Maisha menoleh ke arahku dan mengajak aku untuk menonton bersama-sama, namun aku menolak dan memilih untuk pergi ke kamar. Aku ingin segera tidur untuk melupakan hal aneh ini. Namun rupanya mataku tak dapat diajak bekerja sama. Sulit sekali rasanya untuk memejamkan mata ini. Terlebih pikiranku yang terus memikirkan apa yang terjadi dengan Maisha. Kenapa ia begitu aneh? Kenapa ia berpindah tempat dengan sangat cepat? Dan siapa wanita Belanda yang ku lihat di kamarnya tadi? Ia manusia atau hantu? Apakah aku hanya sedang berkhayal saja? Ya Tuhan! Kini aku mulai merasa takut.
Tak lama kemudian Ansel masuk ke dalam dan membersihkan diri di kamar mandi dalam. Lalu ia mendekat ke arahku yang sedang berbaring di atas kasur.
"Apakah Maisha sudah tertidur?" tanyaku.
"Ya. Aku baru saja mengantar dan menemaninya sebentar sampai ia terlelap," balas Ansel sembari memelukku.