"Cinta dan pengkhianatan," gumam Kezira.
Setelah meraba lukisan itu Kezira membuka matanya."Bolehkan kalau gue sering ke sini?" tanya Kezira dengan senang hati Amazon mengangguk.
"Ada berapa lukisan di sini?" tanya Kezira berjalan kembali meraba lukisan selanjutnya.
"Kira-kira seratus," ujar Amazon seraya menatap sekitaran.
"Gue suka sama lukisan yang tadi, perasaan pelukis pada orang yang melihatnya sampai ke hati."
Selang beberapa saat mereka berada di sana tiba-tiba pintu di ruangan itu di kunci oleh seseorang dari luar, terdengar suara berat dari penjaga perpustakaan bergumam tentang pintu yang tidak di kunci itu.
Mereka berdua saling pandang."Eh buruan nanti kekunci di sini! " sentak Kezira menggedor pintu tersebut keras, sialnya ternyata penjaga perpustakaan itu tengah memakai headsate. Alhasil teriakan mereka hanyalah angin lalu.
Ya, kalian bisa tebak sendiri. Mereka berdua tidak bisa keluar dari sana hari ini juga, mungkin besok saat banyak orang yang pergi ke perpustakaan.
"Gimana? Bisa? " tanya Kezira, Amazon menggeleng lesu.
"LO YA! " kesal Kezira mengepal tangannya di depan wajah Amazon.
"Maaf, " ujar Amazon bersalah, tapi apa daya semua sudah terjadi.
"Terus sekarang kita gimana? " tanya Amazon menggoyangkan tangan Kezira seperti anak kecil.
"Lo kira? Siapa yang ngajak gue ke sini huh! " tanya balik Kezira dengan nada keras.
"Azon, " ujar Amazon tanpa merasa bersalah, bahkan cowok itu malah cengengesan.
Rasanya ingin sekali menjitak dahi Amazon dengan tangan Kezira sampai cowok itu sadar bahwa dia salah, bukannya mencari jalan keluar gilanya dia malah cengengesan sambil mengeluarkan senyum.
"Euhh! Untung lo manusia! " gemas Kezira menepiskan tangannya yang mengepal.
"Emangnya kenapa? " tanya Amazon.
"Masih nanya kenapa? " Kezira mencengkram kerah baju Amazon, jarak mereka terbilang dekat. Bahkan mata mereka saling bertatapan.
Mereka berdua terdiam, sampai suara degu hujan terdengar berjatuhan. Kaca yang tadinya memantulkan sinar matahari kini berubah mengembun karena air hujan, suhu di ruangan juga semakin dingin karena hujan yang lama- kelamaan semakin besar.
Amazon yang bisa di bilang kurang sehat itu menggigil kedinginan, ia berusaha memuluk dirinya sendiri atau mengusap leher dan tangannya agar hangat.
"Ke-z.. " dengan pelan Amazon memanggil Kezira yang berada tepat di depannya.
Mata Kezira yang tengah menatap kearah jendela itu melihat pantulan tubuh Amazon yang menggigil di belakangnya. Awalnya Kezira biasa saja, ia hanya berfikir mungkin Amazon sedang mencari perhatian pada dia. Namun beberapa menit mata Kezira terbelalak, ia baru mengingat kalau Amazon tengah sakit.
Untungnya di dalam ransel Kezira ada jaket yang sering ia kenakan, itu bisa membuat Amazon merasa hangat.
"Din-g-in.. " bibir Amazon pucat pasi, tubuhnya mulai panas karena ia demam.
"Pake! " ujar Kezira yang menyodorkan jaket di ranselnya.
"Din-gin... " sambil memeluk tubuhnya Amazon bergumam, ia tidak berani melepaskan pelukan di tubuhnya. Seperti ia tengah berada di kutub, sangat dingin.
"Pake! " Kezira memakaikan jaket tersebut dengan tangannya sendiri, sekilas Kezira juga melihat tangan Amazon yang gemetaran.
Sigap Kezira menempelkan telapak tangannya pada kedua pipi Amazon, dingin dan panas. Dingin karena dia menggigil dan panas karena Amazon demam.
"Lo bisa, " ujar Kezira yang melihat Amazon masih menundukkan kepalanya, sampai Amazon mendongak. Alhasil mata keduanya saling bertemu, bertatapan lama. Bukannya marah, kini Kezira malah tersenyum dan menyemangati Amazon.
Melihat hal itu, Amazon yang lemas langsung semangat dan membalas senyuman Kezira dengan bibir pucat pasi cowok itu mencium pipi sebelah kanan Kezira dengan lembut.
"Maaf, " itu kalimat terakhir Amazon sebelum cowok itu benar-benar menutup matanya.
Kezira mematung dengan mata terbelalak, baru kali ini ia merasakan sebuah kehangatan dari seseorang. Rasanya seperti Kezira tidak mau kehilangan orang yang membuat dia kesal, namun ia masih bingung dengan perasaannya. Tapi yang utama sekarang adalah membuat mereka keluar dari ruangan itu, Kezira takut Amazon kenapa-kenapa.
"TOLONG! " teriak Kezira kencang dengan Amazon yang berada di bahunya.
Tidak ada yang membalas, itu artinya tidak ada orang yang mendengar teriakan mereka. Sialnya baterai handphone Kezira lobet, dan untuk Amazon dia tidak tau password handphone Amazon. Sudah beberapa kali di coba, hasilnya masih sama.
Kezira tidak tau tanggal lahir Amazon atau bulan dan taunnya. Sempat teringat nama Aina, mungkin nama pacarnya? Karena Kezira mencoba nama cowok itu, tapi bukan juga. Setelah di coba juga bukan itu.
"Sial! "
Hingga Kezira teringat namanya sendiri, dan benar saja ternyata kuncinya adalah dirinya sendiri.
Kezira melirik Amazon yang tertidur. "Dasar bucin," gumam Kezira. Entah kenapa bibir Kezira malah tersenyum bukan menggerutu.
***
Samar-samar terdengar suara seorang cewek tengah mengobrol dengan suster, saat dia benar-benar membuka matanya betapa senangnya Amazon ketika ia melihat Kezira yang berada di depannya. Ternyata benar, suara itu memang milik cewek itu.
Amazon menatap Kezira yang mengobrol soal keadaan dia saat ini. Dan tidak lama Kezira juga menoleh kearah bangkar tempat dimana Amazon berbaring. Saling tatap lalu melanjut obrolan itu sampai Kezira harus pergi untuk membayar tagihan.
"Kez.. "suara lirih Amazon mampu membuat langkah Kezira terhenti.
Kezira menarik nafasnya sebelum berjalan menghampiri Amazon. "Kenapa?" tanya Kezira ketus, wajahnya juga datar.
Amazon meraih pergelangan tangan Kezira. "Jangan di tingal..." rengek Amazon seperti anak kecil.
"Enggak, gue mau bayar tagihan dulu. Katanya lo harus di rawat hari ini, besok juga lo bisa pulang. " ujar Kezira yang hendak meraih handphone di atas nakas dekat Amazon untuk menghubungi Ibunya.
"Jangan, " ujar Amazon karena ia tidak mau membuat Arini cemas.
"Kenapa? " dahi Kezira merengut.
"Nanti Mama cemas," ujar Amazon memalingkan wajahnya.
"Lah, dari pada gini. "
"Kezira bisakan jaga Azon? " tanpa menatap kearah Kezira, Amazon bertanya hal itu.
"Enggak! "
Amazon terdiam mendengar tolakan itu. Apakah Kezira terlalu kasar menolak Amazon dengan lugas? Tapi ini bukan hanya sakit kepala saja, Rumah Sakit loh!
"Iya gue temenin, tapi gue juga hars bilang sama orangtua lo kalau lo masuk Rumah Sakit. Mereka bakalan khawatir sama lo yang enggak pulang, hargain mereka. Mereka sayang sama lo! " ujar Kezira membuat Amazon terdiam membisu.
Baru saja Kezira hendak meninggalkan cowok keras kepala itu, tangan Kezira di tarik lebih kuat oleh Amazon. "Iya, Azon nutut. " dengan mata sayu Amazon mengatakan hal itu, Kezira mengangguk dan meninggalkan Amazon sendiri.
"Sekarang lo makan, " ujar Kezira membawakan semangkuk bubur di tangannya. Dilihat ternyata Amazon sudah tertidur lelap seperti bayi.
"Ternyata lo rapuh ya, " ujar Kezira meletakkan mangkuk berisi bubur itu di atas nakas sebelum ia duduk di samping Amazon.
Kezira membenahi selimut Amazon dengan lembut layaknya seorang pacar. Di tempelkannya punggung tangan Kezira untuk mengecek suhu tubuh Amazon. Sepertinya Amazon sudah membaik, Kezira menghembuskan nafas tenangnya.
"Cepet sembuh," gumam Kezira tepat di lubang tinga Amazon. Perlahan tangan Kezira membelai rambut Amazon dengan lembut.
"Kez,"