Shaka mengusap mata sembabnya, lantas
menarik-embuskan napas beberapa kali.
Setelah dirasa tenang, ia beranjak bangkit,
mengekor di belakang Ann yang sudah
lebih dulu berderap meninggalkan area
pemakaman.
Tanpa sengaja, Shaka menangkap
keberadaan seorang pria dengan setelan
jas rapi berwarna hitam. Seseorang yang
dikenalnya-Papa tirinya.
Sejak kapan pria itu kembali ke
Indonesia? Bukannya sepanjang yang ia
tahu, papanya masih di Singapura? Dan,
alih-alih mengunjungi makam Kakek
dan Nenek-yang mana mereka adalah
orangtua pria itu-ia malah pergi ke
makam lain. Pria itu duduk di antara dua
makam. Satu makam orang dewasa dan
satunya berukuran kecil, seperti makam
bayi.
Shaka tak bisa membaca ukiran pada
nisan makam orang dewasa itu karena
terhalang tubuh papanya-hanya
bisa melihat huruf depannya, yaitu
S. Sementara untuk makam bayi di
sampingnya, samar ia membaca nama
Gibran terukir di sana, juga tangga lahir
bayi itu yang dua hari lebih tua darinya.