"Kesal, apa karena Alexa?" tanyanya.
Lexi tidak menyembunyikan perasaannya membenarkan ucapan Ben. Lexi memang merasa kesal dengan Alexa. Bisa-bisanya perempuan itu menggunakan nada lembut dan menggoda ketika berbicara dengan Ben.
Sangat tidak tahu diri.
"Apa yang Alexa lakukan hingga kamu merasa kesal seperti ini."
Ben merangkul pundak Lexi menunggu perempuan itu menjelaskan kepadanya tentang apa yang baru saja terjadi di dalam percakapan antara Alexa dan Lexi. Sebenarnya Ben memiliki dugaan sendiri di dalam pikirannya.
Namun, dia tidak ingin menduga-duga nya sendiri. Lebih baik mendengarnya langsung dari mulut Lexi. Dengan begitu Ben dapat menentukan sikap seperti apa yang harus dia lakukan nantinya.
"Sebelum aku menjelaskan nya, aku ingin bertanya padamu terlebih dahulu Ben." Lexi memandang sang Suami dengan penuh keseriusan.
Di pandang seperti itu oleh Lexi, Ben tahu jika perempuan itu ingin berbicara serius kepadanya. Meski Ben sendiri sangat gemas dengan Lexi, terkadang wajah Lexi yang sedang marah dan serius seperti sekarang.
Jauh lebih imut dan cantik di bandingkan ketika Lexi berdiri diam. Walaupun wajah tersenyum Lexi adalah yang terbaik menurut Ben, di mata Ben dari dulu hingga sekarang. Lexi selalu cantik dan tidak pernah menunjukkan kekurangannya sama sekali.
Bahkan ketika Lexi dalam keadaan mengenaskan sekalipun.
"Apa yang ingin kamu tanyakan kepadaku?"
"Apakah Alexa selalu menggunakan nada lembut dan menggoda ketika berbicara kepadamu? Aku tidak pernah mendengar nada seperti itu, ketika Alexa berbicara denganku."
"Memang nya seperti apa Alexa ketika berbicara kepadamu?"
"Saat berbicara denganku dia akan menggunakan nada normal seperti para perempuan berbicara pada umumnya."
"Dan seperti apa ketika dia berbicara denganku."
"Berbicara dengan nada yang sangat lembut, pelan, dan menggoda. Seperti seorang penggoda, Ben jujur padaku apakah dia selalu menggunakan nada seperti itu ketika berbicara dengan kamu?" sungut Lexi meminta penjelasan dari Ben.
Ben mengubah duduknya menjadi lebih dekat berhadapan dengan Lexi, saat melihat perempuan itu terlihat semakin kesal Ben sadar jika dia harus mendengarkan keluhan yang Lexi miliki kepada Alexa.
"Jika aku mengatakan, ya. Apakah kamu akan marah kepadaku juga."
"Benar, dia selalu menggunakan nada berbicara seperti itu kepadamu," seru Lexi.
"Ya, tapi jangan marah seperti itu dulu. Aku sudah menyuruhnya berulang kali untuk tidak menggunakan nada seperti itu ketika berbicara, tapi memang pada dasarnya Alexa itu anaknya sangat keras kepala dan tidak kenal takut. Jadi dia selalu mengulangi nya kembali, apakah tadi dia berbicara di telepon seperti itu?" tanya Ben memastikan walaupun dia sudah jelas tahu apa jawabannya.
"Iya, dia benar-benar seperti seorang penggoda. Ben, kamu tidak ingin mengganti sekretaris kamu dengan yang baru. Tingkah dia sudah sangat meresahkan, bukankah kamu tadi mengatakan jika Alexa selalu mengulangi kesalahannya padahal kamu sudah menegurnya berkali-kali. Itu artinya dia memang tidak pernah menyerah untuk menggoda kamu."
"…"
"Sejak kapan dia mulai bersikap seperti itu."
"Aku tidak tahu jelasnya kapan, tapi yang jelas sebelum kita berdua menikah."
Lexi tersenyum menyeringai, membayangkan bagaimana tingkah Alexa yang selalu menggoda Ben setiap harinya. Baik itu di kantor ataupun di rumah dengan masih terus menghubungi Ben, dengan alasan membahas tentang pekerjaan.
"Lalu dia juga sering menelpon kamu di malam hari seperti ini?"
Ben menganggukkan kepalanya kembali, tidak ada niatan di dalam dirinya untuk berbohong kepada Lexi sama sekali. Lagi pula selama ini Ben juga selalu menceritakan semua hal kepada Lexi dan tidak pernah menyembunyikan apapun dari perempuan itu, bahkan sebelum mereka berdua menikah seperti sekarang.
Hanya saja perihal tingkah Alexa ini, Ben memang tidak pernah membahasnya kepada Lexi karena menurut Ben tingkah menggoda sekretarisnya itu sama sekali tidak penting untuknya. Lagi pula selama ini Ben tidak pernah meladeni sikap Alexa yang berusaha untuk menggoda nya.
Ben bahkan tidak pernah mengubah nama kontak Alexa dengan nama perempuan itu sendiri, hanya dengan kata 'Sekretaris' saja menurut Ben sudah cukup. Dia tidak perlu melakukan hal lebih seperti menamainya dengan Alexa. Tidak penting!
"Kadang-kadang tidak terlalu sering, tapi biasanya jika Alexa menghubungi aku di malam hari. Itu memang menyangkut hal penting, bukan karena dia iseng menghubungi aku. Alexa masih tahu tata krama dalam bekerja."
"Kamu sedang mencoba untuk membela di Alexa itu, Ben."
"Bukan begitu, kamu salah paham." Ben cemas sendiri melihat Lexi yang malah merasa salah paham kepadanya.
Ben tidak bermaksud untuk membela Alexa dengan mengatakan jika Alexa memiliki kinerja yang bagus sebagai seorang Sekretaris. Hanya saja selain dari sikap Alexa yang memang selalu mencoba untuk menggoda dirinya, perempuan itu memang memiliki kinerja yang bagus dalam bekerja.
"Lalu apa tadi, kamu bilang jika Alexa masih tahu tata krama dalam bekerja. Jika dia tahu tata krama, dia tidak akan menggoda atasannya yang jelas-jelas sudah menikah dan mempunyai istri," sungut Lexi kesal.
"Baik aku salah, maafkan aku. Alexa memang tidak memiliki tata krama."
"Ya, dia memang tidak punya."
"…"
"Kamu tergoda dengannya?" tanya Lexi menatap Ben tajam.
Tidak tahu kenapa, Ben merasa ter-intimidasi dengan tatapan yang Lexi berikan. Padahal Ben sama sekali tidak bersalah dalam hal ini, dia bahkan tidak berselingkuh dengan Alexa. Tapi tatapan yang Lexi berikan kepadanya, seolah dia adalah seorang tersangka dengan status bersalah yang pantas untuk di jatuhi hukuman mati.
"Tentu saja tidak, kamu tadi melihat kontak nama Alexa di dalam ponsel aku bukan. Hanya 'Sekretaris' tidak embel-embel lain."
"Ya memang."
"Tidak ada yang perlu aku katakan lagi, nama kontak itu sudah menjelaskan semuanya padamu."
Lexi terdiam meresapi ucapan Ben, jika dia pikirkan kembali dan mengintip kembali seperti apa karakter Ben selama ini. Pria itu memang bukan orang yang tampak peduli dengan orang lain, dia bahkan hanya menamai kontak Alexa dengan nama seperti itu.
Seharusnya itu sudah cukup membuat Lexi mengerti jika Ben dan Alexa memang tidak memiliki hubungan apapun, hubungan keduanya tidak lebih dari sebatas teman kerja semata. Bekerja secara profesional.
Namun, hal ini hanya berlaku untuk Ben saja dan tidak untuk Alexa. Perempuan itu jelas-jelas mencoba untuk menarik perhatian Ben untuknya. Jika mengingat kembali seperti apa nada bicara Alexa barusan, Lexi rasanya ingin sekali pergi ke rumah Alexa sekarang dan menjambak rambut perempuan itu dengan keras.
Meski itu sama sekali bukan gaya Lexi sama sekali, tapi jika sudah merasa kesal seperti ini. bukan tidak mungkin jika Lexi akan melakukan hal itu juga. Lexi juga seorang wanita yang memiliki amarah, ketika tahu jika pria nya di goda oleh perempuan lain. Ben adalah miliknya dan tidak ada orang lain yang dapat mengambil Ben dari tangannya.