Aku suka caramu mengembalikan senyumku. Bukan! Bukan! Bukan! Aku suka caramu membuat aku membenci kamu. Karena dengan begitu aku akan lebih mudah melupakan kamu. Seperti halnya kamu yang terlalu dan sangat mudah menyakiti aku. Bagiku ini adalah cerita awal yang harus di akhiri karena ketidakmungkinan. Kalau dibiarkan akan berlarut dan menambah beban. Sama - sama menyakiti. Lalu sama - sama tidak menyapa dan sama - sama tak kenal.
" Hai Mandala! Apa yang sedang kamu lamun kan sayang?" tanya Prada yang berbaring di sebelah Mandala.
Mandala kini dalam dekapan hangat Pradana. Mandala membenamkan kepalanya di atas dada bidang milik Pradana. Seolah dirinya lah milik Pradana dan tiada lain lagi.
" Apakah kamu menyesalinya sekarang?" tanya Mandala.
" Ehh? Tidak! Tidak Pradana! Aku bahagia bisa menjadi milik mu walaupun hanya malam ini saja." jawab Mandala akhirnya.
" Aku belum ikhlas melepas kamu pergi, Mandala. Apakah tidak ada hari - hari lain lagi untuk perjumpaan kita seperti ini, sayang?" kata pelan Pradana seperti berbisik di telinga Mandala.
" Tidak! Tidak akan pernah ada lagi malam - malam seperti ini lagi bersama kamu Pradana. Kamu harus dengan wanita pilihan kedua orangtuamu. Itu sudah menjadi kesepakatan kita bukan?" ujar Mandala.
" Astaga! Aku seperti sudah memanfaatkan kamu, sayang. Habis manis sepah di buang. Dan aku sungguh tidak ingin menyakiti kamu." kata Pradana.
" Aku tidak merasa disakiti oleh kamu, Pradana." sahut Mandala pelan dengan suara parau.
" Kamu selalu menutupi segala kesedihan kamu. Aku tahu kamu sudah sekian lama, Mandala." ungkap Pradana.
" Pradana! Aku selalu mencintaimu sampai kapan pun. Aku berharap, memiliki' anak dari kamu. Seandainya itu mungkin terwujud, aku akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita." ungkap Mandala.
" Kalau kamu hamil, aku akan menikahi kamu Bagaimana caranya." Kata Pradana.
" Walaupun aku menjadi yang ke dua?" tanya Mandala.
Pradana terdiam. Di usapnya kepala Mandala dengan penuh kelembutan.
" Apakah kamu mau, Mandala?" tanya Pradana.
" Jika itu terjadi, aku rela menjadi orang kedua yang kami sayangi, Pradana." jawab Mandala.
" Tentu kamulah orang pertama yang paling aku cintai, Mandala. Walaupun statusnya, kamu wanita ke dua ku." ujar Mandala.
" Apakah akhirnya, kamu akan SE egois itu, Pradana? Pada akhirnya kamu akan menjadi laki-laki yang serakah memiliki' dua istri sekaligus." pendapat Mandala.
" Hehehe. Apakah pada akhirnya kamu akan memiliki rasa cemburu Mandala?" tanya Pradana.
" Tentu saja! Pada akhirnya, aku akan menjadi egois dan ingin menguasai kamu sepenuh nya. Dan itu tidak boleh terjadi. Kasihan wanita yang sudah di pilihkan oleh kedua orangtuamu. Aku akan memilih jalan sendiri walaupun tanpa kamu, Pradana." kata Mandala.
" Jadi, kamu sangat senang jika aku bersama wanita pilihan orang tua ku? Lalu kamu dengan tenang, pergi meninggalkan diriku begitu saja?" kata Pradana.
" Iya! Aku tidak mau egois, Pradana. Walaupun sebenarnya aku menginginkan hidup bersama dengan kamu. Tetapi aku bisa menjadi orang terjahat yang menyakiti wanita sebagai istrimu itu. Aku menjadi perusak rumah tangga kamu. Aku tidak ingin seperti itu, Pradana." kata Mandala.
" Apa pun yang terjadi, kamu harus tetap menjadi milik ku. Walaupun aku sudah menikahi wanita itu, Mandala." kata tegas Pradana.
Mandala terdiam. Hanya butiran air mata yang mulai mengalir di mata nya. kristal-kristal bening itu jatuh di dada bidang milik Pradana.
" Benar kan! Kamu tidak rela jika aku menjadi milik orang. Kamu selalu menutupi segala sesuatu nya padaku. Aku tahu, kamu sangat mencintai aku, Mandala." kata Pradana.
" Benar! Aku sangat mencintai mu Pradana. Tetapi aku ingin dan menjadi wanita satu- satunya di kehidupan kamu. Tidak ada wanita lain selain aku. Bukankah ini sangat egois, Pradana? Sedangkan semuanya tidaklah mungkin terjadi pada ku jika bersama kamu." keluh Mandala.
Pradana diam seribu bahasa. Bola matanya menatap kosong ruangan di kamar itu.
" Aku harus segera pulang, Mandala!" kata Pradana.
" Iya! Pulanglah! Dan jangan pernah menemui aku lagi." sahut Mandala.
" Eh??? Kamu masih berat, jika aku pergi?" tanya Pradana.
" Tidak! Sesuai kesepakatan kita. Kita akhiri hubungi kita. Dan mulailah cerita indah mu bersama wanita pilihan orang tua kamu, Pradana." kata Mandala dengan tenang.
" Baiklah! Aku ikuti kata - kata kamu. Aku akan berusaha. Tetapi jika aku masih tidak bisa melupakan kamu, aku akan mencari keberadaan kamu, Mandala." ujar Pradana.