"Jangan macem macem sama gue!" ancam Kezira mencengkram bahu Amazon dengan keras.
Amazon merasakan tubuhnya lengket oleh bumbu kacang yang sudah menutupi warna putih baju seragamnya berubah menjadi warna coklat pekat.
Kezira mengambil Ransel dan Hodie hitam nya. untuk apa dia tetap berada di kelas jika ia sudah membuat masalah lebih baik dia pergi dari pada dia harus mendengarkan omelan yang tidak berguna dari kepala sekolah.
Amazon meraih pergelangan tangan Kezia, hingga menbuat Kezira terdiam ditempat karena langkahnya terhenti." Gue bakalan bikin lo jatuh cinta sama gue." tegas Amazon menoleh kearah Kezia dengan wajah yang tertutupi bumbu kacang.
"Mimpi," ujar Kezira berbisik di telinga Amazon.
Kezia mengeluarkan senyum smirknya sebelum ia pergi dari hadapan Amazon.
"GUE BAKALAN NGEJAR LO APAPUN RINTANGANNYA, GUE BAKALAN BIKIN LO JATUH CINTA SAMA GUE, WALAU SERIBU LUKA YANG LO KASIH KE GUE, GUE LEBIH MILIH TERLUKA KARENA LO DARI PADA GUE HARUS KEHILANGAN LO !" teriak Amazon dengan lantang tanpa merasa malu karena ia telah mengungkapkan perasaannya kepada Kezira dengan terang- terang, apalagi disini banyak siswa yang menutup mulutnya karena terkejut. Sebelumnya tidak ada yang menyatakan perasaan kepada Kezira, tapi yang dilihat mereka sungguh nyata.
Kezira menghentikan langkahnya "Konyol." ujarnya sembari pergi.
"MINGGIR!" teriak Kezira ketika ia hendak melewati ambang pintu yang dikerumuni oleh manusia- manusia kepo.
Amazon terpaku ditempat sambil menatap kepergian Kezira dengan kekecewaan karena cewek yang dia cinta tidak menganggap perasaannya serius, melainkan lawakan semata. Amazon akan tetap mengejar Kezira karena cinta itu perlu perjuangan bukan bualan.
***
Angin menghembus menerpa rambut helai-demi helai dengan deru air yang membuat hati menjadi tenang, diiringi dengan tetesan air bening yang terus mengalir di sela matanya membuat mata cantiknya itu sembab. Sedikit senyuman terlengkung di bibir indahnya menandakan kalau ia sedang bahagia namun nyatanya tidak. Ia hanya tersenyum kepada dirinya sendiri karena kebodohannya.
Dering ponselnya terus berdering tanpa henti membuat lamunannya buyar karena nada panggilan masuk.
"Hallo!" terdengar suara parau laki -laki dari sang penelpon membuat dia harus menahan sesaknya.
"Mau ngapain?"
"Apa kabar?" ujar sang penelpon dengan lembut.
"Buruk."
"Besok aku pulang. " ujar penelpon itu.
"Nnggak usah, gue enggak butuh kepalsuan. Jangan pernah ketemu gue lagi atau gue bunuh lo." ujar seorang gadis dengan tangan kirinya yang mengepal.
"Kez."
Tut..tut!
Panggilan itu berakhir secara sepihak,untuk apa juga ia harus mendengarkan bualan yang berisikan janji palsu yang tidak pernah ada akhirnya.
"Tante udah kira kalau kamu ada di sini." ujar seseorang dari belakang.
"Gue enggak mau di ganggu!" tegas Kezira dengan tangan yang menyeka pipinya.
Bukannya pergi Naya malah duduk di samping Kezira sambil menatap lurus kearah laut yang berwarna biru.
"Tante sayang sama kamu," ujar Naya yang menoleh kearah Kezira tapi Kezira malah tersenyum miring.
"Gue enggak butuh cinta ataupun kasih sayang, semua itu palsu." tegas Kezira, ia hendak beranjak namun tangannya di cekal oleh Naya agar gadis itu tetap duduk.
"Nggak ada yang palsu Kez, semuanya butuh proses. Ketika kamu nunggu seseorang kamu butuh proseskan? jangan pernah nyerah sama apa yang udah kamu tunggu dan kamu perjuangin. Walaupun tante bukan Ibu kamu tapi tante sayang sama kamu Kez, udah dari kecil kamu sama tante apakah rasa cinta dan sayang tante kurang buat kamu." jelas Naya dengan mata yang berkaca-kaca.
Kezira terdiam, dari dulu ia hanya mengenal Naya karena Naya lah yang membesarkannya hingga ia menjadi gadis dewasa yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orangtuanya.
"Mama sama Papa kamu nanyain kamu, kenapa kamu enggak hubungin mereka?. Tante tau kamu kecewa sama mereka, tapi mereka tetap orangtua kamu."
"Gue enggak butuh manusia bejad kayak mereka karena hidup gue udah sempurna dengan rokok dan alkohol." jelas Kezira dengan tatapan mautnya mengarah kearah Naya.
Naya meraba tangan Kezira yang dingin menggenggam tangan itu dengan kasih sayang. "Adik kamu mengirimkan ini dari Australia," ujar Naya yang meletakkan sebuah kalung perak di telapak tangan Kezira membuat gadis itu berdecak sebal.
"Gue tau alasan mereka ninggalin gue, gue emang enggak ngenal mereka dengan jelas tapi gue inget wajah bejad mereka ketika mereka ninggalin gue dengan sadisnya." ujar Kezira menatap lurus kearah laut.
"Alasannya karena gue bukan yang mereka harapin."
"Ya karena gue anak cewek dan mereka butuh penerus buat perusahan mereka, dan karena itu mereka ninggalin gue dengan janji yang palsu, mereka bilang cuman sebentar dan balik lagi ke sini tapi nyatanya, cih!" sambung Kezira kemudian ia membuang kalung tersebut.
Kezira meremas rok sekolahnya dengan kedua tangan yang mengepal sempurna." Jangan pernah bahas mereka lagi!," tegas Kezira kemudian ia meninggalkan Naya seorang diri.
"Kekuatan cinta itu luar biasa Kezira." gumam Naya yang menatap kepergian Kezira.
***
Kezira terpaku ketika ia melihat sebuah bunga di depannya, langkahnya mulai mendekati bunga yang tumbuh di tepi pantai tersebut. Cantik sekali. Tangan Kezira mulai memetik tangkai bunga tersebut dan menyelipkannya di daun telinga. Anehnya tidak ada lengkung senyum di bibirnya, hanya ekspresi datar.
Perlahan Kezira melepas sepatu yang ia kenakan. Berjalan menelusuri tepi pantai tanpa alas kaki yang membalut. Hanya terasa panas dari pasir yang tersorot terik matahari. Tapi semua itu sirnah ketika angin pantai menghembus menyibakkan rambut panjangnya.
Mata Kezira tertutup sambil berjalan mengikuti suara deru air pantai.
"KEZIRA! " teriakan tersebut membuat Kezira membuka matanya dengan segera. Dilihatnya dia sudah berada jauh dari tepian pantai.
Terbesit rasa ingin menenggelamkan diri ketika ia melihat air laut sudah setengah dari badannya.
"KEZIRA! " teriak Naya dengan penuh khawatir. Namun Kezira malah berjalan lebih jauh dan hanya terlihat puncak kepalanya saja.
"KEZIRA! " Naya langsung berlari menghampiri Kezira yang sudah luput dari pandangannya.
"Kezira!" Naya terus mencari keberadaan Kezira sambil berenang ketempat dimana ia melihat Kezira.
"Kezira! "
"Kezira jangan kayak ginih! " teriak Naya berlinang air mata, ia menghempas-hempaskan air sambil menyelam. Tapi hasilnya masih nihil.
"Kezira! "
"Tante minta maaf! " lirih Naya menangis.
Sampai...
"Hahh.. Happ!! " tidak jauh dari jarak Naya. Kezira muncul ke permukaan dengan terengap-engap.
"Kezira! " teriak Naya menghamprinya, ia langsung memeluk Kezira erat.
"Jangan gila Kezira, tante sayang sama kamu! "
Kezira terheran-heran, ia melepaskan pelukan Naya. "Heh! "
"Apa maksudnya? "
"Kamu mau bunuh diri kan? Jangan Kez, tante sayang kamu! "
"Gila apa gimana sih? Siapa yang mau bunuh diri sih! " pekik Kezira menepiskan tangan Naya.
"Kez, mau kemana? " Naya mengikuti Kezira dari belakang dengan berusaha meraih pergelangan tangan Kezira.
"Udah deh, gue bukan anak kecil!"
"Tapi kamu tadi mau apa? "
"Enggak sengaja jalan kesana. Ya lagian panas juga. Yaudah nyebur aja. Emang kalau nyebur tandanya gue mau bunuh diri gituh? Enggaklah, dasar! "