"Kenapa apanya?" Nara beranjak, duduk di sisi kanan ranjang kamarnya. Cewek itu kemudian meraih segelas teh hangat yang diberikan Satria. "Makasih tehnya."
Pria itu duduk di samping Nara. "Sama-sama," katanya lalu mengangguk. Ia bergerak naik ke atas kasur dan duduk bersila. "Kenapa kamu mau jadi pacarnya Raga, sementara kamu gak cinta sama dia?" tanyanya blak-blak-an.
Nara melingkarkan kedua telapak tangan pada cangkir teh tersebut, dia cukup lama menatap minuman hangat itu tanpa meminumnya. Ia juga tak menjawab pertanyaan Satria.
"Pertanyaan saya terlalu rumit ya untuk dijawab?" tanya pria itu sekali lagi. "Atau kamu memang gak punya jawabannya?"
"Dua-duanya." Nara menggumam. "Raga cowok yang baik. Dia tulus sama aku, aku bisa lihat itu di matanya. Dia juga selalu bisa bikin aku ngerasa nyaman, ngerasa spesial," ucapnya, "Tapi di sisi lain, aku ngerasa gak yakin sama perasaanku."
"Jadi, kamu pilih Raga karena dia cowok baik?" tanya pria itu memastikan.