"Sebenernya kita mau kemana sih pagi-pagi begini?" tanya Nara untuk ke sekian kali.
"Nanti juga tau." Satria menjawab, dengan pandangan yang masih belum beralih dari jalanan kosong di depan.
Merasa percuma dan hanya buang-buang energi, Nara memutuskan untuk diam saja sekarang. Ia tak ingin bertanya lagi, toh juga nanti ia akan tahu sendiri. Cewek itu membuka jendela samping tempat duduknya, mengarahkan wajah menghadap luar sembari memejamkan mata, menikmati segarnya angin pagi yang menerbangkan rambut panjang terurainya.
Beberapa menit berselang, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
Satria memarkirkan mobil di pelataran sebuah rumah sedehana bergaya tradisional. Nara tidak tahu tempat apa ini sebenarnya, tapi menurut dugannya, rumah ini adalah milik keluarga atau kerabat Satria. Ia bisa menyimpulkan itu dari melihat beberapa orang yang langsung keluar begitu suara mesin mobil pria itu terdengar.