Chereads / Pelatihan Mimpi : Sang Juara / Chapter 38 - Pertahanan yang kuat

Chapter 38 - Pertahanan yang kuat

Walaupun skor masih sama-sama nol. Namun, Pelatih Southampton, George Eastgate terlihat gelisah. Ia berjalan mondar mandir sambil sesekali memberikan instruksi. Setelah peluang yang tercipta pada menit ke 14, Southampton tidak mendapatkan peluang lagi sampai sekarang. Chelsea mematahkan semua serangan balik yang ingin dibangun oleh Southampton. Bisa dibilang Chelsea telah membangun pertahanan dari area paling depan yang membuat para pemain Southampton kesulitan membangun serangan.

Melihat serangan Chelsea yang tidak henti-henti sudah jelas mereka akan mencetak gol cepat atau lambat. Jika Chelsea unggul 1 nol, maka Mourinho pasti akan mengubah strateginya menjadi lebih konservatif. Dia akan memarkir bus, sehingga para pemain Southampton akan kesulitan mencetak gol.

Pada menit ke 37, Chelsea akhirnya membobol gawang Southampton. Serangan ini diawali oleh aksi individu Zelatta yang akhirnya mampu menerobos kotak penalti Southampton. Aksi individu Zelatta membuat pertahan Southampton kacau balau, Dusan lepas dari penjagaan Okhalo dan Hilton sebagai duo bek tengah. Zelatta memberikan umpan pada Dusan, umpan itu dengan mudah Dusan konversi menjadi gol.

"Akhirnya, Chelsea berhasil meraih gol setelah menyerang Southampton sejak awal babak pertama. Aksi solo Zelatta berhasil memecah konsentrasi para pemain Southampton. Dusan memanfaatkan momen itu dengan baik, ia berlari memanfaatkan celah pada pertahanan Southampton. 1-0 untuk keunggulan Chelsea."

Setelah Chelsea mencetak gol, Mourinho melakukan selebrasi di pinggir lapangan. Selebrasi yang dilakukan Mourinho lebih menonjol daripada selebrasi para pemain Chelsea sendiri.

Sementara itu George mengangkat tangannya kecewa. Ia tahu bahwa Chelsea akan mencetak gol tetapi melihat gol itu secara langsung masig membuat dia merasa kesal. Para pemain Southampton telah melakukan yang terbaik tetapi para pemain bintang seperti Zelatta selalu mampu membuat keajaiban.

"Apa yang akan kita lakukan, Pelatih?" asisten pelatih, James Ward, bertanya pada George.

Setelah gol ini, Southampton pasti perlu menyerang, namun masalahnya, serangan balik Chelsea adalah sangat berbahaya. Kecepatan Dusan, Umpan jauh dari Lambert, dan Dribble Zelatta selalu menjadi senjata utama dalam strategi serangan balik Chelsea.

George menghela nafas dalam-dalam dan berkata, "Kita akan bermain dengan sabar, Chelsea hanya unggul satu gol, selama ada kesempatan menyerang balik, pasti kita bisa menyamakan kedudukan." George berusaha berpikir positif walaupun situasinya kurang meyakinkan bagi Southampton.

Sampai akhir babak pertama, skor 1-0 tidak berubah. Chelsea mengendurkan intensitas serangan mereka. The Blues bermain konservatif setelah mereka mencetak gol. Walaupun Southampton sekarang mampu menguasai bola tetapi serangan mereka tetap selalu buntu. Sebaliknya, serangan balik Chelsea terus mengancam gawang Southampton.

Dalam menghadapi pertahanan solid Chelsea, George memutuskan untuk memasukan Kazuki untuk menggantikan Osmund. Setelah penampilan luar biasa Kazuki dalam tiga pertandingan berturut-turut, George mulai merasa Kazuki adalah bintang keberuntungannya. Selama Southampton berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, maka George akan mempercayai Kazuki untuk membuat keajaiban.

Selain itu, George mengkritik Denilson karena peluang satu-satunya Southampton di babak pertama gagal karena keegoisan Denilson. Ia juga meminta Freddy untuk lebih banyak aktif membantu serangan. Crage akan menggantikan Freddy mempertahankan pertahanan sayap kanan ketika Freddy naik melakukan Overlap.

Di lini pertahanan, George memuji duo Hilton dan Okhalo. Gol Chelsea bukan sepenuhnya salah mereka. Sebaliknya, justru karena merekalah Southampton tidak kebobolan lebih dari satu gol. Babak kedua, pertandingan akan lebih sulit tetapi George yakin Southampton pasti mampu mengatasi tantangan ini.

Babak kedua pertandingan Chelsea melawan Southampton dimulai dengan kick-off yang dilakukan oleh Kazuki dan Denilson.

Southampton memulai awal babak kedua dengan santai. Mereka tahu serangan yang terburu-buru hanya akan berakhir dengan serangan balik dari Chelsea. Pertahanan Chelsea berbeda dengan Liverpool yang terus menerus melakukan pressing. Pertahanan Chelsea pasif dan cenderung menunggu lawan menyerang.

Pada menit ke 48, Southampton mengawali serangan dengan Counter Movement antara Crage dan Freddy. Crage turun untuk memancing Maroda maju ke depan, sementara Freddy berlari ke depan untuk mengeksploitasi celah yang ditinggalkan oleh Maroda. Setelah itu, Freddy menerima umpan yang diberikan oleh Simone. Shank Lambert memotong jalur lari Freddy. Freddy hendak memberi umpan namun, ia melihat semua rekannya dijaga dengan ketat. Freddy melakukan lob pass ke depan sambil berharap Kazuki dan Denilson untuk menerima umpan tersebut.

Walaupun umpan itu sulit untuk dijangkau tapi Kazuki memaksakan diri untuk mencoba mendapatkannya. Sayang sekali, Peter Krech lebih dahulu mendapatkan bola.

Kazuki tidak terlalu kecewa dengan kegagalan tersebut. Karena peluang itu memang terlalu dipaksakan oleh Freddy. Nun, saat dia berjalan mundur dari kotak penalti, Ruiz berbicara padanya.

"Hey, Apa pelatihmu berpikir kau bisa membalikkan keadaan? Kupikir dia harus kecewa karena remaja andalannya tidak mampu berbuat apa-apa pada pertandingan kali ini," ucap Ruiz sambil menepuk pundak Kazuki.

Kazuki menyeringai dan menatap Ruiz dengan percaya diri, "Aku tidak tahu tetapi terakhir kali seseorang berkata seperti itu padaku, dia menyesali perkataannya seusai pertandingam."

Ruiz tertawa kecil dan membalas Kazuki, "Kau punya imajinasi yang bagus. Banyak pemain muda memiliki ilusi tentang diri mereka. Aku akan mengajarimu bagaimana cara menghadapi kenyataan."

Sebagian yang Ruiz katakan adalah benar. Banyak pemain muda yang memiliki ilusi tentang kemampuan mereka. Mereka meyakini sepenuhnya kata-kata media dan para pelatih mengenai bakat dan kejeniusan mereka. Hal ini membuat mereka memiliki ilusi bahwa mereka adalah pemain yang hebat. Namun, nyatanya tidak seperti itu. Karena pemain muda cenderung kurang dikenal dan diremehkan maka penjagaan mereka di daerah pertahanan lawan lebih longgar daripada penjagaan para pemain terkenal.

Namun, setelah pemain itu terkenal, maka para pemain bertahan akan mempelajari keunggulan dan kelemahan pemain tersebut. Mereka akan menganalisis bagaimana cara menahan pemain muda itu.

Hal inilah yang dilakukan Ruiz beberapa hari sebelumnya. Dia mempelajari beberapa video pertandingan Kazuki. Ia tahu salah satu keunggulan Kazuki adalah ketenangannya. Ketika Kazuki dijaga dengan ketat oleh Kevin, Kazuki memang marah dan kesal namun ia tetap mempertahankan ketenangannya dan tidak terprovokasi. Karena itu ia ingin membuat Kazuki kehilangan konsentrasi dan ketenangannya pada pertandingan ini.

Memprovokasi adalah salah satu senjata menakutkan ketika dilakukan dengan tepat. Salah satu contohnya adalah pada Final Piala Dunia 2006. Zidan dikeluarkan karena mendapat kartu merah, setelah Materrazi memprovokasinya.

Tentu saja, Kazuki tahu pentingnya bermain dengan tenang. Karena itu ia tidak membalas lagi perkataan Ruiz. Ia berjalan pergi meninggalkan Ruiz. Sementara itu Ruiz sendiri tahu bahwa provokasi bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam satu kali. Masih ada banyak kesempatan baginya untuk perlahan menghancurkan ketenangan Kazuki.

Walaupun Kazuki telah menggantikan Osmund, namun Southampton masih kesulitan untuk membangun serangan. Wright-Phillips pada pertandingan ini benar-benar tidak berdaya dalam menghadapi Hosingwa dan Essian. Kazuki merasa dia harus melakukan sesuatu mengenai Wright-Phillips, pada pertandingan ini kemampuan teknis Wright-Phillips sangat dibutuhkan untuk membongkar pertahanan Chelsea.