"Beberapa menit setelahnya, Arka sama Ren nemuin Bara gak sadarkan di dapur." Arka memandang Mama dan Papanya secara bergantian. "Dan ketika sampai di rumah sakit, dia udah gak tertolong. Dia udah gak ada," sambungnya. Ia menyusut kembali hidungnya yang berair.
Ia masih belum bisa melupakan kejadian saat di dalam tadi, saat ia melihat kematian seseorang di depan mata kepalanya sendiri. Meski bukan orang terdekat, tapi tetap saja ia merasa sedih.
"Sini, sayang." Mama Moza mengulurkan tangan, memeluk cowok itu sembari menepuk pelan punggungnya. Ia tak bisa memungkiri betapa lega perasaannya begitu mengetahui putranya baik-baik saja.
Namun di sisi lain, ia juga merasa prihatin pada orang yang diceritakan Arka barusan. Sebagai seorang ibu, ia tak bisa membayangkan betapa sedihnya ibu dari cowok yang bernama Bara itu.
Arka mengendurkan pelukan wanita setengah baya itu. Tak lama, ia menyadari ada sesuatu yang hilang.
"Ren kemana?" tanya cowok itu.