Pada pagi harinya kasus ini diberitakan oleh media-media besar. Ternyata orang yang Wright-Phillips pukul adalah Vas Reckotte, anak dari Jim Reckotte, pengusaha terkenal. Atas kejadian semalam, Vas menuntut Wright-Phillips dan beberapa pemain Southampton yang terlibat, kasus ini kemungkinan akan menjadi kasus serius yang akan ditangani kepolisian.
Kazuki sendiri yakin bahwa kasus ini tidak akan berakhir pemenjaraan, karena walaupun Wright-Phillips yang memulai perkelahian duluan tetapi teman-teman Vas lah yang membuat perkelahian itu berubah menjadi antar individu menjadi antar kelompok.
Southampton sebagai klub yang menaungi para pemain, melakukan konferensi pers keesokan harinya. Mereka dengan tegas mengatakan, "Kami akan mengikuti prosedur hukum yang berlangsung, apabila para pemain kami terbukti bersalah. Kami akan memberikan hukuman pada mereka."
Hukuman tersebut tentu saja adalah pemotongan gaji dan semacamnya.
Selain itu, pelatihan harian dibatalkan untuk satu hari karena insiden tersebut. Di antara para pemain yang terlibat dalam kasus itu, ada beberapa yang merupakan pemain utama. Mereka adalah Hilton, Benson, Rudolf, Wright-Phillips, dan Kounde. Kazuki sendiri telah menyuruh Shiraishi untuk membuat klarifikasi mengenai ketidakterlibatannya dalam insiden pemukulan. Polisi hanya memanggil Kazuki satu kali untuk membuat pernyataan sebagai saksi sebelum Kazuki diputuskan tidak terlibat apapun dalam insiden pemukulan itu.
Pada Liga Premier putaran ke 28, Southampton yang bertamu ke Etihad Stadium dibantai 5-0 oleh Manchester City. Gol tersebut dicetak oleh Aguero yang melakukan Hattrick, David Silva, dan Bellotti.
Setengah pemain Southampton dalam pertandingan ini adalah pengganti. Selain itu, para pemain Southampton juga tidak bermain seperti biasanya. Simone sering melakukan kesalahan. Crage hampir tidak terlihat selama pertandingan. Dean Smith melakukan kesalahan minor berkali-kali. Walaupun Kazuki bermain maksimal namun sulit untuk membalikkan keadaan dengan Southampton yang dalam keadaan seperti ini.
George memarahi para pemain Southampton namun amarahnya tidak merubah keadaan tim. Hal yang membuat Kazuki kecewa adalah kapten Southampton, Simone. Dia tidak mengatakan hal-hal yang harusnya dia katakan sebagai seorang kapten. Ketika tim terpuruk seharusnya dia bangkit dan membangunkan rekan-rekannya.
Kekalahan Kazuki kali ini adalah kekalahan paling besar semenjak Kazuki memiliki [Dream Training]. Kazuki sendiri kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa dalam pertandingan kali ini.
Media-media memberitakan hasil pertandingan Southampton dengan berbagai tanggapan.
The Independent : Apakah ini akan menjadi awal kejatuhan Southampton?
The Sun : Keajaiban Kazuki telah hilang! Ini 5 alasan mengapa Kazuki tidak akan bersinar lagi.
The Guardian : Aguero Hattrick! Manchester City menghancurkan Southampton dengan 5 gol di Etihad Stadium.
Southampton Daily : Ini bukan akhir, kami pasti akan bangkit lagi! Begini tanggapan George mengenai kekalahan menyakitkan Southampton.
Pertandingan Southampton sebelumnya membuat orang-orang berpikir Southampton telah bangkit namun pemikiran itu hilang setelah melihat pembantaian Manchester City di Etihad Stadium. Mereka berpikir bahwa mungkin Chelsea lah yang terlalu lemah sehingga Southampton mampu meraih hasil imbang. Lagipula, The Big Six lainnya seperti Tottenham dan The City dengan berhasil mengalahkan Southampton tanpa kesulitan.
***
Sementara itu, Kazuki melampiaskan kekesalannya di [Pelatihan Mimpi]. Dia mensimulasikan kembali pertandingan itu beberapa kali. Dari 10 pertandingan dia memenangkan 3 pertandingan melawan Manchester City dan imbang 1 kali. Performa Southampton di simulasi tersebut lebih baik karena pada data yang diambil [Pelatihan Mimpi], kemampuan Southampton seharusnya lebih daripada yang ditunjukan pada pertandingan melawan Manchester City.
Namun, yang salah dari para pemain Southampton pada pertandingan itu adalah mental. Untuk saat ini [Pelatihan Mimpi] tidak bisa mensimulasikan kelelahan secara mental dan hal-hal tak jelas lainnya.
Setelah berlatih keras, Kazuki bertanya pada GM, "Apa kau tidak memiliki sesuatu yang bisa membuat suasana hatiku lebih baik? Dari pertandingan ini aku tahu suasana hati, pikiran, dan lain-lain sangat penting untuk tampil dengan sempurna. Untuk menampilkan semua kekuatanku aku membutuhkan mentalitas yang stabil."
GM diam sebentar, setelah beberapa saat dia membuka mulutnya dan menjawab, "Kebetulan, Pelatihan Mimpi punya mode baru. Mode ini bernama [Watch], dalam mode ini kau bisa melihat beberapa pertandingan bersejarah, peristiwa penting dalam sejarah sepakbola, sejarah sebuah tim, dan biografi pemain."
"Apa termasuk dunia perarel tempat Lewandowski itu berada?" tanya Kazuki.
GM mengangguk, ia menambahkan, "Benar, termasuk sejarah sepakbola di dunia pararel itu. Sekarang, kurasa salah satu yang paling tepat untuk kau tonton hanya satu. Sebuah dongeng indah dalam sepakbola modern."
Kazuki mengerutkan keningnya, "Dongeng?"
Dengan seringaian, GM berkata, "Ini adalah dongeng Leicester."
Pandangan Kazuki menjadi kabur, dia melihat sebuah merasa seperti melihat sebuah video 3D yang sedang berputar.
***
Saat musim 2015-2016 mulai bergulir, Leicester bukan tim unggulan. Pada musim sebelumnya, Leicester hampir terdegradasi ke divisi Championship.
Bahkan, bursa taruhan kala itu memberikan odds atau peluang 5000:1 kepada Leicester untuk menjadi juara Liga Inggris 2015-2016.
Semuanya berawal dari kedatangan Claudio Ranieri pada awal musim 2015-2016.
Bukan hanya karena Ranieri, namun, The Fox sendiri memiliki dasar untuk meraih kejuaraan.
Pertama adalah Steve Walsh, sang asisten yang jeli, berindra enam dan memiliki ground network yang pekat. Dia adalah perekrut handal dalam mencari pemain muda murah dan berbakat, diantaranya N'Golo Kante dengan bandrol hanya 5,6 juta pound, kemudian Riyad Mahrez seharga 450 ribu pound yang sempat membuat bos Marseille terkekeh geli ketika Leicester merekrutnya.
Kedua adalah fasilitas pelatihan yang sangat baik dan fasilitas bakat muda yang memadai dalam membangun suatu kerajaannya.
Dengan semua dasar itu, Ranieri membangun sistem taktik yang mampu memanfaatkan semua kelebihan pemain Leicester.
Leicester mengawali musim dengan kemenangan. Mereka sempat tidak terkalahkan selama beberapa pertandingan. Sebelum akhirnya mereka kalah oleh Arsenal pada putaran ke 7 dengan skor 2-5. Orang-orang berpikir Leicester akan menurun setelah kekalahan ini.
Namun setelah itu Leicester kembali tidak terkalahkan dalam 10 laga sebelum akhirnya kalah pada putaran ke 18 oleh Liverpool di Anfield. Paruh pertama, Leicester menunjukkan kekuatannya. Sekali lagi, banyak orang yang berpikir Leicester akan runtuh pada paruh kedua musim 2015/2016. Kekalahan Leicester pada Arsenal untuk kedua kalinya membuat orang-orang yakin akan pemikiran mereka.
Namun setelah itu Leicester kembali meraih hasil tak terkalahkan sampai pada saat Tottenham ditahan imbang oleh Chelsea 2-2. Dua laga sebelum musim berakhir, Leicester akhirnya menjadi juara liga Premier Inggris musim 2015/2016.
Dalam liga yang selalu dimenangkan oleh tim besar selama beberapa dekade, Leicester berhasil membuat sebuah dongeng.
Ini adalah dongeng Leicester.
***
Kazuki merasakan emosi yang dalam. Ia melihat kilasan pertandingan Leicester satu persatu. Ia juga melihat komentar-komentar orang-orang dari awal musim Leicester. Mereka meragukan Leicester, berpikir Leicester adalah kandidat degradasi daripada kandidat juara. Komentar keraguan ini terus berlangsung hingga Leicester mengangkat piala liga inggris. Setelah itu, semua keraguan itu berubah menjadi tatapan tidak percaya.
Ada banyak keberuntungan dalam dongeng ini.
Namun setidaknya ini membuat Kazuki sadar akan satu hal. Tim kecil juga mungkin menang. Peluang menangnya mungkin hanya 1 banding 5000, tetapi selama masih ada peluang maka semuanya mungkin.
Kazuki mengingat kembali Southampton. Sebuah pikiran terlintas dibenaknya.
"Aku ingin memenangkan liga premier juga musim depan."
Percikan api membara dalam hati Kazuki.