"Ya, aku percaya kepadamu."
Pada akhirnya Lexi mengalah dan mempercayai ucapan Ben, tentu saja Lexi akan lebih mempercayai ucapan Ben dari pada Alexa di penggoda itu. rasanya Lexi ingin sekali mengeluh kepada Ben agar dia tidak lagi mempekerjakan Alexa sebagai sekretarisnya.
Tapi Lexi memilih mengubur niatan nya itu, dia tahu jika Ben tidak peduli kepada Alexa. Jadi bagaimanapun nantinya Alexa menggoda Ben kembali di masa depan. Lexi dapat meyakini jika Ben tidak akan terpengaruh oleh wanita penggoda itu.
Di sisi lain Lexi juga tahu jika sebenarnya Alexa bekerja dengan sangat baik di kantor, dia sudah cukup banyak mendengar dari mulut Ben sendiri. Jika sekretarisnya itu cukup kompeten dan sangat cekatan dalam bekerja, tidak jarang Ben juga akan menjadi bos yang menyebalkan seperti atasan lainnya ketika mendapat banyak pekerjaan di kantor dan Alexa adalah salah satu orang yang ikut merasakan sakit kepala bersama dengannya.
Bukan tidak mungkin, bahkan Alexa lebih sibuk di bandingkan Ben sendiri. Pernah suatu kali ketika Lexi dan Ben sedang menonton film di apartemen milik Lexi. Ben mendapatkan panggilan penting untuk beberapa pekerjaan yang sangat mendadak di hari yang sudah menuju tengah malam itu.
Setelahnya, Ben tentu saja akan menghubungi Alexa untuk membantunya dalam menangani masalah pekerjaan tersebut. Sebagai seorang bawahan, Alexa tidak pernah mengeluhkan hal apapun kepada Ben. Ya, meski tidak mungkin juga Alexa akan mengeluarkan semua keluhannya kepada Ben. Ketika dia hendak menaiki tempat tidur dan beristirahat setelah bekerja selama seharian penuh di kantor.
Mungkin saja tanpa se-pengetahuan orang lain, waktu itu setelah menutup panggilan telepon dari Ben, Alexa sedang mengumpati Ben dengan berbicara kasar kepada ponsel nya. Siapa yang tahu bukan? hal seperti itu sering kali terjadi dan Lexi melihatnya sendiri di dalam drama korea yang di tonton nya bersama dengan Ben.
"Tidak perlu merasa cemburu dengan Alexa, di mataku hanya kamu yang istimewa. Wanita lain tidak dapat di bandingkan sedikit pun dengan kamu."
"Tentu saja, jika ada yang bisa menandingi aku di mata kamu itu hanya Ibu kamu saja."
Ben tertawa melihat Lexi yang mengatakan hal itu dengan sangat percaya diri. Lexi memang adalah wanita yang paling mengenal Ben di dunia ini selain ibunya sendiri. Itu cukup wajar mengingat sudah berapa lama mereka saling mengenal.
Lexi bahkan sudah di anggap sebagai anak kandung sendiri oleh kedua orang tuanya sejak lama jauh sebelum mereka menikah, begitu juga dengan Ben yang memiliki status layaknya anak sendiri di mata kedua orang tua Lexi.
Kedua keluarga sudah mengenal sejak lama, Ben dan Lexi bahkan sudah terbiasa dengan perkataan orang-orang di sekitarnya yang menanyakan kapan mereka berdua akan meresmikan hubungan dan menikah.
Padahal Ben dan Lexi sendiri tidak pernah memiliki hubungan lebih dari sekedar sahabat. Tapi karena keduanya sering kali muncul di depan khalayak hampir setiap hari dalam waktu dan tempat yang sama, kebanyakan dari mereka berspekulasi jika keduanya memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih.
Itu tidak aneh sama sekali sebenarnya, jika melihat dari perspektif mereka ketika melihat Ben dan Lexi bersama. Mereka selalu menyempatkan waktu luang di tengah pekerjaan keduanya yang begitu menyibukkan untuk sekedar makan siang atau makan malam bersama.
Jika di tanya sejak kapan mereka melakukan ini, Lexi sendiri tidak dapat memastikan nya. Rasanya dia dan Ben sudah melakukan kebiasaan itu sejak lama, hingga keduanya menjadi terbiasa dengan pertemuan setiap hari mereka. Perasaan aneh dan janggal jika satu sama lain tidak bertemu.
Sekarang Lexi dan Ben sudah resmi menjadi pasangan yang resmi secara agama dan hukum. Dugaan orang-orang di sekitarnya yang mengatakan jika mereka berdua adalah jodoh adalah benar. Terbangun di pagi dengan seseorang yang berada di sampingnya, Lexi masih belum terbiasa dengan aktivitas barunya sekarang.
"Ya, jangan percaya perkataan orang lain. Kamu hanya cukup percaya kepadaku saja."
"Aku mengerti."
"Lexi, Ibu meminta kita berdua untuk datang ke rumah dan makan malam bersama. Kamu bisa?"
Sebenarnya Ibu telah memberitahu Ben sejak kemarin, tetapi Ben terlalu sibuk dan hingga melupakan amanah dari ibunya, yang memintanya untuk mengajak Lexi juga. Ben tidak tahu apakah Lexi bisa memenuhi permintaan ibunya.
Sejak awal Lexi terjun ke dalam pekerjaannya di dunia kesehatan, perempuan itu selalu sibuk dan jarang sekali memiliki waktu luang. Bahkan setelah mereka berdua menikah, Ben tidak melihat adanya tanda-tanda berkurangnya kesibukan Lexi di Rumah Sakit.
Ben tidak bisa menyalahkan Lexi karena kesibukan perempuan itu terhadap pekerjaannya. Dia tahu seberapa mulia pekerjaan Lexi dan ada berapa orang yang berhasil di sembuhkan nya serta berapa nyawa yang dia selamatkan setiap harinya.
"Besok malam? aku tidak bisa berjanji tapi akan aku usahakan untuk datang ke rumah Ibu."
"Kabari aku ketika kamu bisa pergi nanti, aku akan menjemput mu di Rumah Sakit."
Lexi tersenyum dan mengangguk mengerti, dia senang karena Ben tidak marah dengan jawaban Lexi. Dia sedikit takut Ben merasa kecewa, karena Lexi tidak dapat menentukan serta memastikan apakah dirinya dapat pergi besok malam atau tidak.
Hal yang di takutkan olehnya sama sekali tidak terjadi, Ben tidak menunjukkan kekecewaannya kepada Lexi. Pria itu tampil memberikan pengertian kepada Lexi dan tidak memaksanya untuk datang ke acara makan malam di rumah kedua orang tua Ben.
"…Ben?"
"Ya."
"Kamu tidak marah jika aku terus bekerja seperti ini, setiap harinya aku selalu sibuk di Rumah Sakit dan kamu selalu sibuk di Kantor. Waktu yang kita habiskan berdua menjadi lebih sedikit, entah aku saja yang merasakannya atau kamu juga. Tapi aku merasa jika waktu yang kita habiskan ketika sebelum menikah, justru lebih banyak di bandingkan sekarang."
"Aku sadar, sangat sadar dengan semua ini."
"…"
"Pertama aku tidak marah, aku tahu seperti apa perjuangan kamu untuk menyelesaikan sekolah kedokteran dan aku memahami seberapa sulitnya menjadi seorang Dokter. Tentu aku tidak akan menyuruh kamu berhenti dalam melakukan cita-cita yang selalu kamu mimpikan ini. Kedua, jika kamu berpikir aku akan marah karena kamu tidak bisa memastikan apakah bisa datang atau tidak untuk acara besok malam. Tidak perlu merasa khawatir, aku tidak marah dan kamu juga dapat yakin jika Ibu juga tidak akan marah atau pun merasa kecewa jika kamu tidak bisa datang nantinya. Dia pasti akan mengerti, seberapa mulianya pekerjaan yang di lakukan oleh menantu kesayangannya ini."
Ben mencubit hidung Lexi gemas, karena ekspresi wajah perempuan itu yang sangat imut ketika memperhatikannya berbicara. Lexi tidak protes sama sekali dengan tindakan Ben dan terus diam. Tingkah diamnya malah membuat Ben menjadi tidak nyaman, kenapa perempuan itu tidak mengeluh dan justru menatapnya dengan mata berkaca-kaca.