"Ngghh...." Arkan mengerang, lalu memegang keningnya yang terasa sakit.
Pria itu mengerjap beberapa kali, sembari menghalau sinar mentari yang menyeruak masuk dan membuat penglihatannya sedikit kabur.
"Kepalaku...," gumam Arkan dengan suara parau. Dia meraba sekitar tempat tidur, seperti mencari sesuatu.
"Di mana ponselku?" imbuhnya.
Kemudian Arkan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja nakas. Ia mengecek benda tersebut, barangkali ada pesan atau telepon dari Lusi yang tidak sempat ia respon.
Setelah memastikan tidak ada apa pun, Arkan beranjak meninggalkan kamar dan melangkah ke dapur. Tenggorokannya kering dan pahit, mungkin karena efek minuman semalam.
Sampai detik ini Arkan belum sadar, bahwa ada Jevon yang tengah berbaring di ruang tamu.
Arkan meneguk segelas air putih yang baru saja ia ambil dari dalam kulkas. Pria itu hampir menghabiskan dua gelas sekaligus dan memutuskan untuk kembali ke kamar.
"Kau sudah bangun?"