Ruang kamar Metta mendadak sunyi setelah Anne mengeluhkan rasa terlarangnya tersebut kepada Metta. Metta larut dalam pikirannya sendiri dan tidak bisa mengatasi perasaannya. Rasa cintanya pada Jifan masih bertahta di hatinya meskipun pernikahannya akan berlangsung sebentar lagi. Rasa bersalah itu terus menghantuinya setiap malam. Tapi, apa yang bisa ia lakukan?
Anne juga tak kalah kacau. Dia merasa bersalah pada Jifan tapi hatinya tak kunjung mau dipaksa berhenti memikirkan tentang laki-laki 17 tahun itu. Rasa sukanya menjadi semakin kuat setiap kali dia mencoba untuk menghapus Jifan dalam hatinya. Dadanya merasa sesak saat sadar dia tak akan pernah bisa melampiaskan rasa sukanya kepada sang empu. Mungkin saja bisa, tapi dia takut dengan resikonya.