Kezira di dalam mobil.
"KENAPA!? " tanya Kezira mencengkram kemudi mobil dengan kuat.
Mata dan hatinya tidak bisa berbohong, ia menangis melepaskan emosinya. Kenapa Kezira harus hidup seperti ini?
"Ini sangat menyiksa... " lirih Kezira.
Di belakang sana Amazon berdoa agar Kezira bisa mengontrol emosinya karena tidak baik mengebudikan mobil saat sedang emosi.
Beberapa klakson dari Amazon tidak di gubris oleh Kezira. Bukannya apa-apa kecepatan mobil Kezira sangat cepat, sampai Amazon tidak bisa mengejarnya.
"ARGHHT!" erang Kezira, ia muak sekali dengan alur cerita yang di berikan oleh Tuhan.
"KEZIRA! " terdengar seseorang berteriak memanggil namanya. Kezira sedikit melihat kearah kaca spion, itu Amazon.
"Kenapa dia juga mengganggu! " pekik Kezira, di depan lampu lalu lintas berwarna merah menyala. Bukannya berhenti Kezira malah menaikkan kecepatannya tanpa berfikir apa akibatnya.
"Ashh sial! " kesal Amazon tidak bisa mengejar Kezira karena lampu lalu lintas berwarna merah, terpaksa ia harus berhenti. Dan dia sangat mengakhawatirkan Kezira yang menerobos.
"Sebenarnya ada apa? " tanya Amazon kebingungan, hatinya sangat resah.
Satu jam sudah berlalu, akhirnya Kezira sampai di suatu tempat yang mampu membuatnya tenang, itu adalah pantai.
Kezira memarkirkan mobilnya, dan dia berlarian menghampiri pantai dengan pasir berwarna putih itu.
"AAAHHH! " teriak Kezira berlarian di atas pasir itu.
Sejak dulu hanya pantailah yang mampu membuat Kezira tenang.
Kezira duduk di tepian pantai dengan kedua mata yang ia pejamkan. Dia merasakan hembusan angin dan deru air laut di telinganya. Suara burung mulai terdengar, mereka seperti bernyanyi bahagia. Sedangkan Kezira malah mencari ketenangan.
Sampai Kezira membuka matanya, hembusan nafas seseorang di depannya membuat mata Kezira terbelalak.
"Ngapain lo?! " tanya Kezira bangkit hendak meninggalkan Amazon yang tersenyum.
Kezira berjalan meninggalkan Amazon. Amazon malah berlarian mengejar Kezira yang mempercepat langkahnya.
"Setiap orang punya hal yang membuat dia sedih, tapi jangan biarkan kesedihan itu bikin kamu lemah. Mau itu masalalu ataupun sekarang, hiduplah bahagia dengan cara berbeda dari oranglain namun itu membuatmu nyaman." ujar Amazon tersenyum.
"Dih, puitis! " ledek Kezira memiringkan bibirnya.
"Hidup memang sulit, tapi yang sulit malah yang bikin kita lebih kuat. Kalau mau nangis, ya nangis aja. Karena setiap manusia itu berhak menangis, kalau di tahan nanti BAB nya susah loh! " ujar Amazon tersenyum, Kezira yany mendengar lelucon itu sedikit tersenyum.
"Eh senyum! " ujar Amazon senang melihat Kezira tersenyum.
"Kenapa lo ngejar gue? " tanya Kezira menoleh kearah Amazon.
"Cinta! " jawab Amazon sumbringah.
"Enggak lucu, " ketus Kezira.
"Maunya sama Kezira terus gimana dong? "
"Gue tabok ya? "
"Boleh, boleh, boleh! " girang Amazon.
"Jijik deh! "
"Kumat lagi judesnya, jangan marah-marah ih nanti Azon makin cinta. " ujar Amazon, Kezira memalingkan wajahnya.
"Hal yang berharga harus di abadikan, bukan dengan foto tapi dengan hati." ujar Amazon melihat Kezira yang sedikit tersenyum.
"Gitu dong, senyum. Biar Amason meleleh."
Amazon menarik pipi Kezira dengan kedua telunjuknya. "Senyum... "