Beberapa hari setelah kejadian Liya diantar oleh Vano, Liya dibuat bimbang oleh pikirannya.
"Lemah! cuma di gituin doang masa minder, justru kalo dia mau nganterin lo itu tandanya dia care sama lo. Harusnya lo seneng! Entah alasannya apa dia nganterin lo itu urusan belakangan!" Perkataan Rara beberapa saat yang lalu masih saja melintas dipikiran Liya.
Riska menyenggol tangan Liya pelan. "Ngelamun terus mikirin apa, sih? Kerjain tuh soal. Gue udah sampe nomor empat, nih."
"Masih nomor empat aja bangga," ejek Liya.
Riska melirik buku Liya. "Daripada lo, buku lo masih polos tuh kaya gue."
"Idih, polos apanya!" jawab Liya tak terima. Riska terkekeh.
Liya menarik napas dalam lalu mengembuskannya. "Ris, menurut Io sekarang gue harus gimana?" tanya Liya. "Gue tau gue bukan siapa-siapa dia, gue juga nggak berhak cemburu. Tapi coba lo bayangin deh sesedih sedihnya cewek pasti dia lebih sedih kalo digantungin kaya gue tadi, capek, nggak jelas," lanjutnya.