Amazon tertawa puas. Tangan dia langsung memeluk pinggang Kezira agar cewek itu tetap bersamanya."Mau! "
"Gila ya lo? " Kezira berusaha untuk bangun, namun Amazon malah memeluknya dengan erat. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk di sana sambil berbaring menatap kearah langit.
"Kenapa lo ke sini? Harusnya lo sama pacar lo!" ujar Kezira menoleh kearah Amazon.
"Aina? "
"Mungkin!"
Amazon tertawa. "Cemburu ya? " tanya Amazon menoleh kearah Kezira yang berbaring di lengan sebelah kanannya.
"Enggak, siapa yang cemburu? Lagian lo bukan siapa -siapa gue! "
"Kalau sekarang? Masih bukan siapa-siapa? " tanya Amazon.
"Maksud lo? " Kezira menoleh, tatapan mata mereka saling bertemu.
Kezira merasa kaku untuk berbicara pada Amazon yang tepat di sampingnya. "Apaan sih! " dia bangkit, tapi Amazon menariknya dan tidak di sangka hidung mereka berdua bersentuhan.
Keduanya saling bertatapan. Amazon menatik dagu Kezira, tangan kanan cowok itu mulai membelai rambut Kezira dengan lembut. Perlahan Amazon memajukan wajahnya hingga tidak ada jarak diantara mereka, Amazon memajukan bibirnya hendak menyentuh bibir ranum Kezira. Tidak ada elakan dari Kezira, malahan dia menutup matanya karena dia berpikir bahwa Amazon hanya menakut-nakutinya.
Sampai Amazon teringat sesuatu, ia langsung menghentikan hal itu. Hampir saja ia menjadi cowok yang sama seperti dia di masalalu. "Maaf Kezira! " Amazon bangkit dengan Kezira yang masih terpejam.
Kezira menyeringai di barengi dengan tawa renyah. "Kenapa enggak jadi? Takut ya? Atau enggak berani? " tanya Kezira beruntai, langkah kaki Amazon terhenti mendengar pertanyaan tersebut.
"Bukan enggak berani, tapi Azon udah janji sama diri sendiri supaya bisa jadi cowok yang menghormati cewek. Apalagi Kezira enggak suka sama Azon, itu bisa di sebut pemaksaan. " ujar Amazon sebelum pergi tanpa menoleh kearah Kezira yang terdiam di belakang sana.
Kezira tersenyum, ternyata masih ada cowok seperti itu. Cowok yang menghormati cewek, bukan hanya mencari keuntungan saja.
"OI! "
"TUNGGU! " dan mereka berdua pun berjalan bersama, seperti apa yang di harapkan oleh Amazon.
Setibanya mereka di kelas, Amazon di kejutkan dengan kedatangan Aina yang sudah berada di mejanya dengan makanan. Cewek itu tersenyum lebar kearah Amazon sambil melambaikan tangan.
"Memang tidak punya malu, "guman Amazon, Kezira menoleh mendengar hal itu.
"Emangnya kenapa? Diakan pacar lo?" tanya Kezira, kalau di lihat-lihat Aina memang cantik juga kalau dilihat dari segi bentuk dan penampilan.
"Cantik memang, tapi kelakuannya enggak. "
Amazon berjalan menghampiri Aina, ia membisikkan sesuatu pada cewek itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah meminta cewek itu pergi ke kelasnya, namun Aina malah menjadi dia malah merengek seperti bayi. Alhasil semua tatapan tertuju pada Amazon.
"Aina, bisa enggak sih lo ke kelas lo? " sontak mata Kezira yang terbelalak, sikap Amazon kepada Aina menututnya berbeda dengan sikap Amazon pada dia. Iya, Kezira sedang menguping.
Hubungan dia dan Amazon memang tidak terlalu baik, tapi sepertinya lebih baik dari hubungan Amazon dan Aina.
"Aina, " panggil Amazon, Aina masih kekeh duduk di sana. Sebentar lagi guru akan datang.
"Kenapa? " tanya Aina sambil merapihkan rambutnya ke belakang.
"Ini udah bel, lo balik ke kelas lo! "
"Enggak mau! "
"AINA! "
"Okey, selamat bertemu pulang sekolah Zra. " ujar cewek itu akhirnya pergi setelah Amazon benar-benar emosi.
Inilah Aina, sejak dulu ia melakukan hal yang sama. Dan mungkin sekarang lebih parah lagi karena Ainalah yang selalu datang ke rumah Amazon saat dia tengah di titik terendah.
Amazon menghela nafasnya gusar sebelum guru masuk dan melanjutkan pelajaran.
Akhirnya bel sekolah berbunyi, menandakan semua murid akan pulang dan beristirahat dengan tenang. Berbeda dengan Amazon, kini cowok itu memutuskan untuk menetap di sekolah karena Aina. Amazon berfikir pasti Aina menunggunya di gerbang sekolah seperti biasanya, oleh sebab itu Amazon tidak mau pulang dan bertemu dia.
Setiap pulang sekolah Amazon selalu meminta Ando dan Gerin untuk mengatakan pada Aina bahwa dia sudah pulang lebih awal karena urusan mendadak, padahal Amazon masih di sekolah sampai malam.
Seperti biasa, saat ini Amazon tengah berjalan menuju perpustakaan tempat dimana ia bisa tenang. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara piano dari ruangan musik. Sedikit menyeramkan bahwa piano bisa berbunyi sendiri padahal semua murid sudah pulang.
Suaranya semakin keras, dan suara piano itu membuat Amazon tertarik oleh orang yang memainkannya. Suara lembut, penuh dengan perasaan tercurah dari pemainnya. Tanpa sadar, langkah Amazon mulai mendekat sumber suara itu hingga ia melihat seorang cewek tengah memainkan piano. Punggung cewek itu nampak tidak asing, apalagi rambut bergelombang yang mencuri pandangan.
Sampai alunan indah itu berhenti dan cewek itu membalikkan punggungnya.
Cewek itu terbelalak, mematung menatap lurus kearah Amazon. Dengan seketika Amazon bertepuk tangan dengan keras, ia juga memuji atas permainan Kezira yang luar biasa indah bahkan kupu-kupu juga ikut menari di ruangan itu.
"Lagi ngapain lo? " tanya Kezira, ia tengah membereskan barang-barangnya.
"Cuman lewat kok, mau ke perpustakaan." jelas Amazon, Kezira mengangguk pelan.
"Mau pulang? " tanya Amazon, pertanyaan yang konyol.
"Ya iyalah, emang gue harus kemana lagi? " tanya Kezira menggendong ranselnya sudah siap untuk pulang.
"Eh tunggu, " Amazon menghentikan langkah Kezira dengan menahan pergelangan tangan cewek itu.
"Kenapa? "
"Ikut! " Amazon menarik tangan Kezira untuk ikut bersamanya ke suatu tempat yang Amazon rahasiakan.
Sesampainya disana Kezira masih terheran karena Amazon membawanya ke perpustakaan, tidak ada yang istimewa di tempat itu. Hanya beberapa deret buku dari rak, untuk anak pintar memang menyenangkan tapi untuk Kezira sepertinya tidak.
"HEI! " Kezira menepiskan tangan Amazon, tapi cowok itu kembali menggenggamnya bahkan lebih erat.
"Ini cuman perpustakaan bodoh! Enggak ada yang bagus! " pekik Kezira, dan Amazon menggeleng.
"Salah besar! "
Dan Amazon membuka pintu di belakang perpustakaan, setelah melihat hal yang ada di dalam sana Kezira tercengang.
"WAaahhhh! "
"Baguskan? " tanya Amazon, Kezira langsung mengangguk cepat.
"Ini tempat apa? " tanya Kezira melihat setiap lukisan indah di ruangan rahasia itu.
"Hm, enggak tau sih. Tapi yang jelas setiap malam Azon selalu ada di sini."
"Ngapain? "
"Menikmati indahnya sebuah karya."
"Gue enggak tau di sini ada tempat kayak gini, sumpah ini bagus banget. Gue suka sama lukis-" Kezira menatap Amazon, belum pernah ia mengatakan apa yang ia sukai selama ini.
"Lukisan? " tanya Amazon seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Akhirnya!"
"kenapa? "
"Iya, akhirnya Azon tau kesukaan Kezira itu apa."
Tangan Kezira meraba setiap kanvas yang halus itu. Kanvas yang sudah terisi oleh perasaan seseorang. Wangi cat dan warna pada lukisan mampu membuat Kezira memejamkan matanya merasakan bahwa dia tengah berada di dalam lukisan itu.
Sekilas Amazon memperhatikan hal itu, ia juga melihat Kezira tersenyum."Dia mirip dengan seseorang," gumam Amazon ikut tersenyum.
Rasanya memang seperti nyata, seperti Kezira berada di dalam perasaan sang pelukis dengan menyentuh karya di depannya.
"Cinta dan pengkhiatan, "Ujar kezira.