"Aku sedang berusaha merelakannya menikah dengan Kak Vino. Tapi … aku sudah tidak ragu lagi padanya. Lea sudah cukup dewasa untuk pernikahan ini. Aku juga percaya Kak Vino akan menjadi suami yang baik untuknya," tutur Ben.
Cheryl tersenyum, menepuk bahu Ben berulang kali.
"Pria yang hebat adalah pria yang tulus merelakan orang yang dicintainya bahagia dengan yang lain. Dan pria hebat itu adalah kamu."
***
"Lelah?" tanya Vino melihat Lea sudah lesu dan bersandar pada pilar. Ia terkekeh melihat raut istrinya yang cemberut. "Lepas saja sepatunya, supaya lebih leluasa."
Lea mengangguk dan segera melepas sepatu pengantinnya. Vino mengambil sepatu milik Lea dan meraih genggaman tangan Lea, menuntunnya untuk pergi menuju ke kamar mereka. Sebagian keluarga ada yang masih berada di ruangan tersebut, ada juga yang sudah menuju ke kamar mereka untuk beristirahat.
Acara yang digelar sejak tadi pagi benar-benar sangat melelahkan. Padahal mereka tidak mengundang banyak tamu dari luar, hanya kerabat dan rekan bisnis saja. Namun banyak sekali para tamu penting yang memiliki kedudukan tinggi dalam pemerintahan maupun rekan bisnis yang hadir dalam pesta pernikahan Lea dan Vino.
"Kamar kita di mana?" tanya Lea, kini ia bersandar pada lift yang sedang membawanya menuju ke lantai dimana kamarnya berada.
"Dua lantai di bawah tempat acara kita," jawab Vino, mengusap kepala Lea.
Setelah tiba di lantai tersebut, Vino yang masih menggenggam tangan Lea, menuntunnya menuju ke kamar mereka. Vino mengeluarkan sebuah kartu dan menempelkannya pada sebuah print untuk membuka pintu kamar tersebut.
Cklek
Pintu kamar terbuka dan Vino mempersilakan Lea untuk masuk lebih dulu.
"Aku akan memanggil Ninda untuk membantumu menghapus riasan," ujar Vino, kemudian pergi lagi setelah mengantar Lea ke kamar dan menyimpan sepatu milik Lea.
Lea yang sudah lelah memilih untuk segera menuju ke tempat tidur untuk merebahkan tubuhnya yang sudah seharian sangat lelah karna duduk dan kerap berdiri untuk menyapa dan bersalaman dengan tamu undangan.
Cklek
Pintu kamarnya kembali terbuka.
"Baik, Kak Vino … selamat malam!" Terdengar suara Ninda yang sepertinya akan membantu Lea, sesuai dengan apa yang dikatakan Vino sebelumnya.
"Nin?" panggil Lea.
"Iya, Lea. I'm coming …!" balas Ninda kemudian menampakkan dirinya yang sudah mengenakan piyamanya.
"Hey, kapan kamu berganti pakaian?" tanya Lea yang heran dengan penampilan Ninda yang sudah berubah seperti layaknya orang yang hendak tidur.
"Aku ke kamar sejak sore. Tamu juga sudah tidak begitu banyak. Kak Vino datang ke kamarku dan memintaku untuk membersihkan riasanmu. Ia juga meminta malam ini aku tidur bersamamu, Lea," ujar Ninda.
"Oh, iya … dia juga bilang seperti itu padaku. Terima kasih, Nin. Sudah mau direpotkan olehku seperti ini," balas Lea.
"Santai saja, Lea … kita ini sahabat, bukan?"
"Bukan?"
HAHAHA ….
***
TING
"Handphone siapa?" tanya Lea, matanya masih segar. Entah mengapa rasa kantuk dan lelahnya hilang usai mandi. Hingga kini waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, ia masih terjaga bersama Ninda yang juga masih segar, sama sekali belum ada rasa kantuk.
"Radi mengirim pesan padaku. Dia melihatku masih online," jawab Ninda.
TING
"Kali ini bukan dari handphone ku, Lea," ujar Ninda memberitahu.
Lea mengambil ponselnya dan melihat pemberitahuan pada pop up.
Radi
[Malam pertamamu diganggu Ninda?]
Lea tersenyum, merasa kalau Radi salah paham.
Lea
[Vino yang memintaku untuk tidur bersama Ninda malam ini]
[Ninda membantuku menghapus riasan]
[Kau kenapa belum tidur?]
Lea berbalik badan dan memunggungi Ninda yang sedang menonton serial drama kesukaannya, sementara Lea memilih untuk chattingan dengan Radi.
Radi
[Aku tidak nyaman tidur dengan Kak Ben]
[Sejak tadi dia mengerjakan tugas dan baru saja tidur]
[Aku tidak tahu harus apa sekarang, hmmmm]
Lea
[Mau berkeliling?]
***
Lea duduk di tepi kolam, menghampiri Radi yang sudah lebih dulu berada di sana. Lea ikut memasukkan kakinya ke dalam kolam, sama seperti Radi.
"Ninda tidak ikut?" tanya Radi.
"Dia sedang menangis tersedu karena drama Korea nya. Kenapa kamu berada di sini, Radi?"
"Lalu aku harus pergi kemana? Pulang ke rumah?"
Lea terkekeh dan mendorong bahu Radi.
"Kau .. ingin menjatuhkan aku ke kolam?!"
"Ingin berenang?"
"LEA!"
BYURRRR!!!
Lea dan Radi jatuh ke kolam bersamaan. Lea terlihat sangat bahagia karena berhasil mengerjai Radi yang sejak tadi terlihat sangat jenuh. Bukan marah, Radi justru tertawa dan membalas Lea dengan mencipratkan air kolam ke wajah Lea.
"Radi! Kena mataku!" gerutu Lea, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Lea? Matamu kemasukan air?" tanya Radi cemas. Ia mendekat pada Lea dan menurunkan tangan Lea dari wajahnya.
"PRANK!" seru Lea, lagi-lagi mengerjainya.
"Lea …!"
***
Lea dan Radi menunduk. Keduanya saling diam dan tidak ada yang bersuara sama sekali. Entah tidak mau saling menyalahkan atau khawatir akan mendapat amarah. Namun apa yang dilakukan Lea dan Radi malam ini tertangkap basah oleh Vino, yang tidak sengaja melihat mereka berada di kolam, berduaan, dini hari.
"Siapa yang akan memberi penjelasan?" tanya Vino.
"Ini salahku. Aku mendorong Radi. Kupikir ia tidak akan terjatuh. Tapi dia terlalu lunglai dan akhrinya jatuh ke kolam," tutur Lea memberi alasan.
"Benar begitu? Lalu kamu sendiri kenapa ikut berenang?"
"Eu … itu … karena Radi menggoda. Airnya sejuk dan membuatku ingin berenang," ujarnya lagi, kali ini ia mengerucutkan bibirnya. Sudah jelas ia yang salah, namun entah mengapa Lea bertindak seperti orang yang sedang ngambek karena kesalahan Vino.
'Yang salah dia, kenapa dia yang sok ngambek gitu, sih?' batin Radi menggerutu, namun disisi lain ia juga ingin tertawa geli karena sikap Lea.
"Kalian berdua basah seperti ini, bagaimana kalau sakit? Sudah seharian lelah karena acara dan sekarang malah mencari penyakit."
"Berenang supaya relaks, Kak. Lagipula otot yang tegang karena lelah menjadi lemas. Benar-benar segar setelah menceburkan badan ke kolam renang. Aku juga ingin berterima kasih pada Lea. Karena kejahilannya lelahku menjadi hilang," jelas Radi, ia tidak ingin Vino terus-terusan mempermasalahkannya.
Meski ia tahu kalau apa yang dilakukannya dengan Lea itu salah besar, apalagi Lea adalah seorang pengantin baru, namun ia tidak ingin kalau Vino terus menyudutkan mereka.
"Kakak tidak ingin mencobanya? Sekadar berendam saja," tanya Radi.
"Aku bisa berendam dalam bathup," jawab Vino, masih saja datar.
"Beda, Kak. Bathup itu sangat terbatas. Kakak harus mencoba berenang malam hari disaat sedang lelah seperti ini. Aku benar-benar merekomendasikan," tutur Radi, berusaha membujuk Vino guna mengalihkan amarahnya.
Vino diam, melihat ke arah kolam dan sesekali melirik ke arah Lea yang masih diam tidak mau menatap Vino.
"Baiklah. Kalian juga kembali ke kolam, temani aku."