"Cie... Pacarnya nih ya?" goda Bimo yang sudah ada di samping Sakti.
Sakti menyikut perut sahabatnya. Kesal sekali dengan tingkah Bimo.
"Diem"
Bimo merintih, diiringi kekehan kecil. "Santai, mulut gue gak bocor. Hubungan kalian gak akan gue sebar," ucapnya menggoda lagi.
Sakti memberi tatapan tajam mematikan. Bimo yang tau itu, hanya terkekeh dengan wajah tanpa dosa.
Sakti melempar pandangan ke arah Luna. Luna belum sadar, dia masih menutup matanya dan terpejam dengan begitu damai.
Sakti mengeluarkan uang dari saku celana. Memberikannya pada Bimo.
"Tolong beliin bubur ayam depan warjok."
Bimo menekuk wajahnya. "Nyesel gue kesini. Di suruh beli bubur kan gue."
Sakti menaikkan satu alisnya. Menatap serius Bimo. "Nyesel? Yaudah, gue aja."
Sebelum Sakti merampas kembali uang itu, Bimo dengan cekatan langsung tersenyum menampilkan deretan gigi putih.
"Santai Sak, gue bercanda. Nih, gue jalan beli bubur. Tunggu yah tampan."