"Satu bulan? Saling mencintai? Benar-benar omong kosong yang tidak masuk akal!" ucap Lilia kesal, kini mereka berada didalam mobil setelah menemui daddy yang ternyata ayah Jeff.
"Memang," jawab Jeff singkat.
Lilia tidak pernah mengira hidupnya akan semenyedihkan ini, tertangkap basah sedang melakukan hobinya, dan orang yang menangkapnya basah memanfaatkannya hanya untuk kepentingannya sendiri. Lelaki bernama Jeff yang baru ia kenal ini ternyata adalah salah satu the most wanted boys di sekolahnya.
Meski Lilia tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar, tapi para gadis di kelasnya selalu membicarakan tentangnya.
Dan mengenai permintaan lelaki itu agar dirinya kembali melakukan hal seperti di atap, tepat di depannya secara langsung juga merupakan omong kosong, entah mengapa Lilia merasa harga dirinya begitu rendah. Jika memang ia hanya menginginkan dirinya sebagai kekasih pura-puranya, mengapa tidak mengatakan secara gamblang saja? Kenapa harus merendahkan dirinya dulu? Tapi yang membuat Lilia lebih kesal adalah kenapa harus dirinya? Kenapa bukan gadis lainnya saja?
"Dari sekian banyak gadis, mengapa harus aku? Masih ada banyak gadis yang akan bersukarela menjadi kekasihmu!"
Jeff yang yang awalnya fokus memegang kemudi setir mau tak mau harus menoleh ke arah Lilia, mendengar keluhan gadis itu.
"Apakah itu penting?"
Lilia berdecih. "Tentu saja, jangan membuatku seperti orang bodoh tanpa harga diri disini." Lilia melipat tangannya di depan dada, lalu membuang mukanya ke samping melihat ke arah jalanan lewat jendela. Dari pantulan kaca, Lilia masih bisa melihat Jeff yang terlihat kembali fokus menyetir.
"Aku bisa menyewakan aktor blue film kesukaanmu untuk menemanimu kencan seharian," ucap Jeff bernegoisasi.
"Apakah sekarang kau sedang mengajak aku bernegoisasi?"
"Tidak. Aku hanya ingin membalas budi karena kau mau menjadi kekasih pura-puraku."
Lilia menatap Jeff tak percaya, walaupun imbalannya atau apalah itu benar-benar sangat menggiurkan karena kemungkinan besar ia bisa bertemu dengan Danny D secara langsung, tapi tetap saja cara lelaki itu salah. Lagipula ia juga tidak bisa menolak menjadi kekasih pura-puranya sementara dirinya saja sudah dikenalkan kepada daddy tanpa meminta persetujuannya lebih dulu.
"Sebenarnya kenapa sih kau harus mencari kekasih pura-puramu, sementara kau mungkin bisa mencari gadis yang cantik-cantik diluar sana. Lagipula kau tamp-- maksudku sedikit tampan, jadi kau tidak ada halangan untuk mendapatkannya."
Jeff menghela nafas. "Mencari kekasih atau pacar itu tidak semudah membalikkan tangan. Lagipula itu juga urusanku, mengapa kau harus ikut campur untuk menasehatiku?"
"Hei, aku hanya memberimu saran saja, Bung. Aku masih merasa sangat heran, mengapa kau memilih aku menjadi kekasih pura-puramu. Lagipula, kenapa juga kau harus mencari kekasih pura-pura? Apakah daddy-- maksudku ayahmu akan menjodohkanmu?" ucap Lilia dengan tidak nyaman setelah hampir saja keceplosan menyebut ayah Jeff dengan sebutan daddy.
"Benar, aku akan dijodohkan."
"Sudah kuduga dan disini aku menjadi korbannya."
"Jika kau merasa menjadi korban, maka aku akan menyantunimu."
"Menyantuni, apa?! Jangan ngawur!"
"Aku hanya memberimu pilihan."
"Pilihan kepalamu, kau memaksaku!"
"Bertahanlah sebulan. Hanya lima bulan."
"Hanya? Kau kira sebulan sesingkat itu!"
"Tolonglah, aku melakukan hal ini untuk meredam keinginan papaku saja. Aku hanya butuh waktu sebulan untuk menjadikanmu sebagai kekasih pura-puraku, dan kau bisa minta apapun sebagai imbalan."
"Apapun?"
"Iya, sepertinya kau mulai tertarik dengan imbalanku sekarang. Padahal aku sudah menawarkannya sejak tadi tapi harga dirimu terlalu tinggi."
"Hei, harga diriku tidak bisa dihargai dengan satu peser uang pun, karena aku terlalu sangat berharga jadi tidak ada yang bisa menghargainya. Lagipula aku tadi menolak karena kupikir kau akan menjadikanku kekasih pura-puramu untuk selamanya."
Jeff ternganga, namun kemudian terbahak. Pernyataan Lilia mampu membuat perutnya terasa geli.
"Kau bukan tipeku. Aku tidak suka gadis mesum seperti dirimu," jawab Jeff sambil memukul pelan kepala Lilia.
Lilia menyentuh kepalanya dan menatap Jeff nyalang.
"Aku juga tidak sudi kau menjadikanku perbandingan sebagai tipikal gadis idamanmu. Never!"
Lagi-lagi Jeff terbahak. Tingkah Lilia mampu mengocok perutnya saat ini, dan sejenak semua beban-beban yang ia rasakan juga terangkat.
"Terima kasih," ucap Jeff tulus.
Lilia terdiam. Ia tidak menyangka Jeff akan berterima kasih padanya.
"Untuk?"
Jeff mengedikkan bahunya. "Aku hanya ingin berterima kasih saja." Dan hal itu mendapatkan sambutan kernyitan di dahi Lilia. Berterima kasih tapi tanpa ada maksud itu terdengar aneh sekali. Dan ini kali pertamanya ia mendengar kalimat ucapan terima kasih tanpa tuan.
"Jadi namamu Lilia, kan?" tanya eff memecah keheningan.
"Hmm."
"Misterius."
"Hah?"
"Namamu terdengar misterius, tapi tingkahmu mudah sekali ditebak."
"Hah?"
Jeff tersenyum. "Random dan yang terpenting horny-an."
"Hei!" Lilia meninju lengan Jeff keras setelah tersadar akan maksud lelaki itu. Dan lagi-lagi Jeff tertawa lepas. Kini, situasi mereka terasa membaik. Lilia juga sudah tidak merasa moodnya berantakan berada di dekat Jeff, sementara Jeff pun senang karena bisa tertawa lepas setelah sekian lama.
"Kau belum makan malam kan? Mau makan apa?"
"Kau mentraktirku?"
"Apa kau harus selalu bertanya lebih dulu atas segala pertanyaanku?"
Lilia mengedikkan bahunya. "Hanya memastikan. Well, hotpot sepertinya enak."
"Oke."
Dan tak berapa lama mobil Jeff berhenti tepat di depan sebuah restoran hotpot terkenal. Mereka pun sama-sama turum dari dalam mobil dan masuk ke dalam restoran. Tak selang beberapa lama mereka memasuki restoran, tiba-tiba seseorang memanggil nama Jeff lantang.
"Jeff!"
Entah ini disebut de javu atau apa, Lilia lagi-lagi tersisihkan sama seperti ketika ia baru saja datang ke mansion Jeff karena wanita bayaran itu datang mengerubungi Jeff. Tapi kali ini, hanya satu orang gadis saja mampu membuatnya tersisihkan.
"Elle?"
"Aku sama sekali tidak menyangka kau juga berada disini. Aku senang sekali."
Gadis bernama Elle itu terlihat menggelayut manja pada Jeff, dan Lilia merasa muak melihatnya. Tanpa disadarinya, sejak tadi sudah ada seseorang yang menahan bahunya dari belakang berjaga-jaga agar dirinya tidak terjatuh.
"Lucas? Kalian datang berduaan saja?"
Dan Lilia hampir saja terhuyung ketika baru menyadari ada Lucas di belakangnya, ditambah lagi akan ketampanan yang dimiliki lelaki itu yang dua kali lebih tampan dari dewa yunani. Tulang dagunya terlihat tegas, bibirnya tipis dan hidungnya mancung sekali. Lilia menyukainya.
Aksinya menikmati pemandangan di depannya harus buyar ketika tiba-tiba ada yang menarik tangannya.
"Dia bisa berdiri sendiri."
"Ah maaf, iya, aku hanya datang berduaan dengan--"
"Jeff, jangan salah paham. Lucas hanya mengantarku makan saja karena aku malas diantar sopirku. Sebenarnya aku ingin mengajakmu, tapi karena kejadian tadi pagi-- emm, maafkan aku."
Lucas terdiam, padahal ia sangat senang sekali ketika Elle mengajaknya makan malam bersama tadi. Tapi ternyata alasan dari ajakan gadis itu karena ia hanyalah cadangan dari supirnya dan Jeff. Seperti biasa, Lucas lebih memilih meredam lukanya dan mengalah berusaha memahami keadaan. Karena sampai kapanpun, Lucas hanyalah yang kedua bagi Elle setelah Jeff.
Lilia yang menyadari perubahan wajah Lucas memandang Jeff dan Elle bergantian. Namun pandangannya mengarah ke arah Elle yang terlihat begitu menyukai Jeff. Lilia mengerti, lelaki tampan bak dewa yunani ini menyukai gadis itu.
Lilia nampak menepuk bahu Lucas sehingga lelaki itu kini memperhatikannya.
"Aku Lilia," ucapnya memperkenalkan diri.
"Huh? Oh, aku Lucas."
Lilia tersenyum, begitupun dengan Lucas. Sementara itu, Jeff yang melihat pemandangan di depannya itu hanya menatapnya datar diiringi ocehan Elle tanpa henti.