"Lo udah gak bisa lari kemana-mana lagi, sialan!" ujar Tania sembari mulai menekan ujung cutter ke leherku. Dengan tenaga yang tersisa, aku mencoba untuk melakukan perlawanan. Tania terus mencoba untuk melukaiku. Tiba-tiba saja aku melihat sebuah pensil yang tak jauh dari tubuhku, aku mencoba meraih pensil itu, sial, aku tak bisa menggapainya. Sedikit lagi, ayolah tangan, kau pasti bisa. Dan, ah, akhirnya pensil itu bisa ku pegang. Aku langsung menancapkan pensil itu tepat di mata kanan Tania. Ia menjerit kesakitan dan aku pun mendorong tubuhnya. Aku mencoba untuk berdiri dan menjauh darinya, ku dengar ia terus menjerit kesakitan sembari mengeluarkan ucapan sumpah serapahnya kepadaku. Aku tak memperdulikan itu, aku hanya ingin segera pergi dari tempat ini dan melaporkan tindakan Tania yang sudah melukai perutku.
Dengan sekuat tenaga, aku berjalan mendekati pintu UKS dan aku kembali terkejut saat tiba-tiba saja Ammy muncul dari sana.