Dengan seketika Kezira terbangun dari duduknya, menatap manik mata Amazon sinis dengan tajam seperti elang. Kedua tangannya mulai mengepal kuat, menahan emosi yang membara karena ucapan Amazon yang sembrono tersebut. Kezira tidak mau di cintai, sudah cukup. Cinta hanya menyebabkan luka untuk dia.
Amazon malah tersenyum rekah."Gimana? Zira maukan jadi pacar Azon?" tanya Amazon seraya mengangkat sebelah alisnya.
Kezira mengangkat sebelah alisnya, lalu berdecak sebal dengan tatapan mautanya. Rasanya dia ingin sekali membunuh Amazon sekarang sampai Amazon kapok karena sudah mengatakan kalimat itu.
Kezira mengambil satu demi satu kertas origami yang sudah terbentuk karakter hewan di kolong meja kemudian ia meremas kertas tersebut dengan amarah yang melanda sekitar tubuhnya.
"Eh, Zira kenapa mukanya memar- memar kayak Azon. Berantem?" tanya Amazon, tanpa sadar tangan kananya menyentuh pipi Kezira.
"Zira kenapa mukanya jadi ginih, apa semalem Zira kenapa-kenapa? Apa Aran ngelukain lo? Bilang Zira, bilang!" ujar Amazon terlihat cemas dengan wajah Kezira yang memar.
"JANGAN NYAMPAH DI MEJA GUE!!" teriak Kezira bangkit sambil menghampurkan kertas berwarna yang tadinya terbentuk karakter hewan tapi kini sudah menjadi sobekan-sobekan kecil yang terhambur tepat di wajah Amazon.
Amazon menelan salivanya, sudah susah payah ia membuatkan ini untuk Kezira tapi akhirnya pengorbanannya itu tidak berarti apa-apa untuk Kezira. Amazon kira setelah kejadian semalam Kezira akan berubah baik kepadanya namun nyatanya tidak, sama saja.
Amazon memungut sobekan kertas itu, baik di lantai ataupun di meja-meja lain. Sedikit rasa pusing mulai melanda kepalanya hingga tubuhnya sedikit melemas.
"Lo pikir gue anak kecil, lo kira lo bisa deket gue kalau lo itu nolongin gue, enggak, enggak akan!" tegas Kezira.
Amazon menengadah keatas, menatap wajah Kezira dengan senyum yang mengembang." Gimana? Suka enggak sama bunga dan cokelatnya?" tanya Amazon, mungkin sedikit harapan dengan bunga dan cokelat yang ia bungkus di sebuah kotak berpita pink.
"Coba cari di tong sampah." ujar Kezira menatap wajah Amazon dengan bengis.
Amazon menghela nafasnya "Iya."
"Dan gue peringatin sama lo, jangan pernah deket sama gue. Dan lo juga jangan banyak bacot, gue enggak suka sama cowok yang banyak bacot kayak lo, apalagi senyum menjijik kan lo, GUE BENCI!" tegas Kezira dengan penuh penekanan.
Amazon tersenyum lagi dan lagi, mungkin ada sedikit rasa sakit di hatinya karena Kezira mengatakan itu, tapi Amazon akan tetap berjuang demi mendapatkan cinta Kezira.
"Gue bakalan tetap ngejar lo!" tegas Amazon yang menunduk di lantai dengan tangan yang masih memunguti sobekan kertas itu.
"Ngejar atau enggak, gue enggak peduli!" tegas Kezira.
"GUE BAKALAN KEZAR LO!" teriak Amazon bangkit.
Kezira berdecak, ia menghampiri Amazon kemudian ia mencengkram kerah baju Amazon." Silahkan lo kejar, karena jawabannya sama!" tegas Kezira, ia tersenyum smirk dengan mata setajam elang menatap manik mata Amazon.
"GUE SUKA SAMA LO!" Kezira yang hendak pergi terpaksa menghentikan langkahnya.
"BODO!"
"GUE BAKALAN NGEJAR LO!" teriak Amazon dengan tangan menggenggam kertas tersebut kuat-kuat.
"Berarti lo anjing!" tegas Kezira, kemudian ia melanjutkan langkahnya tanpa menggubris Amazon yang tertunduk lesu.
Banyak orang yang merasa iba kepada Amazon, menatap cowok itu dengan mata yang lusu karena kelakuan Kezira itu sangat kejam.
"Sabar, ya Zon. Lain kali kalau cari cewek itu yang normal, jangan kayak dia, sabar." ujar seseorang menepuk pundak Amazon.
Amazon pergi dari kelas Kezira, tanpa pikir panjang Amazon berlari menghampiri Kezira yang tengah berjalan.
"Kez," panggil Amazon mencengkal tangan Kezira.
Kezira menepiskan tangan Amazon."Gue bakalan ngejar lo!" tegas Amazon dengan raut wajah serius.
"Mundur." ujar Kezira datar.
"Hanya lelaki pengecut yang mundur ketika ia mendapatkan penolakan bukan mengejar dengan segala pembuktian, karena cinta itu bukan janji tapi tentang bukti." ujar Amazon.
"Terserah, karena lo kan anjing yang bisanya cuman ngejar-ngejar." ujar Kezira kemudian pergi dari hadapan Amazon, perlahan punggu itu mengecil sampai menghilang dari pandangan Amazon.
"Harus dengan apa lagi sih Kez, biar lo yakin sama cinta gue." lirih Amazon sedih.
Amazon yang sudah kehilangan semangat untuk belajar hanya bisa melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah yang sejuk, di sana mungkin dia akan merasa tenang dan memikirkan beberapa ide untuk menyatakan cintanya kepada Kezira secara berulang- ulang beribu kali pun tidak apa walau Amazon tau kalau jawabannya tetap sama.
Amazon duduk di bawah dengan tubuh yang sedikit lemas, ia menengadahkan kepalanya keatas menatap langit yang berwarna biru muda di ikuti dengan burung-burung yang berterbangan di langit.
"Ketika gue mau memperbaiki diri, tapi masalalu kelam gue masih mengikuti. Dan gue juga enggak mau sampai Kezira kenapa-kenapa karena gue, apalagi ketika tadi gue liat wajah dia babak belur. Apa si Aran ngelakuin hal aneh sama Kezira, kalau iya gue bunuh dia." gumam Amazon.
"Pembunuh ." ujar seseorang di belakang sana.
Perlahan langkahnya mulai menghampiri Amazon yang terpaku di tempat.
"Sekalinya sampah, enggak bakalan jadi permata." ujar orang tersebut tepat di hadapan Amazon.
"Sekalinya penghianat enggak akan jadi sahabat!" tegas Amazon bangkit dari duduknya.
"Inget, jangan pernah anggap kalau diri lo lebih suci dari gue. Apa lo inget gimana mulusnya lo berkhiatan sama sahabat sendiri, apa perlu gue bongkar kedok lo?" ancam Amazon dengan sorot mata tajam.
Amazon berdecik "Jangan so suci boss, kalau hidup lo enggak lebih suci dari orang lain." ujar Amazon sedikit tertawa renyah.
"Gue emang enggak suci, tapi gue lebih baik dari cowok yang di depan gue. Apa lo enggak nyadar kalau semua omongan lo itu omdo." ujar Devon sedikit menertawai Amazon.
Mereka berdua saling bertatapan dengan kedua tangan yang mengepal kuat."Pembunuh!" pekik Devon lalu pergi meninggalkan Amazon.
"ANJING, GUE BUKAN PEMBUNUH!!" teriak Amazon.
Amazon meremas rambutnya dengan kuat." ANJING, GUE BUKAN PEMBUNUH!" teriak Amazon frustasi sambil menendang pagar di hadapannya.
Amazon menghela nafas gusarnya "Gue bukan pembunuh," lirih dia lesu.
"Harus gue bilang berapa kali, kalau gue bukan pembunuh." lirih Amazon, perlahan tubuhnya melemas lalu tersungkur ke tanah.
Amazon menyeka wajahnya kasar "Kapan gue bisa hidup tenang." lirih dia, tak terasa air matanya menetes dari sudut mata. "Maafin gue Kia." lirih Amazon menangis.
Kalau kalian tidak percaya bahwa seorang laki-laki bisa menangis hanya karena seorang wanita, maka kalian salah, karena setiap orang punya hati yang kapan saja bisa tersayat dengan sesuatu yang menyedihkan hingga ia meneteskan air matanya, walau dia tidak meneteskan air matanya di hadapan orang lain, tapi yakinlah kalau dia juga sering menangis di malam hari ketika ia mengingat sebuah kenangan menyedihkan.
Kenangan itu memang sulit di lupakan, karena hanya kenanganlah yang masih tersimpan di lubuk hati seseorang. Meskipun waktu sudah berlalu sampai kapanpun itu hanya kenangan yang masih bertahan.