Tepat jam 8 pagi, saatnya Dokter memeriksa semua pasien dan tiba saatnya giliran masuk ke ruangan ayahnya vira, saat masuk Dokter sudah tersenyum lebar.
" lo udah duduk duduk gitu pak reza, apa udah mau pulang beneran, "
ucap dokter mencoba meyakinkan pak reza.
" iya dok, saya sudah sehat udah boleh pulang kan, "
" iya pak, coba saya cek dulu ya, "
lalu dokter mengecek suhu tubuh dan kondisi luka luka p. reza, dan setelah selesai di cek semua Dokter menyatakan bahwa p. reza sudah benar benar sehat dan boleh pulang pagi itu juga, betapa senang vira mendengar peryataan dari dokter.
setelah semua selesai mereka segera bergegas untuk pulang, namun agaknya paman vira yang akan menjemput mereka belum segera datang.
" vir paman mu udah berangkat jemput kita apa belum? coba kamu telfon "
" iya buk, "
vira membuka ponselnya dan menelfon pamanya, dan ternyata pamanya sudah berada di parkiran depan rumah sakit.
" buk paman udah di depan, kita langsung keluar aja "
" oh iya, ya udah ayo kamu bantuin bawa tas yang itu ya, biar ibuk bantuin ayah mu jalan " ibuknya vira memerintah vira sambil mulai menuntun suaminya.
mereka berjalan keluar pelan pelan, karna memang kondisi luka luka di tangan dan di kaki ayah vira masih belum boleh untuk banyak di gunakan aktivitas, sehingga jalanya masih harus pelan pelan sekali.
Hari itu jam mata pelajaran anak anak kelas tiga adalah penjaskes atau pelajaran olah raga, semua anak kelas tiga keluar kelas menuju lapangan sekolah yang ada di halaman sekolah.
guru olah raga pagi itu memberi perintah pada anak anak untuk segera baris berbanjar dua ke belakang, baris sebelah kanan anak laki laki dan sebelah kiri barisan anak perempuan. selanjutnya mereka di komando oleh guru olah raga untuk merentangkan kedua tanganya agar jarak barisan mereka berjarak agak luas untuk melakukan gerakan gerakan pemanasan sebelum melakukan olah raga basket.
Bukan Robert namanya kalau tidak membuat ulah, robert berada di barisan paling belakang di barisan anak laki laki, saat guru olah raga memandu gerakan pemanasan dan semua anak anak mulai melakukan gerakan gerakan dasar pemanasan itu, justru robert hanya Berdiri santai dan melipat kedua tanganya di dada. selain itu sesekali robert melempar batu kecil ke arah depan, nggak entah siapa yang di tuju sesekali krikil itu tidak mengenai siapa siapa namun sesekali mengenai anak anak yang ada di depan.
"aw,, " teriak gilang sambil menoleh ke arah belakang, gilang yang berada di barisan paling depan, telinga kirinya terkena lemparan kerikil dari belakang. robert menahan tawanya dan berekspresi seperti tak tau apa apa, ia melakukan gerakan gerakan yang menurutnya mengikuti gerakan teman temanya namun ia sedikit kesulitan karena memang ia tak mengikuti dari awal, sehingga kejanggalan gerakan Robert di lihat oleh guru olah raga dan akhirnya guru olah raga pun perlahan berjalan ke belakang mendekati robert. robert sadar dan faham kalau guru olah raga itu akan mendekatinya dan memarahinya, maka robert pun bergeser sedikit demi sedikit ke barisan tengah.
" Robert,,,,,!" teriak guru olah raga. membuat semua anak anak terhenti dari gerakan gerakanya dan semua menoleh ke arah robert.
" hehe bapak,, "
" Robert maju ke depan"
" huuu,,, ! " semua anak anak menyoraki robert yang di minta untuk maju ke depan barisan.
" kamu itu di sini bukan untuk cari gara gara, kamu itu harus ikut gerakan pemanasan sebelum kita nanti bermain bola basket, "
"iya pak, maaf"
" awas jangan kamu ulangi lagi ya, kalau sampai kamu ulangi lagi bapak hukum kamu bert"
"iya pak, " sambil agak menundukkan kepalanya robert melirik ke arah guru olah raga. setelah itu robert masuk kembali ke dalam barisan.
Doni dan ilham tersenyum senyum dan menahan tawa melihat robert dapat peringatan dari guru olah raga. sedangkan anak anak yang perempuan mereka saling berbisik ke teman yang ada di sebelahnya mengenai tentang ulah robert.
" anak anak sekali lagi kita ulangi gerakan pemanasan ya, setelah ini baru kita langsung main bola basket, "
semua anak anak kembali melakukan gerakan gerakan itu di mulai dari awal. Pagi itu terik matahari sudah mulai tinggi, sinar terik matahari mulai terpancar dari atas bangunan sekolah, mereka tersinari matahari pagi yang mengandung vitamin, namun agaknya tidak semua anak menikmati sinaran matahari pagi, seperti halnya kebanyakan yang di rasakan anak anak kelas tiga pagi itu, terutama pada Anak anak perempuan mereka mengeluh kepanasan.
" panas pak,, " teriak sebagian banyak anak perempuan,
" ayo terus sedikit lagi, jangan malas "
anak anak tetap di minta untuk melanjutkan gerakan pemanasan tanpa ada yang boleh berhenti dari barisan, sehingga ada beberapa anak perempuan yang kondisi tubuhnya mulai melemah. tiba tiba Rara sempoyongan dan langsung tergeletak di tempat, teman di sampingnya pun tak sempat mampu untuk menahan tubuh rara yang jatuh.
saat kejadian itulah secara langsung semua anak anak berhenti melakukan gerakan senam pemanasan, dan langsung berkerumun membantu rara dan yang lain ikut mengelilingi dan melihat rara.
" pak rara pingsan" ucap salah satu teman yang memangku kepala rara dan tubuhnya terlentang di lapangan.
" waduh, rara ini kok nggak bilang bilang kalo udah mulai lemes harusnya jangan ikut senam pemanasan kalau emang sudah nggak mampu, akhirnya ya jadi begini nih, "
" gimana sih pak, tadi kami teriak, panas pak udah lemes ni kami, kata bapak lanjut terus, giliran rara pingsan malah kami yang di salahin, "
" ya udah lah, sekarang kalian angkat rara ke ruang UKS, nanti di sana kita kasih minyak angin, " karna memang kondisi tubuh rara ini besar, dan memiliki berat badan yang lumayan banyak. semua diam dan nggak ada yang mengajukan diri buat ngangkat rara, berbeda dengan ketika ada anak perempuan yang cantik dan badanya standart, mereka pasti rebutan buat ngangkat ketika ada yang pingsan.
" Robert, ayo sekarang kamu gendong rara ke ruang UKS"
" nggak pak, tangan saya sakit"
" alasan aja kamu bert, ayo cepat gendong rara bawa ke UKS"
" beneran pak, ilham aja pak"
" kamu kan yang lebih besar bert, pasti kamu lebih kuat buat ngangkat"
" udah udah, kalo gitu sekarang kalian berdua ngangkat rara bareng, "
" yah masak kami berdua pak"
akhirnya dengan terpaksa robert harus ngangkat rara bareng ilham. robert ngangkat bagian badan dan kepala, sedang ilham ngangkat bagian badan ke bawah. namun karna doni adalah sahabat dekatnya ilham, walau doni tidak ikit di perintah untuk ngangkat, doni ikut membantu ngangkat kaki sebelah. jadi rara di bopong oleh mereka bertiga, teman teman yang lain sedikit menahan tawa melihat pemandangan itu, karna ilham dan robert biasanya selalu bermusuhan namun kali ini mereka ngangkat rara bersama.
akankah rara segera sadar,,,,,?