" iya pak,,, " jawab robert sambil menggaruk garuk rambut kepalanya bagian belakang.
setelah bel pulang berbunyi semua kelas bergegas untuk pulang. kali ini Vira pulang sambil mendekap beberapa buku yang tidak muat di msukan ke dalam tas, menunggu ayahnya di dekat pos scurity sekolah. ia tak ingin gara gara melihat ia sedang menunggu jemputan ayahnya, cowok cowok kelas tiga itu menghampiri dan ribut lagi.
" pak Mukhlis, vira boleh numpang duduk di sini ya? "
" lo kenapa vir, bukanya vira biasanya nunggu ayahnya di pinggir jalan sana? ntar ayahmu datang kamu ngga tau lo vir. "
" ga papa pak, vira di sini aja ya, kalo di sana takut ntar mereka ribut lagi kayak kemaren. "
" oh gitu, boleh boleh silahkan vir, sini aja masuk di dalam kalo gitu jangan di luar, ini pakek aja kursi bapak, p. Mukhlis mau ke gerbang dulu ya mantau anak anak yang keluar."
vira dengan senang hati di persilahkan masuk ke pos scurity dan duduk di kursi p. Mukhlis yang walau warna kulit kursi itu sudah agak kumuh, mungkin karna setiap hari di pakai oleh p. Mukhlis dan setiap tamu yang masuk pos scurity itu.
kemudian setelah itu, terlihat anak anak kelas tiga mulai keluar satu persatu. tak lama kemudian terlihat robert keluar menggunakan motornya. dan di ikuti beberapa motor lainya. Mereka keluar gerbang sekolah sambil memainkan gas motor mereka. kali ini p. muklis juga tidak menegur akan perbuatan Robert dan teman temanya itu, karna saking seringnya gengnya Robert membuat ulah.
vira ikut melihat dari dalam pos scurity, gerombolan robert dan teman temanya itu keluar dari gerbang sekolah. setelah bener bener yaqin mereka keluar dari sekolah baru Vira keluar dari pos scurity.
" loh kok keluar Vir, katanya nunggu ayahmu di dalem situ aja. "
" ga papa pak, vira nunggu di pinggir jalan aja, kan mereka udah keluar "
" oh iya, si biang kerok udah keluar"
" makasih ya pak, udah di kasih tempat sembunyi, " ucap vira sambil sedikit tersenyum tipis.
Dari dalam sekolah ternyata masih terlihat beberapa anak yang belum keluar gerbang, diantaranya adalah ilham. kali ini ilham keluar kelas bukan bersama Doni tapi bersama gilang. ilham rupanya sudah mulai mengatur strategi untuk menghadapi ujian akhir sekolah. yaitu dengan mendekati dan berteman dengan gilang yang sudah hampir setiap ujian dia lah juara kelas dan prestasi itu masih bertahan sampai saat ini.
tak sengaja Vira melihat pemandangan itu, yaitu ilham yang terlihat sedang berjalan menuju ke halaman parkir sekolah bersama temanya.
" bukanya itu ilham" ucap vira dalam hati.
tak lama kemudian ilham menyalakan sepeda motornya dan keluar sekolah.
"loh, masih di sini vir? ayah mu belum jemput " ilham menghentikan pegas sepeda motornya dan ngerem mendadak saat di dapati Vira yang masih berdiri di pinggir jalan.
" belum ham. "
" udah siang lo ini vir, tumben ayah mu belum jemput, apa kira kira ada masalah lagi ama motornya"
" mana ku tau ham, handpondnya nggak aktif aku telfonin"
" oh, udah kamu telepon jugak ya, trus gimana. apa pulang bareng aku aja vir ? "
" nggak ah, makasih ham " vira menolak tawaran ilham.
" ya udah kalo gitu aku duluan ya vir, " ucap ilham sambil menyalakan sepeda motornya. walau kali ini ilham tedak terlihat usahanya untuk memanfaatkan moment bersama vira, namun sebenarnya ia memahami keadaan saat itu, kalau ayahnya vira di telfon nggak bisa, pasti ini saatnya vira butuh bantuan ilham, makanya Ilham hanya berkata kata sewajarnya saja tidak menunjukan rasa simpati dan usaha yang seperti kemaren kemaren.
justru saat itu vira yang mulai gundah dan gelisah, karna merasa bersalah kalau menolak tawaran ilham, sedang ayahnya tak kunjung ada kabar, di telfon nggak ada jawaban. sehingga kegelisahanya itu membuat vira memberanikan diri meminta pada Ilham.
"ya udah aku, nebeng kamu ham " ucap vira lantang, sambil melambaikan tanganya dan berlari mengejar motornya ilham yang sudah beranjak beberapa meter darinya, dan ilham yang seketika itu mendengar ucapan vira yang lantang itu, langsung menghentikan laju motornya.
" nah, gitu dong dari tadi, ga usah mikir yang macem macem sama aku, nggak mungkin kan kamu aku bawa pulang ke rumah ku, haha" sambil sedikit tertawa ilham berusaha membuat vira yaqin kalau ia nggak akan berbuat macem macem padanya.
naiklah vira ke sepeda motornya ilham, dengan hati yang berdebar debar vira memejamkan matanya, merasakan perasaanya yang campur aduk nggak karuan. diantara rasa yang nggak bisa di jelaskan, ada satu sisi vira merasakan seperti sebuah kenyamanan yang tak jelas maksudnya. karna memang vira bener bener anak rumahan nggak pernah merasakan jatuh cinta, apalagi sampai kencan sama laki laki lain, selain hanya bersama ayahnya. di tengah tengah perasaan yang nggak karuan itu, justru ilham yang masih melajukan motornya dengan sangat pelan, dan mengambil helm dari cantolan bawah setir motornya di berikan pada vira, membuat hati vira semakin berdebar.
ilham sengaja melajukan motornya dengan santai dan tidak kencang. agar bisa ia mnfaatkan untuk ngobrol sama vira, banyak pertanyaan pertanyaan pendekatan yang ilham lontarkan pada vira, sampai pada no telpon dan whatsappnya berhasil ilham miliki. entah apa yang ada dalam fikiran vira, di antara takut dan senang.
sesampainya di rumah vira, ilham sudah merencanakan dirinya sendiri untuk ikut turun dari sepeda motornya dan masuk ke halaman rumah vira, dan menemui ayah dan ibunya vira, bermaksud agar kedua orang tuanya vira tidak sampai salah faham pada ilham yang sudah mengantarkan vira sampai rumah.
" Assalamualaikum... " ucap vira masuk ke rumahnya.
" Waalaikum salam..." ibunya menjawab dari dapur.
"lo vir kok kamu udah pulang, ayah mu mana? "
" maksud ibuk apa, vira nungguin ayah dari tadi di sekolah ga dateng dateng, vira telpon hpnya ga aktif, akhirnya vira di anterin ama temen vira ini. " jelas vira.
" siang tante " sapa ilham sambil membungkukkan badanya ke arah ibunya vira.
" siang,,, kamu siapa namanya?"
" saya ilham tante, temen vira di sekolah"
ibuknya vira memandangi ilham dengan pandangan curiga seakan mengamati teman anaknya itu secara keseluruhan, mulai dari atas sampai bawah di perhatikanya penampilan ilham. dan seraya menggapai tangan vira yang berada di sebelahnya itu.
" vir, emang kamu ga punya temen cewek ya,? " bisik ibunya ke telinga vira.
" ya banyak lah buk, "
" trus kenapa kamu harus minta di anterin sama temen mu yang cowok? "
lalu vira menjelaskan semua kejadian tadi sampai bisa, ia di antar sama ilham. dan ibuknya akhirnya mengangguk angguk memahami kronologinya.
lantas kemanakah ayah vira,? kenapa sampai nggak jemput vira.
lanjut kuy,,,,,,!