"Sshh." Shaka menempelkan jari telunjuk
pada bibir, mengisyaratkan agar gadis
itu diam. Ia lantas menoleh pada Andra.
"Kasih paham tuh, Bang, adeknya.
Kebanyakan dimanja sih," katanya sedikit
meledek.
Salah satu sudut bibir Andra tertarik
mendengar itu. "Kenapa? Cemburu?
Pengen dimanja juga?" tanyanya sambil
merangkul pundak Shaka. "Masih aja
tengil, ya. Nggak pernah berubah." Ia
mengacak puncak kepala laki-laki itu.
"Abang juga nggak pernah berubah.
Masih suka ngacak rambut orang kalo
gemes." Shaka tertawa ringan. Sungguh,
momen-momen seperti inilah yang selalu
membuatnya rindu pada kakaknya
semasa si panti itu-Andra.
"Hallo." Devan menginterupsi. "Di sini
bukannya para kakak, ya, yang harusnya
ngelerai para adik yang lagi berantem?
Kenapa kalian malah jadi manja-manjaan
gini?" dengus Devan, yang masih tak
terima kakaknya punya Kakak lain.
Seperti anak kecil, ia bisa jadi sangat
posesif pada Shaka.
"Sama ngurusi kue gosong, yang tadinya