Tak lama mereka mendorongku ke kasur hingga aku terhempas. Salah satu dari mereka memegang tanganku begitu erat. Sementara satunya lagi mulai menampar pipiku dengan keras hingga membuat aku menjerit kesakitan. Mereka memukuli tubuhku hingga aku tak sadarkan diri.
Ketika aku tersadar, aku melihat tubuhku sudah telanjang bulat. Kedua tanganku teringat ke sebuah tali panjang di kedua ujung kasur, begitupun dengan kedua kakiku yang dibuat mengangkang lebar. Aku juga merasa jika mulutku tengah di lakban. Aku tak bisa berteriak dengan leluasa. Aku memberontak dan berusaha melepaskan semua tali yang mengikat tangan dan kakiku, namun percuma saja, ikatan semua tali itu sangatlah kencang hingga aku kesakitan. Tidak lama, ku lihat pintu terbuka dan aku terkejut melihat siapa yang datang. Vivi, wanita yang akan menjadi calon ibu tiriku datang dengan senyum yang mengembang. Ku lihat di belakangnya berdiri Anggi yang juga tersenyum.