Malam tiba. Sampai saat ini, Ninda masih belum membuka pembicaraan. Ia masih menyembunyikan hasil laboratorium itu. Setiap kali mengingatnya, pasti Ninda merasakan sedih. Kedua matanya berkaca dan seperti ingin menangis begitu saja. Tidak tega melihat Lea yang terbaring lemas, dan wajahnya terlihat begitu pucat.
Suasana rumah sakit tidak pernah sepi. Sebab, banyak suster dan dokter yang berlalu lalang ke sana ke mari. Sementara itu, di dalam ruangan Lea tengah menikmati makan malamnya. Dibantu oleh Lesta yang menyuapinya. Awalnya Lea enggan untuk makan, tetapi sang ibu terus saja memaksanya.
"Kalau kamu tidak makan, pasti dokter tidak akan mengizinkanmu pulang cepat," ucap Lesta.
"Apa yang dikatakan oleh ibumu itu benar, Lea," sahut Ninda setuju dengan yang dikatan oleh Lesta.
"Tapi aku sudah bosan ada di rumah sakit ini." Lea terus saja mengeluh.