Mereka berjalan sambil mengaitkan tangan. Sepasang sejoli itu menuju salah satu warung yang ada ditepi jalan. Langsung saja Liya duduk di atas tikar yang digelar di atas trotoar jalan.
"Tunggu, ya." Vano meninggalkan Liya untuk memesan kepada si pemilik warung tersebut. Tak lama Vano datang dengan dua buah jagung bakar di tangannya.
"Makasih," kata Liya sambil menerima jagung tersebut. Vano tidak menjawab, ia duduk di hadapan Liya.
Liya memakan jagung tersebut setelah Vano mengambil gigitan pertama di jagungnya. Liya menikmati makanannya, rasa pedas pasa jagung ini menurutnya sangat pas untuk seleranya.
Namun, untuk memakan jagung yang baru saja matang taklah mudah. Liya berhenti sesaat karena merasa lidahnya terbakar. Cepat-cepat ia mengambil pasokan udara.
"Kenapa? Panas?" tanya Vano.
Liya menoleh kemudian tersenyum malu. Namun, kejadian tak Liya bayangkan membuat refleks ia membulatkan matanya.