"Bagaimana? Apa rasanya enak?"
Lusi mengangguk dengan mulut penuh. "Cobalah." Lusi menyuapkan satu sendok ice cream penuh pada Arkan dengan sorot mata berbinar. "Bagaimana?" tanyanya.
"Enak."
Arkan merangkul kedua bahu Lusi dan mengusap rambutnya pelan. Mereka tengah duduk di atas lantai sambil menghadap pintu lift. Jika ada orang yang keluar dari sana, mungkin mereka akan menganggap mereka adalah sepasang kekasih gila.
"Mengapa kau lama sekali di tempat Dave?" tanya Lusi, memecah keheningan yang sempat tercipta.
"Aku menunggu Jevon."
"Jevon? Jadi, kau pulang lebih dulu dari tempat latihan?"
Arkan mengangguk. "Aku sangat merindukanmu. Jadi aku memutuskan untuk pulang lebih dulu."
"Aish ... kau tidak boleh bertindak seenaknya seperti itu. Bagaimana jika teman satu tim mu kecewa? Atau mungkin mereka menjauhimu karena ini."
"Tidak akan. Aku hanya meninggalkan satu babak terakhir, dan setelah menanyakan pada Jevon, mereka main dengan bagus dengan hasil memuaskan."
