Ninda pulang dengan perasaan tak karuan. Radi sebegitu inginya bicara sampai menyusul bahkan ke kampus. Dunia terasa begitu sempit dan penuh karena ia mendadak sesak. Ia butuh asupan oksigen lebih banyak.
"Kau ingin pergi ke suatu tempat?" tawar Andra yang tak tega melihat Ninda menangis.
Ninda menggeleng. "Langsung pulang saja," lirihnya membuat Andra semakin tidak tega.
"Kau yakin?"
"Hmmm, orangtuaku tak akan menanyaiku karena hal ini. Setidaknya untuk saat ini," aku Ninda membuat Andra sedikit merasa lega.
"Ingin aku temani?" sekali lagi Andra menawarkan diri. Sungguh ia tidak tega melihat Ninda menangis. "Sejujurnya aku tidak paham dengan hal apa yang membuatmu menangis," ungkapnya kemudian dengan jujur. Ia memang tidak mengerti sebab sebelumnya Ninda tidak pernah seperti ini meskipun bertemu dengan Radi.