Payung hitam bertebaran di sekitar gundukan tanah basah yang baru saja kembali ditimbun ke tempatnya semula. Galian itu menjadi tempat peristirahatan abadi lelaki tua yang selama ini Davine anggap sebagai orang tuanya itu.
Hujan turun mengiringi sesi pemakaman itu, tidak ada isak tangis yang terdengar di sana. Para petugas yayasan beserta sang pelatih juga terlihat hanya diam, entah memang tidak ada rasa duka yang merasuk di hati mereka, atau mungkin mereka sengaja menyembunyikan semua itu. Sebagaimana yang selalu sang pelatih katakan pada anak-anak di yayasan tersebut, bahwasanya tangisan adalah bukti dari sebuah kelemahan.
Davine berdiri di belakang para petugas yayasan dan sang pelatih. Ini kali pertamanya menyaksikan sebuah pemakaman. Ia bahkan tidak peduli dengan rintik hujan yang saat itu telah hampir membasahi sekujur tubuh kecilnya. Kesedihan begitu dalam tertanam di hatinya.