Kini, Shaka sudah tidak memiliki lagi
sosok Kakak yang selalu menyayangi dan
melindunginya. Tak ada lagi bahu yang
bisa ia jadikan tempat bersandar saat
lelah dengan permainan kejam hidupnya
sakit yang teramat dalam setiap tarikan
napas, juga orang tua angkat yang tak
pernah absen menyiksanya. Andra sudah
pergi meninggalkan Shaka dan mungkin
juga sudah melupakan semua kenangan
semasa di panti, sudah sibuk dengan
keluarga barunya.
"Lo nangis, ya?" Pertanyaan Ann kontan
menyadarkan Shaka dari lamunannya.
"Lo ... baik-baik aja, kan?" tanya gadis itu
lagi.
"Bukan urusan lo," balas laki-laki itu,
masih saja bersikap dingin.
"Oh, ya udah kalo nggak mau cerita. Gue
nggak maksa," ucap Ann. "Oh iya, tadi
gue lihat ada pohon pisang di dekat sini.
Kayanya udah matang deh, gue ambilin--"
"Nggak usah, biar gue aja."
"Jangan," tolak Ann. "Lo duduk aja sini.
Tangan lo, kan masih luka."
"Gue yang ambil buah." Shaka masih
bersikeras. "Lo di sini, bikin Api unggun,"